Kamis, 2 Maret 2017 15:24 WIB
LHOKSUKON – Kapolres Aceh Utara AKBP Ahmad Untung Surianata mengusulkan sebaiknya bandar dan pemakai narkoba yang tertangkap kedua kalinya dalam kasus narkoba digunting jarinya. Tindakan ini sebagai efek jera, sehingga tidak mengulangi lagi perbuatannya. “Namun tentunya hal itu dilakukan jika sudah mendapat izin atau dibenarkan secara aturan yang ada,” tutur AKBP Ahmad Untung.
Hal itu disampaikan Kapolres Aceh Utara kepada wartawan, usai pemusnahan barang bukti narkotika jenis ganja dan sabu-sabu di Mapolres Aceh Utara, Rabu (1/3). Barang bukti yang dimusnahkan adalah sabu-sabu seberat 2,5 gram dari dua tersangka dan ganja 49 bal ganja kering dari tiga tersangka.
“Kenapa saya tadi bila potong jari, supaya mereka bertaubat. Kayak Malaysia hukumannya digantung, bukan dipotong jari, tapi digantung mati supaya mereka jera. Kemungkinan ini harus dilakukan demikian baru mereka jera. Karena kalau di sini hukuman biasa, ditabok sekali, mereka ke depan akan mengulangi lagi,” kata Kapolres Aceh Utara.
Selain itu menurut Kapolres Aceh Utara, selain itu pelaku narkoba perlu ditambah hukuman dengan cambuk dengan menggunakan kayu. Selama ini tak ada kendala dengan pemberantasan narkoba di wilayah, kendalanya kalau kita ngantuk. Dari sisi kelengahan ini dimanfaatkan oleh mereka. “Kita sedang diperangi oleh narkoba, yang ingin merusak kenyamanan, kedamaian kita. Jadi kita mau pakai cara apalagi, kalau hukum-hukum kita sudah dibeli, jadi kejahatan harus dihantam dengan potong jari. Jadi ini bukan ngarang-ngarang, kemungkinan hal ini harus diterapkan di daerah kita,” katanya.
Sementara itu Ketua Pengadilan Negeri Lhoksukon Nasri MH yang di sela-sela pemusnahan barang bukti tersebut menyebutkan tak bisa memberikan jawaban terkait hukuman potong jari terhadap tersangka narkoba. “Saya belum menemukan aturan yang membolehkan potong jari terhadap tersangka narkoba,” katanya.(jaf)
