TOBA – Penataan dan pembangunan Danau Toba makin progresif dan terus dipacu. Usai kunker Menpar Arief Yahya ke Hangzhou, 10-13 Oktober 2016, upaya mewujudkan 10 Bali Baru di sana makin terlihat nyata. Inspirasi dari danau XiHu atau West Lake itu sangat bermakna, karena bisa melihat secara lagsung bagaimana danau itu dikelola dengan baik dan ditata rapi. Jutaan manusia setiap bulan berwisata di danau yang hanya 1 jam dari Shanghai itu.
Yang terbaru, ada sejumlah penataan yang mulai digarap di Pantai Bebas (Parapat), Pelabuhan Ajibata, dan Tomok (Samosir). “Ini tidak boleh mandek. Semua harus ngebut. Semua pihak sudah merapatkan barisan untuk mewujudkan Danau Toba sebagai destinasi wisata kelas dunia. Semua jalan sesuai dengan rencana,” ujar Ketua Pokja Percepatan 10 Top Destinasi Kementerian Pariwisata, Hiramsyah Syambudhi Thaib di Jakarta.
Hiramsyah yang pengalaman membangun kawasan dan pernah memimpin Asosiasi Kawasan Pariwisata Indonesia itu juga ikut bersama Gubernur dan para bupati di Danau Toba yang melihat Hangzhou. “Potensi Danau Toba jauh lebih kuat, jauh lebih hebat, jika kita semua punya semangat yang sama untuk maju dan menjadikan kawasan Danau Toba sebagai destinasi kelas dunia. Danau vulkanik terbesar di dunia, danau terdalam di dunia, danau geopark yang akan kita usulkan di UNESCO, punya pulau seluas Singapore! Semua adalah potensi yang bisa mensejahterakan masyarakat Sumatera Utara dari Pariwisata,” katanya.
Dari segi aksesibilitas, penataan Danau Toba difokuskan di tiga lokasi. Pantai Bebas (Parapat), Pelabuhan Ajibata, dan Tomok (Samosir), masuk ke dalam radar kawasan yang akan ditata. Semua penataan itu akan di-handle Kemen PUPERA di bawah Ditjen Cipta Karya. “Kami telah berkoordinasi dan menyampaikan beberapa preseden yang diperoleh dari hasil studi banding ke Hangzhou,” timpal Arie Prasetyo, PIC Danau Toba.
Untuk di Parapat, akan dilakukan penataan pedestrian. Konstruksi bawahnya akan didesain dari material yang mampu bertahan lama. Jalan pun akan dibuat cukup lebar sehingga pejalan kaki bisa nyaman berlalulalang di sekitar danau.
Penanaman vegetasi juga akan dilakukan. Pohon-pohon besar, rindang akan ditata rapi. Penataannya juga akan diselaraskan dengan pedestrian yang dibangun. Setelah itu, kawasan ini juga akan mendapatkan tambahan toilet ramah lingkungan. Ini merupakan bagian dari pelayanan kepada para wisatawan sekaligus memberi contoh kepada masyarakat soal budaya bersih. “Satunya lagi revitalisasi drainase. Target penyelesaian desain minggu ini, dan fisik selesai sebelum Natal,” ujar Arie.
Pembuatan guidelines pengecatan bangunan di sekitar Parapat juga sudah mulai digarap. Dari paparan Arie, saat ini sedang dalam pengerjaan studi benchmarking. “Targetnya, Natal sudah ada guidelinesnya,” kata dia.
Selain Parapat, penataan di Ajibata juga bakal ikut digeber. Fokusnya, mengarah ke penataan pedestrian dan pedagang kaki lima, penanaman vegetasi, penambahan toilet ramah lingkungan, dan revitalisasi drainase. Target penyelesaian desain juga minggu ini. Dan fisik, diproyeksikan selesai sebelum Natal. “Tomok kurang lebih sama. Di sana akan dilakukan penataan pedestrian, penanaman vegetasi, penambahan toilet ramah lingkungan, dan revitalisasi drainase. Target penyelesaian desain minggu ini , dan fisik selesai sebelum Natal,” kata pria kelahiran tahun 1979 itu.
Setelah sentuhan nuansa nyaman dan bersih, faktor keamanan juga ikut dipikirkan. Jalinan koordinasi dengan Telkom pun mulai dilakukan. Misi yang ingin dijalankan, memasang beberapa titik CCTV di kawasan Danau Toba. “Sementara teridentifikasi enam titik. Dan Telkom akan mulai melakukan survey lapangan minggu depan. Jadwalnya diproyeksikan 24-25 November 2016,” ujar Arie.
Sejumlah titik yang dilengkapi CCTV ini nantinya akan digunakan untuk memantau pergerakan wisatawan. Bagi wisatawan yang tidak sengaja meninggalkan barang berharga, maka kamera CCTV akan segera mendeteksi dan petugas keamanan dengan segera akan mengamankannya. Fungsi lainnya, deteksi dini kejahatan. “Di pariwisata, security and safety itu satu dari 14 pilar yang dinilai World Economic Forum dalam menentukan Competitiveness Index tiap dua tahun sekali. Dengan memanfaatkan teknologi, saya yakin kita mampu bersaing dalam keamanan dan keselamatan,” ujar Arie.