in

Alek Silambang Urek Batagak Panghulu Nagari Aietabik, Wan Siwe Bergelar Datuak Tunaro

KOMPAK: Widiat B Arta atau Wan Siwe (memakai baju koko
putih), bersama anggota Balai Wartawan Luak Limopuluah
yang menghadiri syukuran di rumah gadang Kaum Datuak
Tunaro di Jalan Sago, Sipanjang Dalam, Balaijariang, Aiatabik, Kamis (16/11). Widiat kini bergelar Datuak Tunaro.(DOKUMEN BALAI WARTAWAN LUAK LIMOPULUAH)

Nama Wan Siwe tak asing lagi bagi pelaku seni tradisi saluang di Payakumbuh dan Limapuluh Kota, baik saluang klasik, maupun saluang dendang. Pria yang aslinya bernama Widiat, tapi sejak menggeluti profesi wartawan pada 1982 silam, melengkapi namanya menjadi Widiat B Arta yang merupakan singkatan dari Widiat Balai Jariang Aie Tabik itu, kini dipercaya kaumnnya menyandang gelar Datuak Tunaro.

GELAR Datuak Tunaro adalah gelar pemimpin kaum atau pemimpin Suku Supanjang di Kampuang Singkuang, Nagari Aietabik, Kota Payakumbuh. Sebelum dilekatkan kepada Widiat B Arta atau Wan Siwe, gelar Datuak Tunaro ini disandang oleh almarhum Dalas yang merupakan mamak atau paman dari Widiat.

Widiat B Arta dikukuhkan sebagai Datuak Tunaro dalam prosesi adat “Alek Silambang Urek Batagak Panghulu Nagari Aietabik” yang digelar, Sabtu lalu (11/11). Dimana dalam prosesi itu hadir, Daulat Yang Dipertuan Rajo Alam Pagaruyuang, Sultan Muhammad Farid Thaib Tuanku Abdul Fatah, bersama kakaknya, Profesor Puti Reno Raudhatul Jannah Thaib yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Bundo Kanduang Sumatera Barat.

Selain itu, juga hadir sejumlah “Kapak Radai dan Timbang Pacahan” atau perangkat kerajaan Pagaruyuang. Seperti, Pewaris Rajo Mufakat Luak Limopuluah, M Yanis Dt Marajo Indo Mamangun. Dia hadir, bersama Pj Wali Kota Payakumbuh yang juga Sekretaris Umum Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumbar, Jasman Rizal Datuak Bandaro Bendang.

Bersama mereka, acara prosesi batagak panghulu di Nagari Aiatabik, juga dihadiri Ketua LKAAM Payakumbuh H Yendri Bodra Dt Parmato Alam, anggota DPR-RI Nevi Zuairina atau Nevi Irwan Prayitno, Ketua DPRD Kota Payakumbuh Hamdi Agus, dan unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Payakumbuh. Tidak ketinggalan pula, OPD terkait, Camat, Lurah, pengurus KAN 10 Nagari di Kota Payakumbuh, alim ulama, cadiak pandai, bundo kanduang, dan tamu lainnya.

Setelah prosesi “Batogak Pongulu Alek Silambang Urek Aia Tobik” itu digelar dengan sukses pada Sabtu lalu (11/11), Widiat B Arta Datuak Tunaro bersama anak-kemenakan atau anggota kaumnnya, menggelar syukuran pada Kamis (16/11).

Syukuran yang digelar di Rumah Gadang Kaum Dt Tunaro di Jalan Sago, Sipanjang Dalam, Kelurahan Balaijariang, Nagari Aiatabik itu berjalan dengan penuh rasa kekeluargaan. Dalam syukuran itu, juga hadir puluhan anggota Balai Wartawan Luhak Limopuluah.

Para insan pers itu sengaja hadir, karena Widiat B Arta, merupakan wartawan senior di Payakumbuh dan Limapuluh Kota. Widiat bukan hanya senior secara usia karena lahir sejak 21 Maret 1960 silam. Namun juga senior secara profesi, karena sudah menggeluti profesi wartawan sejak 1982 silam.

“Tahun 1982, Balai Wartawan Payakumbuh-Limapuluh Kota, baru diresmikan. Kantornya di eks kantor Deppen (Departemen Penerangan), Kompleks Pertokoan Barat, muka pasar Payakumbhu. Kira-kiranya lokasinya di sebelah tangga pusat pertokoan Barat Sekarang atau belakang sate Dangung-Danguang,” kenang Widiat B Arta, suatu ketika.

Widiat mengenang, paa 1982 itu, Balai Wartawan Payakumbuh dan Limapuluh Kota dipimpin oleh almarhum Syahruddin Said atau Pak Indin. “Saya dan beberapa orang teman merupakan wartawan pemula saat itu, wartawan cilik istilahnya.

Masing-masing, Erizon Ramli (Harian Semangat), Gusdian Laora dan Pria Takari Utama (Harian Haluan), WB.Arta dan Yuneldi Yunis Koto (Harian Singgalang), Syahrial Asbar freelance (Harian Singgalang dan Harian Semangat), dan Yum AZ juga freelance dan lebih banyak kegiatannya menulis,” kata Widiat.

Dari deretan nama tersebut di atas, Widiat paling tua saat itu.

“Saya saat itu sedang kuliah semester I-II di Sekolah Tinggi Hukum Muhammadiyah Bktinggi, cikal bakal Universitas Muhammadiyah sekarang. Sementara teman-teman yang lain rata-rata masih SMA. Pulang sekolah kami ngepos di Balai Wartawan, sambil belajar dengan senior saat itu. Diantaranya Pak Indin, Pak Simioni, Pak Irja, Pak Haji Saharwadi, Pak Muslim Habani, Pak Nahar Sago, Pak Syafril Nita,” kata Widiat B Artha.

Dalam karirnya sebagai wartawan, Widiat B Arta, lama bekerja di Harian Singgalang. Sejak Singgalang masih terbit mingguan hingga kemudian menjadi harian. Widiat juga pernah menjadi Kepala Biro Singgalang di Jakarta, hingga akhirnya pulang kampung. Dan kini, bekerja sebagai wartawan media online PilarbangsaNews untuk Payakumbuh dan Limapuluh Kota.

Widiat dikenal jago dalam menulis berita olahraga dan kabar dari rantau. Selain juga piawai dalam menulis tentang seni tradisi. Karena sepanjang karirnya sebagaiw wartawan, Widiat banyak bergaul dengan pelaku seni tradisi saluang. Mulai dari anak dendang, peniup saluang, pemain keyboard, sampai tukang hoyak atau pengatur lalu-lintas lagu saluang.

Di dunia seni tradisi saluang, Widiat B Arta dikenal dengan nama Wan Siwe. Kini, Wan Siwe sudah bergelar Datuak Tunaro. Meski adat salingka nagari, tapi karena itu gelar kebesaran kaum, tentu tak etis lagi memanggil Widiat sebagai Wan Siwe.

Maka, sejumlah senior wartawan di Luhak Limopuluah, seperti Doddy Sastra, Nasrul Kenong, Nahar Sago, Yusrizal, kini mulai memanggil Widiat B Arta sebagai Datuak Tunaro. “Kita ucapkan selamat untuak Datuak Tunaro,” kata Doddy Sastra dkk.

Bagi Widiat B Arta sendiri, sebagaimana disampaikannya kepada rekan-rekan wartawan, amanah gelar Datuak Tunaro ini adalah ibarat beban berat singguluang batu. Tetapi karena ini adalah amanah dari kaum tentu harus dipikul dan dilaksanakan, demi tegaknya adat dan terpeliharanya sako dan pusako dalam kaum.

“Insya Allah amanah penghulu ini akan ambo pegang, doakan ambo sehat dan kuat menyandang amanah ini. Tentunya dalam menjalankan ini memerlukan dukungan dan support dari seluruh anggota kaum Suku Supanjang dan masyarakat Nagari Aia Tabik, “ kata Widiat Datuak Tunaro. Selamat, Pak Datuak. (FAJAR RILLAH VESKY— Payakumbuh)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Pemko Butuh 10 Unit Kontainer Sampah, Semen Padang Serahkan Bantuan 1 Unit ke DLH

Lia ITZY akan absen untuk album baru grup 2024