in

Alumni Faterna Unand Olah Sampah Jadikan Pupuk dan Budidayakan Magot

PADEK.CO– Di tangan Yulhendri 36, sampah rumah tangga dan sampah pasar seperti sisa sayuran dan buah-buahan busuk, diolah menjadi pupuk padat dan cair, serta media budidya magot

Sampah tersebut juga menghasilkan magot yang dimanfaatkan untuk pakan ternak. Alumni Fakultas Peternakan (Faterna) ini juga memiliki usaha peternakan ayam.

Resign dari pekerjaan sebagai marketing perusahaan mobil Jepang, membuat Yulhendri atau disapa Dedek berencana membuka usaha baru.

Usaha yang tak jauh-jauh dari disiplin ilmu latar belakang pendidikannya selama ini, Fakultas Peternakan.

Pria yang merupakan warga Kelurahan Jawi-Jawi Pariaman ini, saat ini membuka usaha bidang peternakan, beternak ayam organik.

Untuk memenuhi pakan ternaknya ia mencari literatur tentang bahan pakan unggas yang murah meriah yang berasal dari sisa bahan makanan dan tumbuh-tumbuhan.

Akhirnya ia sepakat untuk mencoba membuat pakan ternak dari  magot. Magot atau larva atau belatung jenis bsf adalah anak dari lalat BSF (black soldier fly) sebangsa lalat hermitia illuciens yang berwarna hitam.

Magot ini dengan mudah dibudidayakan dengan menggunakan sampah rumah tangga yang terurai sebagai media berkembang biaknya.

Magot banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan ternak karena tinggi protein dan tidak mengandung kuman seperti lalat hijau.

Berbekal sampah rumah tangga terurai seperti sisa tahu, sisa sayur-sayur dan buah-buahan serta sisa makanan, ia mencoba membudidayakan magot.

Untuk memancing hadirnya magot, Dedek juga menambahkan dedak padi, dan berhasil. Magot pun berhasil dipancing dan kemudian berkembang biak.

Satu permasalahannya terselesaikan, Dedek tak perlu pusing dangan pakan ternak untuk usaha peternakan ayamnya. Karena 1 magot bisa menetaskan 4.000 telur per hari, sehingga ia bisa panen magot dengan cepat.

“Budidaya magot ini tak hanya menyelesaikan masalah keterbatasan pakan ternak namun juga mengatasi masalah sampah di lingkungan,” ujarnya.

Dedek mengumpulkan sampah-sampah terurai dari satu rumah ke rumah lain di lingkungannya. Memancing magot, memgembangbiakan hingga kemudian panen magot.

Tiga bulan berlangsung mereka sudah panen hingga 100 kilogram magot. Permintaan terhadap Magot pun sangat tinggi, peternak ayam dan ikan di Pariaman mulai mengenal kualitas Magot

Dedek menyebut jika kualitas magot dengan kekeringan 100 persen maka rata-rata harga jualnya mencapai Rp100 ribu per kilogram.

Sementara magot yang ia hasilkan bersama rekan-rekannya belum maksimal kekeringannya dengan harga jual berkisar Rp70 ribu hingga Rp80 ribu per kilogram.

Dedek menyebut masih meneliti teknologi agar magot yang mereka hasilkan bisa lebih kering. Saat ini produksi magot yang ia hasilkan baru memenuhi kebutuhan pakan ternaknya, ayam organik.

Tak hanya magot, sampah rumah tangga seperti sayur-sayuran dan buah-buahan yang busuk pun ia olah menjadi pupuk cair dan pupuk padat.

Kualitas pupuk yang ia hasilkan bahkan sudah diuji dilabor Unand dan Labor Riset dan Standarisasi Industri dengan kualitas terbaik.

“Alhamdulillah saat ini audah banyak petani buah dan sayur yang menggunakan pupuk cair dan padat yang saya produksi. Umumnya petani dari Padangpanjang, Agam dan Tanahdatar yang datang membeli,” ujarnya.

Apalagi pupuk cair produksinya juga sangat terjangkau 1 botol seharga Rp10 ribu. Bahkan beberapa waktu lalu seorang pengusaha bersedia membeli pupuk produksinya sebanyak 16 ton.

Dedek mengaku tidak menyanggupi karena jumlah sampah organik yang ia kelola baru sampah pasar dan rumah tangga.

Apalagi saat ini Dedek hanya mengolah seorang diri tanpa karyawan. Sementara ia juga memiliki usaha peternakan ayam organik yang juga butuhkan perhatian.

“Berdasarkan info dari petani, pupuk organik yang diberi merek DH Pupuk Organik sangat bagus kualitasnya untuk tanaman. Bahkan tanah jauh menjadi lebih subur dibandingkan menggunakan pupuk pabrikan. Pengakuan petani dengan pupuk ini mereka bisa panen tiga kali dalam 2 bulan,” ujarnya.

Dedek menyebut usaha pengolahan sampah menjadi pupuk dan magot ini banyak menarik perhatian peneliti dan mahasiswa untuk datang ke tempatnya.

Tentunya Ia bahagia karena usahanya juga menginspirasi banyak orang. Ke depan Dedek berharap generasi muda melirik pengolahan sampah ini karena menjanjikan keuntungan yang bagus. (nia)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Komisi VII DPR Apresiasi Upaya PLN dalam Kurangi Emisi Karbon

Pascagempa Bantul, PLN Pulihkan Sistem Kelistrikan dan Bantu Warga Terdampak