Program Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI diestimasi dapat menyerap 32,1 juta lapangan kerja. Hal ini mendapat apresiasi dari Anggota Komisi VI DPR RI Andre Rosiade.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui hasil risetnya mengungkapkan akses KUR berpotensi meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar rata-rata 3 orang. Sehingga, terang Andre, BRI telah menjalankan program pemerintah dengan baik dalam membuka peluang lapangan kerja serta mengurangi tingkat pengangguran melalui kredit usaha rakyat.
“Program KUR yang dilakukan oleh BRI berdampak positif pada pengurangan tingkat pengangguran dan peningkatan pemasukan pada sektor pendidikan dan kesehatan. Pada masa pandemi, KUR juga mendorong ketahanan pelaku UMKM, berdasarkan riset, pelaku UMKM penerima KUR masih mampu mencatatkan keuntungan di masa pandemi,” ujar anggota Fraksi Partai Gerindra ini, Rabu (24/8/2022).
Andre Rosiade menjelaskan berdasarkan data yang diperoleh, BRI saat ini memiliki 10,7 juta nasabah existing KUR dari segmen KUR Super Mikro, KUR Mikro dan KUR Kecil. Dari penyaluran KUR BRI terhadap 10,7 juta nasabah tersebut, diestimasi dapat menyerap 32,1 juta lapangan kerja di seluruh Indonesia.
“Program KUR memiliki peran yang penting dalam pemberdayaan UMKM. Selain meningkatkan akses pelaku UMKM terhadap kredit perbankan, program KUR juga berdampak pada penguatan ketahanan dan percepatan pemulihan bisnis UMKM yang dapat menjaga taraf hidup para pelaku UMKM,” tuturnya.
Ketua Harian Ikatan Keluarga Minang (IKM) ini mengatakan KUR memberikan dampak besar terhadap peningkatan berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia. “Penyaluran KUR dinilai mampu mendongkrak kemampuan nasabah untuk mengembangkan usaha, memberikan dampak sosial yang tinggi, seperti meningkatnya kesejahteraan keluarga, dan dampak lanjutan terhadap komunitas usaha,” ucapnya.
Andre menyampaikan, pertumbuhan pembiayaan KUR BRI yang pesat dan diikuti manajemen risiko yang memadai menghasilkan kualitas kredit yang terjaga dengan baik. Bahkan, NPL KUR terjaga di level 1,38%. “Karena itu penyaluran KUR perlu dikelola dengan manajemen risiko yang baik karena KUR menggunakan dana perbankan atau Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun BRI,” pungkasnya.
KUR Rp104,5 T ke 2,7 Juta UMKM
Diketahui, sepanjang Januari hingga akhir Mei 2022 BRI telah menyalurkan KUR sebesar Rp 104,5 Triliun kepada 2,7 juta pelaku UMKM atau setara dengan 41,12% dari target yang dibreakdown oleh pemerintah di tahun ini sebesar Rp 254,1 triliun. Mayoritas penyaluran KUR BRI didominasi Sektor Produksi sebesar 57,38%.
BRI yang fokus di segmen UMKM, selalu mendapat proporsi penyaluran terbesar dari pemerintah dengan porsi di kisaran 70% dari total alokasi KUR nasional. Pada 2022 ini, kuotanya mencapai Rp 260 triliun.
Sampai dengan Juni 2022, realisasi KUR BRI tumbuh signifikan sebesar 46,6% (yoy) atau mencapai sebesar Rp 124,45 triliun dari total kuota tahun 2022 sebesar Rp 260 triliun.
Sementara itu, pada 2021 kuota KUR BRI dinaikan menjadi Rp 195,59 triliun, dengan realisasi penyaluran Rp 194,9 triliun. Pada 2020 alokasi penyaluran KUR BRI mencapai Rp 140,2 triliun dengan realisasi Rp 138,5 triliun.
Kinerja penyaluran KUR BRI ini tidak lepas dari tangan dingin Menteri BUMN Erick Thohir yang menggagas dibentuknya ekosistem ultramikro melalui pembentukan holding BUMN Ultramikro pada September 2021 lalu, dimana BRI berperan sebagai perusahaan induk.
Dengan pembentukan holding ini, kementerian BUMN berharap masyarakat luas dapat lebih mudah mendapat layanan keuangan, disamping itu diharapkan holding ultramikro dapat membangun ekonomi kerakyatan yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional. (*)