in

Andri, Pemuda Pencipta Kincir Air Kembar Tiga

Pasok Air 430 KK dan 5,5 Ha Sawah Warga

Warga Jorong Padangdatar, Nagari Simawang, Kecamatan Rambatan, Tanahdatar, beruntung memiliki pemuda inovatif sekelas Andri, putra Simawang. Berkat kreativitasnya, dia berhasil membuat kincir air kembar tiga yang bisa memasok air bersih ke daerah tersebut.

Dedikasi luar biasa yang ditunjukkan Andri membantu kampung halamannya, membuat dia dinobatkan jadi Pemuda Pelopor Tingkat Nasional Tahun 2017 dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dalam bidang kepeloporan Inovasi Teknologi sebagai peringkat Terbaik I Nasional. 

Semuanya berawal dari keprihatinan Andri melihat kesulitan yang dihadapi warga Jorong Padangdatar dalam memperoleh air bersih, baik demi memenuhi kebutuhan harian maupun mengairi sawah.

Terbatasnya pasokan air, membuat sawah warga kering kerontang, begitu pula kebutuhan rumah tangga. Satu-satunya jalan memenuhi kebutuhan air, warga harus mengambil air ke sungai dengan jeriken. Bagi yang ingin praktis, harus mengeluarkan uang Rp 500 ribu guna membeli lima kubik air. Persoalan ini sudah berlangsung lama, lebih-lebih saat musim kemarau.

Bersama salah seorang tokoh Simawang di perantauan, Umuar Kamal yang bekerja di PT Wijaya Karya (Wika), Andri  mencari solusi atas persoalan ini. Kemampuan Umuar Kamal soal mesin hidran, akhirnya dipadukan dengan ide Andri guna membuat kincir air.

“Awalnya, pak Umuar Kamal mencoba mengairi sawah dengan mesin hidran. Namun, untuk menggerakan pompa tersebut membutuhkan tenaga air. Nah, upaya pak Umuar Kamal ini terbentur ketiadaan tenaga air. Melihat banyak kincir kecil di kampung, akhirnya muncullah ide saya untuk memperbesar diameter kincirnya,” ujar Andri kepada Padang Ekspres seusai menerima penghargaan Pemuda Pelopor Tingkat Nasional Tahun 2017 di Jakarta, tadi malam (27/10).

Usai sepakat membuat kincir tersebut, menurut anak dari pasangan Erniwati, 54 dan Syafriwardi, 56, itu dibentuklah tim pembangunan kincir kembar tiga di Batang Ombilin.

Umuar Kamal dipilih menjadi ketua, didukung Abdul Hilal selaku wakil, dan  bendahara Dendi. Selain itu, dibentuk pula tim teknis dengan perangkatnya antara lain Amiruddin dan Dendi. Sedangkan tim non teknis, diisi Ali Usbar, Bagindo Mulia dan Syafria Indra.

“Jadi untuk menggerakkan pompa itu, harus menggunakan tenaga air. Semakin tinggi jatuh air, semakin besar tenaga pompa untuk menghasilkan debit air yang akan dialirkan. Namun sebelum air dialirkan untuk memenuhi kebutuhan rumah dan sawah warga, air terlebih dahulu ditampung di bak penampung,” ujarnya.

Waktu pengerjaan tahap awal tahun 2014 lalu, setidaknya sebut anak ketiga dari enam bersaudara tersebut, menghabiskan dana sebesar Rp 290 juta. “Dana itu berasal dari perantau dan swadaya masyarakat setempat. Lalu, renovasi hingga penyempurnaan menghabiskan dana total lebih kurang sebesar Rp 600 juta,” terangnya.

Saat ini, tambah Andri, kincir air kembar tiga tersebut dapat mengaliri rumah warga lebih kurang 430 kepala keluarga (KK), plus sawah seluas lebih kurang 5,5 hektare. Dengan begitu, warga setempat tidak perlu lagi mengeluarkan uang untuk kebutuhan MCK (mandi cuci kakus) maupun mengaliri sawah.

”Pengerjaan kincir air ini ada yang dibuat secara bergotong-royong, dan ada pula diupahkan,” jelas pria kelahiran 6 Mei 1999. Butuh waktu satu tahun bagi warga setempat untuk menyelesaikan kincir air ini. 

Pria yang masih berstatus mahasiswa Jurusan Perdata Islam di IAIN Batusangkar tersebut mengungkapkan, pihaknya sengaja membuat kincir air itu kembar tiga, guna menjaga kestabilan pompa hidran. “Setelah menggunakan tiga kincir, barulah tercapai titik stabilnya. Air pun dapat lancar mengalir,” jelasnya.

Seiring berjalannya waktu, kini kincir air itu juga menjadi objek wisata baru bagi wisatawan. Saat liburan datang, pengunjung beramai-ramai mendatangi lokasi kincir itu. Secara tidak langsung, hal ini dapat menggerakan ekonomi warga setempat.

Per harinya, jumlah kunjungan mencapai 300 orang khusus Senin sampai Jumat). Sedangkan Sabtu dan Minggu, lebih dari 1.000 orang. Biasanya, wisatawan asing maupun domestik tertarik mengabadikan inovasi langka tersebut. Selain itu, lokasi ini juga kerap dijadikan tempat syuting film dokumenter dan soundtrack azan Subuh oleh Metro TV dan mahasiswa ISI Padangpanjang.

Andri ketika dihubungi usai menerima penghargaan tadi malam mengatakan, dia tidak menyangka bakal terpilih menjadi Pemuda Pelopor Nasional 2017. Sejak awal dia tidak mengetahui sedikit pun kalau kincir airnya mendapat penilaian dan berujung penghargaan dari  pemerintah. 

“Saya bersyukur, sekaligus kaget juga menerima penghargaan yang tidak diduga ini. Awalnya, saya hanya membuat kincir air bersama teman-teman dan perantau untuk mendapatkan air bersih. Penghargaan yang saya terima ini hasil karya bersama, dan saya sekali lagi berterima kasih kepada Kemenpora atas penghargaan ini. Terima kasih saya ucapkan pada seluruh warga Simawang, baik di rantau maupun kampung,” ujar Andri.

Salah seorang tokoh masyarakat Simawang, M Nur Idris, menyambut baik penghargaan yang diterima Andri. Dia bangga dan sangat mengapresiasi prestasi yang diraih Andri.

“Ini sangat luar biasa, dan kami sangat bangga atas penghargaan yang diterima Andri. Semua perantau dan masyarakat Nagari Simawang wajib bersyukur dan menyampaikan selamat kepada Andri,” ujar M Nur Idris.

Lebih lanjut Ketua Komisi I DPRD Kota Bukittinggi ini mengatakan, sejak kincir air itu dibuat, perantau dan masyarakat sudah bangga dan senang pada karya putra Simawang itu. Tidak sekadar sukses membuat penyediaan air bersih tanpa tenaga listrik, tapi kincir air itu juga sudah menjadi objek wisata baru di Tanahdatar.

Di tempat terpisah, sesepuh perantau Simawang di Jakarta, Deni Agusta juga menyampaikan rasa bangga dan apresiasi atas penghargaan yang diraih putra Simawang ini. Pengusaha sukses asal Simawang ini meminta warga menjaga dengan baik hasil karya tersebut. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by Julliana Elora

BPJS Kesehatan Defisit, Nantikan Peran Pemda

Mendorong Kreativitas Pemuda