Jakarta, BP–Anggota MPR RI Fraksi Partai Golkar Mukhamad Misbakhun, mengatakan, upaya merevitalisasi nilai-nilai kepahlawanan diperlukan, seperti para pejuang dulu. Saat ini rasa kebersamaan dan gotong royong mengalami erosi di kalangan masyarakat dan tampak semakin individualisme, dan mementingkan keperluan pribadi, dibanding orang lain.
Menurut Misbakhun, pahlawan tidak bisa hanya diartikan sebaagai pejuang kemerdekaan. Tetapi, harus dimaknai sebagai orang yang berbuat baik untuk orang lain. Sebagaimana para pejuang berjuang untuk kepentingan bangsa dan negara. Karena itu, orang yang membayar pajak sesuai kewajibannya, pendiri UMKM yang memberi kesempatan pekerjaan bagi orang lain, juga patut digelari pahlawan.
“Di era kekinian, perjuangan kita mengisi kemerdekaan dengan pembangunan. Mereka yang berpartisipasi secara maksimal dalam pembangunan, dikatakan mewarisi nilai-nilai kepahlawanan, dan itu layak diberikan apresiasi,” ujar Misbakhun di ruang wartawan DPR Jakarta, Senin (11/11).
Dikatakan, merevitalisasi nilai nilai pahlawan perlu dilakukan di kalangan generasi muda. Apalagi saat ini generasi millenial menghadapi ancaman radikalisme dan tawaran menggunakan ideologi baru. Jangan sampai, karena tidak mengenal nilai-nilai kepahlawanan, generasi muda dengan mudah larut dalam radikalisme maupun mengganti ideologi baru dalam berbangsa dan bernegara.
Aggota MPR Fraksi PDI Perjuangan Muchamad Nabiel Haroen menjelaskan,pahlawan berasal dari kata Pala, atau buah pala, yang berarti orang yang melakukan sesuatu, atau berbuat sesuatu.. Sehingga sudah tepat jika istilah pahlawan disematkan kepada orang yang melakukan sesuatu buat orang lain. Ini sesuai dengan hadis nabi, yang berarti, setiap kamu adalah pemimpin. Dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungan jawabannya.
“Makanya aneh, kalau ada umat Islam tidak mau berbuat apapun untuk orang lain, karena nanti dia akan dimintai pertanggungan jawab,” kata Gus Nabiel.
Gus Nabiel mencontohkan warga NU yang sering ikut menjaga keamanan gereja saat orang Nasrani memperingati hari natal merupakan perwujudan nilai-nikai kepahlawanan, dalam bentuk saling bekerjasama dan tolong menolong.
Pengamat CSIS J. Kristiadi mengatakan, generasi muda mengidamkan sikap perjuangan yang dulu diperankan para pahlawan. Bedanya, pahlawan zaman dahulu berani mati untuk kemerdekaan. Tetapi, sikap perjuangan yang dibutuhkan saat ini adalah berani hidup, sesuai cita-cita berdirinya bangsa Indonesia.
“Kita butuh pejuang yang siap mengisi kemerdekaan, agar cita-cita mewujudkan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia bisa segera tercapai,” tegas Kristiadi. #duk
in Nasional