Rusuh berujung kaburnya ratusan tahanan dan narapidana, membuat panik warga sekitar Rutan Sialang Bungkuk, di Kelurahan Sialang Rampai, Kecamatan Tenayanraya Pekanbaru. Lebih-lebih, beredar informasi tahanan kabur itu tak segan melukai warga.
Seperti terlihat di Kelurahan Sialang Rampai, Kecamatan Tenayanraya, kemarin siang (5/5). Warga yang baru keluar masjid seusai Shalat Jumat, dikejutkan dengan bunyi letusan-letusan senjata api diselingi teriakan.
Di tengah kepanikan warga, tangis tiba-tiba pecah. Seorang remaja pria berusia 16 tahun dibawa kabur oleh tiga orang tahanan bersama sepeda motornya. Murni, orang tua Ilham yang dilarikan tahanan itu, panik bukan kepalang.
Informasi yang dirangkum koran ini di lokasi kejadian, awalnya Murni mendapat kabar dari tetangga bahwa anaknya yang baru pulang Shalat Jumat berboncengan dengan tiga orang pria diduga tahanan kabur menggunakan sepeda motor matik.
“Mendengar kabar itu, saya langsung panik dan takut kalau anak saya disakiti para tahanan. Kemudian, saya berusaha mencari anak saya hingga dekat terminal AKAP, karena saya pikir napi akan mencari mobil untuk menjauh dari Pekanbaru. Istri saya sempat beberapa kali pingsan setengah mendapat kabar tersebut,” ujar Murni.
Belum sampai di terminal, Murni kemudian kembali berbalik arah karena ingin terlebih dahulu melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian sektor Limapuluh. Namun belum sempat membuat laporan, ia mendapatkan kabar bahwa anaknya sudah kembali.
“Sekitar 40 menit saya mencari anak, saya mendapat kabar bahwa ia sudah pulang. Menurut keterangan anak saya, ia saat itu disuruh oleh tiga orang laki-laki untuk mengantarkan ke daerah Sukajadi menggunakan sepeda motor berboncengan empat, namun selama perjalanan anak saya tidak mendapat perlakukan kasar dan hanya disuruh mengantar saja,” jelasnya.
Atas kejadian tersebut, menurut Murni, hingga berita ini ditulis anaknya masih syok dan belum bisa banyak berbicara. Apalagi setelah banyaknya warga yang berkunjung ke rumahnya.
Warga Jalan Jawa lainnya, Sugiono mengatakan, bahwa siang itu ia sempat melihat banyak pria yang melintas di Jalan Jawa dengan pakaian basah dan tidak menggunakan alas kaki. Bahkan, beberapa di antaranya sempat meminta dia untuk mengantarkan ke arah jalan Hangtuah.
“Ada dua kelompok saat itu. Kelompok pertama ada yang minta saya untuk mengantarkan tapi saya tidak mau. Setelah itu, baru polisi datang dan mereka langsung lari. Saat itu, saya baru tahu kalau mereka napi yang kabur dari rutan,” jelasnya.
Menurut Sugiono, sewaktu polisi datang sempat terjadi aksi kejar-kejaran antara polisi dengan napi. Bahkan, polisi sempat melepaskan beberapa kali tembakan ke udara. Namun, jumlah polisi yang tidak sebanding dengan jumlah napi, membuat tidak semua napi bisa ditangkap.
Sebelum aksi kejar-kejaran sempat ada beberapa orang yang mendatangi rumah warga untuk meminjam sendal dan juga meminta air minum. “Ada yang lari ke bawah jembatan, bersembunyi di kandang sapi, dan ada juga yang lari ke rawa-rawa. Polisi hanya berhasil menangkap beberapa napi, beberapa napi lainnya melarikan diri,” ujarnya.
Kaburnya ratusan tahanan Rutan Sialang Bungkuk juga sempat membuat suasana Pekanbaru mencekam. Terutama, daerah sekitar lokasi rutan seperti Kecamatan Tenayanraya, Bukitraya, Sail dan juga Kecamatan Limapuluh. Puluhan warga membentuk kelompok-kelompok kecil di beberapa persimpangan jalan bersenjatakan kayu dan parang.
Pasalnya, berkembang informasi bahwa para napi yang kabur sempat melakukan pengancamanan dan penganiyaan kepada warga. Seperti, merampas sepeda motor warga yang tengah melintas di Jalan Bukit Barisan. Belum lagi raungan sirene kendaraan milik kepolisian yang hilir mudik keluar masuk pemukiman warga melakukan penyisiran para napi.
“Tadi ada warga yang sedang melintas di jalan Bukit Barisan, tiba-tiba ada orang yang memukul dengan kunci roda sehingga ia terjatuh dan motornya dilarikan. Mungkin yang memukul itu napi yang kabur,” ujar Khairul warga Jalan Harapanraya. (*)
LOGIN untuk mengomentari.