Bandung 21 Juni 1958 (Antara) – Seorang guru wanita Nn. Mr, mengadjar di suatu sekolah landjutan pertama dikota Bandung, telah menerima seputjuk surat dari seorang pemuda bangsa Belanda jang terpaksa pulang kenegerinja karena timbulnja konflik politik antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Belanda.
Dalam surat jang pandjangnja hampir 3,5 halaman itu, J.v.B – demikian nama pemuda Belanda itu – diantaranja mentjeritakan keadaan negerinja jang “serba kurang memuaskan”.
Dahulu ia mentjita2-kan ingin sekali pergi kenegeri Belanda, tetapi setelah ia hampir 5 bulan berada disana sudah merasa tidak betah lagi disebabkan diantaranja keadaan iklim dan makanan sangat tidak sesuai dengan djasmaniahnja.
Dgn mempergunakan bahasa Sunda jg baik, J.v.B. achirnja mengatakan : Terbajanglah dlm chajalku keindahan Tanah Tumpah Darahku, teristimewa ditanah Pasundan: pegunungannja jg terbentang hidjau, disinari matahari setiap saat. Aku rindu. Bukan sadja rindu kepada kau dan gadis2 Priangan lainnja, djuga aku sangat merindukan mataharimu dan iklim negerimu serta keindahan pemandangannja. Dan jang sangat ku rindukan ialah ingin sekali aku mengetjap lagi makanan negerimu, terisitimewa makan (nasi) dengan lalap dan sambel terasi!”.
Perlu diketahui, J.v. B. umurnja 20 tahun, lahir dan dibesarkan di Priangan.