Bermunculan-nya orang-orang yang sekolahnya tidak tinggi namun mampu berhasil menjadi orang yang berpengaruh bagi masyarakat, dan ada yang mampu membangun sebuah perusahaan besar berskala nasional, menjadi salah satu hal yang perlu menjadi bahan penelitian dan renungan bagi banyak orang di negara ini. Betapa tidak, selama ini mayoritas orang di negara kita yang tidak tinggi sekolahnya banyak yang bersikap pesimis atau tidak percaya diri dengan kemungkinan-kemungkinan baik yang mungkin bisa dicapainya. Padahal buktinya banyak yang sekolahnya tidak tinggi tapi berhasil menjadi seseorang yang berpengaruh di negara ini.
Sebut saja Mantan wakil presiden Indonesia ke-3 Adam malik yang tidak mengenyam bangku sekolah sama sekali, Buya Hamka yang terkenal dengan karya-karya tulisnya seperti “tenggelamnya kapal van der wijck” dan “dibawah lindungan ka’bah”, bliau hanya sekolah sampa kelas dua, Andrie wongso yang terkenal dengan gelarnya SDTT (Sekolah Dasar Tidak Tamat) seorang pengusaha dan motivator, bob sadino, dan masih banyak lainnya. Mereka bukan orang pandai di sekolahan tapi mempekerjakan banyak orang pandai di lapangan.
Di atas saya menggunakan kata sekolah dan bukan pendidikan, karena pendidikan dan sekolah itu berbeda.
Pendidikan adalah proses penanaman nilai, sedangkan sekolah hanya bangunan atau tempat dimana nilai-nilai itu ditanamkan. Namun penanaman nilai atau pendidikan tidak hanya didapat di sekolah, rumah dan lingkungan adalah tempat paling berpengaruh membentuk karakter seseorang.
“jadi Apakah sekolah penting ?.”
“ya”, sekolah itu penting, tapi bukan yang utama. Sekolah hanya wadah, yang utama adalah nilai-nilai yang diajarkan didalam-nya. Bukan nilai matematika atau IPA, tetapi nilai-nilai yang mengajarkan bagaimana menjalani hidup supaya mampu bertahan dan tidak dipermainkan oleh kehidupan, dan sayangnya nilai-nilai seperti itu tidak d ajarkan di sekolah formal, karena fokus utama sekolah-sekolah formal adalah nilai-nilai yang sifatnya akademis dan tertulis di atas kertas.
Sistem pendidikan sekolah formal fokus utamanya mendidik siswa supaya pandai, tidak peduli siswa itu nakal atau tidak, kalau dia nilai ujian mata pelajarannya bagus, dia lulus, itulah sistem materialisme (penghambaan terhadap benda), tidak peduli orangnya korup atau tidak, selama punya gelar sarjana, bisa mencalonkan diri jadi pejabat negara.
Selain pendidikan formal, ada penddikan pesantren. berbeda dengan pendidikan formal yang fokus utamanya menjadikan siswanya pandai, pendidikan pesantren fokus utamanya adalah menjadikan siswa-nya berprilaku baik, sumber nilai yang diajarkannya berasal dari kitab suci.
Orang-orang berhasil yang tidak lulus sekolah formal itu, mereka tidak fokus pada nilai-nilai mata pelajaran dan tidak berusaha menjad pandai, karena memang mereka tidak menjalani hidup di dunia pendidikan yang seperti itu, mereka belajar dan di-didik lansung oleh kehidupan yang kita sebut dengan pengalaman. pengalaman hidup mereka yang berat dan tidak mudah telah mengajarkan mereka nilai-nilai kehidupan yang dikemudian membuat mereka menjadi orang-orang besar dan bijak.
“jadi apakah sekolah masih penting ?”.
Jawaban-nya masih“ya”, karena kita masih hidup dalam sistem materialistis, dimana segala sesuatu dinilai berdasar yang terlihat. potensi manusia masih diukur dengan Ijazah (seonggok-kertas) yang bisa dimanipulasi atau diperjual-belikan. Inilah sistem kehidupan yang membuat Eddi Djuandie, seorang pengusaha kerajinan-tangan di garut marah dan membakar semua ijazah-nya dari mulai Ijazah paud sampai sarjana.
Sebagai penutup, di awal tadi didahului dengan sebuah kalimat “sekolah tinggi tapi miskin, tidak lulus sekolah tapi kaya”.
Siapa yang mengatakan bahwa dengan sekolah kita pasti kaya ?.
Sekolah tidak ada hubungannya dengan miskin atau kaya, sekolah hanyalah tempat menimba ilmu dan mendidik siswanya untuk menjadi insan yang ber-akal sehat dan berwawasan luas.
Masalah kaya dan tidak kaya, itu urusan ikhtiar bukan urusan sekolah dan tidak sekolah.
kamu juga bisa menulis karyamu di vebma,dibaca jutaan pengunjung,dan bisa menghasilkan juta rupiah setiap bulannya,