Palembang, BP
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) dan Museum Negeri Sumatera Selatan Balaputra Dewa menggelar seminar dan webinar bertema ‘Peran Media dalam Mensosialisasikan Gentak Informatif Wisata Andalan Nyaman dan Gempita (GIWANG) Sumatera Selatan di Aula Museum Negeri Sumatera Selatan, Senin (16/11).
Kegiatan menghadirkan pembicara utama Dr Hj Megawaty, ST MT, Plh Kepala Disbudpar Sumsel dan sejumlah narasumber lain, yakni Ketua Forum Pariwisata dan Kebudayaan (Forwida) Sumsel Dr Diah K Pratiwi, Kasubdit Wisata Polda Sumsel AKBP Drs H Harno MSi, Pemimpin salah satu koran di Palembang, M Iqbal, dan sejarawan Sumsel, Kms AR Panji, MSi. Sedangkan acara dibuka oleh Kepala Museum Negeri Sumsel Chandra Amprayadi.
Plh Kadisbudpar Sumsel Megawaty mengatakan, pihaknya akan merilis aplikasi GIWANG Sumsel. Ini dilatarbelakangi masih kurangnya publikasi even dan destinasi pariwisata, budaya, dan sejarah di Sumsel kepada masyarakat.
“Kegiatan yang digelar kesannya kurang bergaung. Sekecil apapun even yang digelar itu, menggaung di masyarakat. Semua orang tahu, sehingga ramailah acara tersebut,” katanya.
Aplikasi GIWANG Sumsel, ia mengatakan, saat ini masih dalam tahap purwarupa (prototype). Aplikasi ini berisi informasi tentang semua hal tentang kebudayaan dan kepariwisataan. Mulai dari akomodasi, tempat sejarah dan budaya, restoran, travel, event-event yang digelar, dan lainnya.
“Tujuan dan manfaat aplikasi GIWANG Sumsel, mengidentifikasi sumberdaya dan potensi budaya dan wisata andalan, mempermudah akses terhadap informasi kepariwisataan, dan meningkatkan engagement dengan wisatawan,” tukasnya.
Ia berharap ke depan, organisasi perangkat daerah (OPD), BUMN, BUMD, dan instansi swasta di Sumsel yang menggelar kegiatan, maka itu dapat dijadikan potensi wisata.
“Misalkan Dinas Pertanian ada kegiatan panen raya. Apabila kegiatan itu merupakan kegiatan rutin tahunan, kita agendakan even tersebut. Kita meriahkan,” katanya.
Aplikasi GIWANG Sumsel, ia melanjutkan, terkoneksi dan terintegrasi antara kabupaten/kota dalam pemuktahiran database potensi budaya dan pariwisata andalan se-Sumatera Selatan
Mengenai penamaan aplikasi seperti nama perhiasan, ia mengatakan, ada filosofisnya. Giwang secara harfiah merupakan perhiasan untuk mempercantik wajah di bagian pendengaran.
“Dimaknakan bahwa dengan GIWANG Sumsel dapat menggaungkan indera pendengaran (informasi) terkait pesona kecantikan budaya dan destinasi wisata andalan Sumsel yang nyaman, sehingga agenda pariwisata lebih semarak,” katanya.
Ketua Dr Diah K Pratiwi memberikan paparan tentang Peran Serta Komunitas, Pelaku Wisata, dan UMKM Dalam Menjadikan Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Selatan Viral di Era Milenial.
Diah menyarankan agar aplikasi GIWANG tidak menggunakan ruang/memori yang besar, sehingga tidak di haruskan menghapus applikasi lain yang dibutuhkan sehari-hari.
Lalu penampilan yang menarik namun simple dan dilengkapi dengan library yang memuat sejarah atau narasi tentang prasasti-prasasti yang merupakan wisata budaya, misalnya: prasasti kedukan bukit, prasasti Talang Tuo, Gua Putri, Bumi Ayu, dll.
“Menggunakan tampilan yang cocok dengan berbagai usia , untuk jadwal kegiatan budaya dan pariwisata sebaiknya yang sudah dimasukkan dalam applikasi oleh admin/pengembang agar tidakpernah diubah , dan dilaksanakan/tayang sesuai jadwal,” katanya.
Dia melihat selama ini informasi wisata menggunakan web, hanya untuk daerah tertentu dan belum memuat destinasi wisata budaya tak benda serta diperlukan yang lebih sederhana.
Selain itu informasi wisata menggunakan youtube menurutnya tumpang tindih dan tidak lengkap dan tidak memuat jadwal attraksi budaya serta sebagian besar dibuat untuk kepentingan travel tertentu.
“Diperlukan aplikasi yang lebih lengkap , lebih Sederhana dan mudah untuk menambahkan informasi.
Selain itu menurutnya, peran serta komunitas, pelaku wisata, dan UMKM yakni melakukan promosi pariwisata, melaksanakan kajian dan publikasi dalam meningkatkan aktivitas pelestarian budaya. Lalu melaksanakan penggalian potensi kearifan lokal, membantu perlindungan cagar budaya, memberikan informasi kepada masyarakat, dan menjaga kelestarian budaya asli Indonesia.
Sedangkan Kms AR Panji mengangkat paparan berjudul ‘Mengolah Sejarah dan Kebudayaan Sumsel Menjadi Destinasi Wisata Budaya dan Religi mengatakan, agar pemerintah dapat memanfaatkan situs-situs bersejarah, benda cagar budaya, kebudayaan daerah dijadikan tempat objek pariwisata.
Selain itu untuk aplikasi GIWANG , dirinya mendukung aplikasi tersebut tapi jangan nanti dibuat rumit aplikasinya tapi di buat sederhana dan mudah diunduh.
“ Biasanya aplikasi yang sudah –sudah ini besar rumit dan besar kapasitasnya , seperti gojek mudah orang mengunduhnya , dibuat simpel,” katanya.
Sedangkan AKBP Drs H Harno MSi lebih membahas peran polisi parawisata dalam mengamankan benda cagar budaya di Sumatera Selatan. #osk