Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat yang fokus pada permasalahan berkaitan dengan prinsip-prinsip ilmiah dan aspek-aspek kehidupan manusia. Salah satu hubungan ilmu filsafat dalam segi kehidupan manusia yaitu Artificial Intelligence atau yang lebih umum dikenal sebagai kecerdasan buatan.
AI sebagai bagian dari ilmu komputer, mengeksplorasi proses berpikir dan reaksi yang mirip dengan manusia. Dari perspektif aksiologi, yang merupakan salah satu dimensi filsafat, AI memberikan manfaat pada kehidupan manusia, terutama sekarang dengan aplikasinya yang sudah merambah ke berbagai sektor termasuk pendidikan.
Menurut Chiu (Computers and Education, 2023), ada banyak penerapan AI dalam pembelajaran, diantaranya adalah integrasi AI dengan teknologi Augmented Reality, Virtual Reality dan Mixed Reality, dimana penggabungan teknologi ini dapat menciptakan pengalaman yang lebih mendalam dan interaktif.
Sebagian besar penelitian menerapkan chatbot AI, seperti ChatGPT. Fitur-fitur canggih yang ditawarkan oleh ChatGPT memberikan manfaat dalam pendidikan, baik bagi siswa maupun bagi guru.
Bagi siswa misalnya, penggunaan chat GPT ini dapat menjawab rasa ingin tahunya dan meningkatkan keterampilan bertanya karena memungkinkan siswa melakukan percakapan dengan mesin tentang pembelajaran mereka. Siswa dapat berinteraksi dengan agen AI menggunakan pendekatan tanya jawab.
AI juga memberikan dukungan signifikan kepada guru dalam proses pembelajaran, termasuk membantu dalam penentuan konten, metode pengajaran, dan teknik komunikasi yang efektif. Fitur yang ada dalam ChatGPT membuka peluang bagi pendidik untuk memperkaya metode pedagogis mereka, melalui integrasi kegiatan kelas yang lebih interaktif.
ChatGPT mendukung para pendidik dalam mengembangkan pendekatan pengajaran yang lebih inovatif dan bertindak sebagai alat komunikasi yang memfasilitasi keterlibatan siswa dalam kelas. ChatGPT bisa digunakan oleh guru untuk membuat materi pendidikan, seperti slide yang menggambarkan tujuan pembelajaran dan kriteria penyelesaian tugas.
Selain itu, kemampuan AI untuk cepat menghasilkan pertanyaan dan instruksi tambahan berdasarkan materi ajar bisa meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dan berpikir kritis, yang merupakan komponen kunci dalam pembelajaran di era pendidikan modern.
Namun demikian, dalam ruang lingkup aksiologi harus mempertimbangkan nilai-nilai etika dan moral. Aksiologi disamping mengkaji nilai estetika (membahas mengenai keindahan yang terkandung dalam sesuatu) juga membahas tentang etika (nilai moral).
Sehingga kalau dikaitkan dengan penerapan AI contohnya ChatGPT ini dalam pendidikan juga harus memperhatikan nilai-nilai moral. Aksiologi AI mencakup pertimbangan etika dan moral terkait dengan pengembangan, implementasi dan penggunaan teknologi kecerdasan buatan.
Hal ini melibatkan pertanyaan tentang dampak dan tanggung jawab yang melekat dalam pengembangan dan penerapan kecerdasan buatan tersebut. Perdebatan etis ini membahas bagaimana AI dapat digunakan secara bertanggung jawab untuk memastikan manfaatnya sejalan dengan nilai-nilai manusia.
Penggunaan ChatGPT yang revolusioner dalam bidang pendidikan telah memicu berbagai respons kritis dari para pendidik. Kemajuan dalam teknologi AI ini dianggap mengubah standar pendidikan yang ada, memicu diskusi yang luas.
Beberapa pendidik menyikapi ChatGPT dan AI dengan skeptis, melihatnya sebagai ancaman yang bisa mengurangi kualitas kegiatan pendidikan dan mendorong kebiasaan malas di antara guru dan siswa, karena potensi penurunan dalam kemampuan analitis. Penerapan ChatGPT di sektor pendidikan juga menghadirkan masalah.(***)