in

AS dan Tiongkok Akan Evaluasi Kesepakatan “Fase Satu”

BEIJING – Para juru runding Ame­rika Serikat (AS) dan Tiongkok dijad­walkan bertemu di Washington DC, Sabtu (15/8), membahas kesepa­katan perdagangan “fase satu” yang ditandatangani awal tahun ini.

Kesepakatan Washington dan Beijing pada Januari lalu merupa­kan gencatan senjata parsial dalam perang dagang selama berbulan-bu­lan. Saat itu disepakati, Beijing akan mengimpor produk AS tambahan se­nilai 200 miliar dollar AS selama dua tahun, mulai dari mobil, mesin, mi­nyak, hingga produk pertanian.

Namun, pembelian barang-ba­rang itu telah terbengkalai. Presiden AS, Donald Trump, sibuk meningkat­kan retorika perang dinginnya terha­dap Tiongkok menjelang pemilihan presiden AS, November 2020. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan tentang nasib kesepakatan tersebut serta ke­mungkinan kelanjutan fase kedua dari gencatan perdagangan itu.

“Hasil pembicaraan perdagangan ini akan memberi sinyal apakah ke­dua belah pihak bersedia untuk terus mempertahankan kesepakatan atau akan menandakan hubungan me­reka akan memburuk lebih jauh atau sebaliknya,” kata Kepala Ekonom Greater Tiongkok, Iris Pang.

Pengamat pesimistis pembicaraan itu menghasilkan perubahan besar da­lam perjanjian. Dan jika terjadi sesuatu, Washington akan menjadi katalisnya. “Sampai sekarang, Tiongkok relatif pa­sif dan Amerika Serikat relatif proaktif,” kata Kepala Ekonom Greater Tiongkok di Bank ANZ, Raymond Yeung.

“Tidak akan banyak perubahan yang datang dari Tiongkok dalam hal perdagangan, kerja sama atau pem­bukaan pasar, kuncinya masih ada di pihak AS,” tambahnya.

Ketegangan Memburuk

Suasana menjelang penandata­nganan kesepakatan di Washing­ton dalam beberapa bulan terakhir dibayangi perang retorika antara Washington dan Beijing. Trump me­nuduh Tiongkok sebagai pihak yang bertanggung jawab atas munculnya pandemi global Covid-19.

Ketegangan juga memburuk aki­bat tindakan keras Tiongkok terhadap Hong Kong, yang telah memicu sanksi dari Washington. Trump bahkan me­ngeluarkan perintah eksekutif mela­rang raksasa internet Tiongkok, Tik­Tok dan WeChat beroperasi di AS.

Perwakilan Dagang AS, Robert Lighthizer, pada Juni mengata­kan Tiongkok akan menindaklanjuti komitmennya, sementara Washing­ton mengincar kesepakatan kedua.

Tetapi pada bulan yang sama, seorang penasihat Dewan Nega­ra Tiongkok mengatakan bahwa pan­demi Covid-19 telah “berdampak” pada kesepakatan itu dan hubungan antara negara-negara “sangat tidak memuaskan”.

Institut Peterson untuk Ekonomi Internasional yang berbasis di AS mengatakan pembelian pertani­an Tiongkok pada akhir Juni masih jauh dari posisi seharusnya pada saat itu di tahun ini. n SB/AFP/P-4

What do you think?

Written by Julliana Elora

Target Pertumbuhan di RAPBN-2021 Dinilai Kurang Realistis

“Food Estate” Mesti Beri Nilai Tambah