Jakarta (ANTARA News) – Pelaksanaan Asian Paragames 2018 di Jakarta, 8-16 Oktober 2017, diharapkan menjadi momen yang tepat mengangkat harkat dan martabat kaum difabel di tengah banyaknya pergunjingan terhadap masyarakat berkebutuhan khusus di Indonesia.
Salah satu yang menjadi sorotan saat ini adalah insiden yang dialami oleh mahasiswa penyandang disabilitas dari salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Kondisi tersebut dinilai menandakan jika masih rendahnya pemahaman keberadaan kaum disabilitas di Indonesia.
“Adanya tindakan semena-mena terhadap penyandang disabilitas menjadi bukti rendahnya perhatian terhadap kaum difabel. Dengan kondisi itu maka Asian Paragames harus dijadikan momen mengangkat harkat dan martabat kaum difabelitas di Indonesia,” kata ketua penyelenggara Asian Paragames 2018 (INAPGOC) Raja Sapta Oktohari dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.
“Kalau perlu dijadikan volunteer pada Asian Paragames nanti karena kalau hanya dihukum hanya akan menimbulkan antipati,” kata pria yang juga ketua umum Pengurus Besar Ikatan Sepeda Sport Indonesia (PB ISSI) itu.
Sementara itu persiapan untuk menghadapi Asian Paragames 2018 terus digalakkan termasuk dalam pengajuan anggaran yang akan digunakan. Hanya saja besarnya anggaran yang dibutuhkan tidak sebesar Asian Games 2018 yang menembus angka Rp4,5 triliun.
Saat ini baru saja ditetapkan logo Asian Paragames 2018 Jakarta. Logo yang digunakan tidak jauh beda dengan Asian Games 2018. Yang membedakan adalah corak warna dan tambahan gambar ditengah logo.�
Sesuai dengan rencana ada 42 negara yang bakal terlibat di Asian Paragames 2018. Adapun pelaksanaan kegiatan sendiri akan dipusatkan di kompleks Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta.
Editor: Gilang Galiartha
COPYRIGHT © ANTARA 2017