in

Awas Kesurupan!

Oleh Umzakia Juliana*

Kita pasti pernah melihat orang lain yang berbicara pada diri seseorang! Kita juga pasti pernah melihat seseorang memperebutkan tubuh yang dimilikinya dengan kepribadian yang ada di dalam tubuhnya. Seorang yang sering kemasukan roh halus dalam istilah khusus disebut penderita Dissociative Identity Disorder (DID) atau biasa disebut sebagai orang yang mengalami kesurupan. Apa itu kesurupan? menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti dari kesurupan atau kerasukan yaitu masuknya roh jahat, setan, jin, atau semisalnya, ke dalam tubuh manusia. Konsep kesurupan adalah sebuah fenomena tentang mahkluk halus yang menguasai pikiran, dan intelek (kesanggupan untuk membuat keputusan) pada diri seseorang dengan menyatu pada kesadaran nya (Walker : 1973, 4).

Orang mengalami kesurupan ketika badannya dimasuki oleh makhluk halus yang menguasai jiwanya, oleh karena itu tingkah laku seseorang yang kesurupan dikuasai oleh makhluk halus. Hampir setiap kasus kesurupan, seseorang yang mengalami kesurupan tidak tahu atau tidak ingat bahwa dia kesurupan (Wallace: 2001, 14).

Dalam tinjauan medis, Kesurupan merupakan penyakit dan bukan sesuatu yang berbau mistis seperti yang banyak dipercayai masyarakat. Kondisi kesurupan disebabkan oleh adanya tekanan sosial dan mental yang masuk ke alam bawah sadar. Sedangkan dalam dunia psikiatri lebih memahaminya sebagai perubahan identitas pribadi.

Dalam panduan penggolongan diagnosis gangguan jiwa III, kesurupan masuk kedalam gangguan disosiatif yang ciri utamanya kehilangan ingatan masa lalu, kesadaran identitas dan penginderaan, serta kontrol terhadap gerakan tubuh. Kondisi kesurupan juga bisa disebabkan oleh adanya tekanan sosial dan mental yang masuk ke alam bawah sadar.

Kesurupan atau trance adalah keadaan yang ditandai dengan adanya perubahan kesadaran atau hilangnya penginderaan dari identitas diri dengan atau tanpa suatu identitas alternative (DSM IV TR). Keadaan tersebut juga membuat perubahan pada status kesadaran dan menunjukkan penurunan responsivitas terhadap stimulus lingkungan (Kaplan, 1994).

Kesurupan di Indonesia sering terjadi pada siswa-siswa atau pelajar sekolah. Masa remaja merupakan masa storm dan stress, artinya pada masa ini seseorang sangat rentan dengan pengaruh lingkungan sosial. Selain itu remaja yang sedang menuju masa peralihan menjadi dewasa seringkali mengalami problem psikis apabila mereka kekurangan dukungan psikologis dari orang terdekatnya. Dalam kondisi seperti ini, ego selalu berusaha mempertahankan diri, tetapi dalam batas ambang ego tidak dapat menekan beberapa ide-ide yang mendasari problem remaja, sehingga individu dalam keadaan stress. Jika sudah demikian, stimulus perangsang kecilpun bisa dimanifestasikan sebagai stimulus besar.
Kesurupan bisa terjadi karena faktor eksternal misalnya sugesti-sugesti lingkungan di sekitarnya, lokasi tempat tinggal, suasana yang menekan diri seseorang, dan waktu-waktu khusus lainnya. Dan bisa juga karena faktor internal seperti tubuh yang lemah atau sakit, dan sering melamun atau pikiran yang kosong.

Sebelum kesurupan (awal disosiasi) seseorang merasa bahwa nafasnya terasa sesak, perasaan yang tidak enak, sementara badannya terasa lemas, panas, pusing, tubuhnya terasa kaku, nyeri, dan kejang-kejang. Jika ditinjau dari perilaku, seseorang yang kesurupan akan menjerit-jerit, akan berlari-lari, akan menari-nari, melihat dengan tatapan melotot, dan ada yang berbicara dengan bahasa lain.

Adapun beberapa gejala kesurupan yang pertama Kepala terasa berat, badan dan kedua kaki terasa lemah, penglihatan kabur, badan terasa ringan, dan ngantuk (masih disadari subjek). Kedua Tiba-tiba tidak mampu mengendalikan dirinya. Melakukan sesuatu di luar kemampuan dan beberapa di antaranya seperti ada kekuatan di luar yang mengendalikan dirinya. Ketiga Melakukan gerakan-gerakan yang terjadi secara otomatis, tidak ada beban mental, dan tercetus dengan bebas. Keempat Mengekspresikan hal-hal yang terpendam melalui jeritan, teriakan, gerakan menari seperti keadaan self hipnotis. Kelima Fisik mereka dirasa lelah tetapi, mental mereka mendapatkan kepuasan hebat.

Pemulihan yang dilakukan biasanya berbeda-beda, ada yang pergi ke dukun, kyai, pastur, atau pendeta, dan ada juga dengan cara berdoa, pijat, atau memasukkan keyakinan baru seperti pindah tempat tinggal. Seseorang yang sudah pulih tubuhnya akan terasa lemas juga memiliki persepsi bisa melihat makhluk halus.

*Penulis adalah mahasiswa psikologi, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Komentar

What do you think?

Written by virgo

Buka Puasa Bersama Di Rumah Dinas Ketua MPR

Gila Belanja di Bulan Ramadhan