YOGYAKARTA -Usai berwisata ke Candi Borobudur, Mendut dan Pawon, luangkan waktu menjelajah desa-desa wisata di Magelang. Ada puluhan desa wisata, yang membuat pengunjung punya banyak pilihan untuk mengeksplorasinya.
Berikut sepuluh desa wisata di sekitar Candi Borobudur, satu dari 10 Top Destinasi Prioritas.
Desa Wanurejo
Ini desa wisata paling populer. Letaknya dekat dengan Borobudur, dan telah lama menjadi tujuan wisatawan mancanegara dan nusantara. Atraksi menarik di desa ini adalah kulinernya; keripik tempe dan kue clorot, batik tulis khas Magelang, dan bumi perkemahan. Ada pula atraksi kesenian dan kerajinan tangan.
Desa Tanjungsari
Jika menyukai madu dan ingin melihat proses pengambilan madu, atau ingin tahu yang disebut madu asli, datang ke Desa Tanjungsari. Di sini pengunjung juga bisa mencoba ikutan beternak lebah madu.
Desa berlatar Bukit Menoreh ini terletak tiga kilometer dari Candi Borobudur juga menawarkan atraksi lainnya; kerajinan ornamen, kesenian, dan lainnya. Ingin bermalam di desa ini, homestay murah-meriah bertebaran.
Desa Majaksingi
Tidak jauh dari Desa Tanjungsari ada Desa Majaksingi. Bedanya, atraksi yang ditawarkan di desa ini adalah sunrise trekking dan cycling. Maklum, yang dijual di sini adalah panorama asli pedesaan Jawa.
Penyuka kesenian jaran kepang, atau kuda lumping, jathilan, kethoprak, dan topeng ireng, bisa berpuas diri. Atau menyaksikan langsung masyarakat desa membuat sangkar, topeng, dan ukiran kayu.
Desa Giritengah
Wisatawan menyebutnya desa kesenian. Di desa ini pengunjung bisa menemukan berbagai beragam kesenian tradisional yang masih terjaga. Desa Giritengah tercatat dalam sejarah karena pernah disinggahi Pangeran Diponegoro saat melakukan perang melawan Belanda antara 1825-1830. Jejak sang pangeran masih ada dan terawat, yaitu ‘pos mati’ -puncak bukit tempat menyimpan senjata. Dari ‘pos mati’ pengunjung bisa menyaksikan keindahan Gunung Merbabu. Yang juga menarik di desa ini adalah persawahan subur.
Desa Candirejo
Yang dominan di Candirejo adalah pertanian. Sekujur desa terlihat alami, dan hanya sedikit tersentuh modernisasi. Di desa ini juga ada upacara Nyadran, mengirim doa tahunan untuk para leluhur desa di bulan Ruwah atau menjelang Ramadhan.
Upacara besar lainnya adalah Saparan dan Perti Desa (Bersih Desa/Sedekah Bumi) setiap tanggal 15 bulan Sapar (kalender Jawa). Kesenian tradisionalnya adalah Karawitan, wayang dan Tarian Gatholoco/Wulangsunu. Produk cinderamata di desa ini adalah kerajinan bambu dan pandan.
Desa Giri Purno
Ada dua kegiatan utama desa ini; memerah susu kambing dan mengunjungi Air Terjun Giri Purno. Yang juga khas di desa ini adalah kuliner tradisioalnya yang terbuat dari talas. Ada bolu talas dan keripik talas.
Wisman dan wisnus biasanya berlama-lama di desa ini dengan menginap di homestay. Di sini, homestay adalah rumah penduduk yang dijadikan penginapan. Jadi, pengunjung benar-benar merasakan suasana pedesaan.
Desa Tuksongo
Sebagai alternatif, pengunjung bisa menyambangi Desa Tuksongo. Ini desa makmur, dengan sebagian besar penduduknya adalah petani tembakau. Keramahan warga berpadu dengan kesejukan udara desa. Dari desa ini pengunjung bisa menyaksikan puncak Pegunungan Menoreh yang bernama suroloyo. Di sebelah utara, Candi Borobudur berdiri gagah.
Desa Bumiharjo
Bagi pengunjung yang ingin bernostalgia dengan masa kecil, datanglah ke sini. Ada banyak permainan tradisonal bocah desa dimainkan di sini. Bahkan, di sini semuanya serba tradisional; warung makan, apotek hidup, dan aneka cinderamata. Ada pula koleksi permainan tradisional dari berbagai daerah.
Desa Kebonsari
Yang khas di desa ini adalah seluruh warganya menekuni profesi kerajinan bambu. Hasil kerajinan dipasarkan ke kawasan wisata lain; Yogjakakarta, Bali, Lombok, Danau Toba, dan Malaka. Desa terletak lima kilometer dari Candi Borobudur.
Desa Kenalan
Desa terletak di kawasan pegunungan. Bagi pengunjung yang ingin udara sejuk, datanglah ke desa ini. Di sini pengunjung juga bisa menyaksikan penduduk menganyam pandan menjadi tikar, dan kerajinan lainnya.
Ada pula home industry slondok, kuliner terbuat dari ubi kayu. Namun orang yang datang ke sini melulu menyerbu sebuah goa dan berjalan-jalan di hutan. Candi Borobudur saat ini masih dikunjungi 245 ribu wisman per tahun. Angkor Wat, candi Buddha di Kamboja, disambangi 2,4 juta wisatawan per tahun.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya berupaya mengubah semua ini. Ia terus mempopulerkan Candi Borobudur kepada dunia, dan membangun infrastruktur agar wisman bisa mencapai candi Buddha terbesar dengan mudah.
Menpar Arief Yahya menargetkan Borobudur dikunjungi tujuh juta orang per tahun pada 2019. Rincinya, dua juga wisman dan lima juta wisnus. Jika target itu terpenuhi, desa-desa wisata di sekeliling Candi Borobudur akan semakin makmur. (*)
LOGIN untuk mengomentari.