Pekan Nan Tumpah 2021 telah resmi dibuka Jumat malam (1/7/2022) di Taman Budaya Provinsi Sumbar di Jalan Diponegoro Padang. Festival seni dwitahunan yang telah diselenggarakan Komunitas Seni Nan Tumpah (KSNT) sejak tahun 2011 itu, dibuka dengan pertunjukan dari kelompok musik Naramajas.
Selain pertunjukan musik Naramajas, penyelenggaraan Pekan Nan Tumpah 2021 pada hari pertama ini juga akan diramaikan pameran instalasi dan performing art Klub Ikan Larangan, sketchday oleh Rumah Ada Seni, pembukaan pameran seni rupa, pertunjukan musik Freesound, bazaar produk UMKM, dan pertunjukan musik tradisional Sarabi.
Sementara itu pada weekend ini, Sabtu (2/7/2022), Pekan Nan Tumpah dibuka sejak pukul 09.00 WIB dan diisi kegiatan pemutaran film dari Sani Films, pameran, dan bazar produk UMKM.
Melanjutkan hari pembukaan, pada hari kedua pun akan dihadirkan sketchday dari Rumah Ada Seni (RAS), Lapak Baca, dan kegiatan mendongeng oleh Robby W Riyodi. Tiga kegiatan ini nantinya akan menjadi kegiatan reguler yang akan dihadirkan selama sepekan dengan jadwal yang sama.
Ketua Pelaksana Pekan Nan Tumpah 2021, Tenku Raja Ganesha megatakan, sebagai bagian dari kerja lintas komunitas, kegiatan ini bertujuan memperkenalkan program rutin mereka.
Selain kegiatan reguler, hari kedua Pekan Nan Tumpah juga diisi pertunjukan musik Candasuara, Rani Jambak, Ripjeans, dan ditutup oleh Sarabi.
Salah satu kurator dalam Pekan Nan Tumpah 2021, Rijal Tanmenan menjelaskan, pengolahan kata, bunyi, dan laku tubuh sebagai materi pembentukan karya-karya musik Candasuara dan diformulasikan menjadi sebuah pertunjukan musik baru yang performatif dengan bebunyian yang dipilih bersumber dari tubuh dan ketubuhan (aksesoris tubuh seperti baju celana anting gelang dan lain lain).
Material musikal yang digunakan dalam penciptaan karya Galuk adalah bebunyian dan laku tubuh yang terdapat dalam praktik Silek di Minangkabau, khususnya silek dengan praktik duduk.
Berikutnya, Rani Jambak akan hadir dengan pertunjukan yang berjudul Return. Rani memandang di balik tragedi kita dapat mempelajari sesuatu. Momentum ini seolah mengajaknya seperti kembali lagi mempertanyakan diri apa sebenarnya hal yang paling penting di hidup kita? Kesehatan dan keselamatan merupakan hal penting yang diingatkan pandemi yang terjadi dua tahun belakangan.
Melalui rekaman-rekaman suara yang diambil selama Pandemi (sirine ambulan, berita Covid dari lini media, penjual selendang di pusat wisata Bali yang menarik /memaksa pembeli untuk membeli kainnya karena tidak ada pelanggan selama Pandemi).
Return memperlihatkan apa yang telah berlangsung selama Pandemi. Sebagaimana fenomena orang-orang kota yang kembali ke desa, kerja dari rumah (WFH), dan seterusnya. Return dalam konteks tempat, juga diartikannya ketika kembali ke alam dapat mengisi jiwa kita.
Setelah penampilan dari Candasuara dan Rani Jambak, akan disusul oleh Ripjeans, sebuah kelompok musik atau band asal Padang. Band ini telah terbentuk sejak tahun 2016, dengan genre hardrock, yang terlahir dari tongkrongan kampus UNP, khususnya kampus selatan UNP.
Ripjeans memulai panggung perdananya dari gigs-gigs seputaran kampus kota Padang hingga event komersial. Saat ini Ripjeans telah merilis sebuah single pada tahun 2020 yang berjudul Elang, dan dalam waktu dekat juga akan merilis single terbarunya yang berjudul Gemuruh.
Penampil terakhir dalam Pekan Nan Tumpah hari kedua ini adalah pertunjukan kesenian tradisional Sarabi yang juga adalah penampil terakhir dalam Pekan Nan Tumpah hari pertama.
Pertunjukan kesenian tradisional dari Sarabi berlokasi di pelataran parkir depan Taman Budaya Provinsi Sumatera Barat. Sarabi yang merupakan akronim dari Saluang Rabab Berinteraksi ini digawangi Mak Hasanawi.(rel)