Dua pimpinan tertinggi lembaga pengawas obat dan makanan di Arab Saudi dan Indonesia melakukan pertemuan bilateral di Riyadh.
Setidaknya ada lima alasan kuat yang menjadi latar belakang kerja sama strategis antara Arab Saudi dan Indonesia di bidang regulatori obat dan makanan.
Yang pertama, Arab Saudi dan Indonesia adalah negara muslim.
Kedua, Arab Saudi dan Indonesia mempunyai hubungan yang erat.
Ketiga, Arab Saudi dan Indonesia merupakan negara anggota G20.
Keempat, pengawasan obat dan makanan di Arab Saudi dan Indonesia dilaksanakan oleh satu lembaga independen.
Terakhir, kedua lembaga pengawas obat dan makanan, Saudi Food and Drug Administration (SFDA) dan Badan POM mempunyai kekuatan spesifik di bidangnya dan unggul di regional masing-masing.
“Kita harapkan dapat saling mengisi dan memberi dalam kepentingan yang mutual,” kata CEO of SFDA, H.E Prof. Hisham bin Saad Al-Jadhey saat bertemu dengan Kepala Badan POM RI, Penny K. Lukito.
Pertemuan bilateral kedua lembaga pengawas obat dan makanan tersebut dilakukan usai acara pembukaan SFDA Annual Conference & Exhibition 2019 di Riyadh International Convention and Exhibition Center dimana Kepala Badan POM hadir sebagai tamu kehormatan.
Kepala Badan POM menyampaikan bahwa pertemuan Kepala Badan Pengawas Obat Negara Anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)/The First Meeting of the Heads of National Medicine Regulatory Authorities (NMRAs) from Organization Islamic Cooperation (OIC) Member States yang diselenggarakan di Jakarta tahun lalu, berjalan dengan sukses karena mendapat respon antusiasme dari 30 negara anggota OKI yang hadir.
Untuk itu, Badan POM melakukan langkah-langkah konkret terkait implementasi Deklarasi Jakarta dan Rencana Aksi hasil pertemuan tersebut. Badan POM dan SFDA sepakat untuk mendukung kesinambungan forum penting ini sehingga dapat mewujudkan tujuan kemandirian suplai obat dan vaksin serta peningkatan akses dan ketersediaan obat dan vaksin yang aman, berkhasiat, berkualitas, dan terjangkau bagi masyarakat di negara anggota OKI.
Selain berdiskusi mengenai tindak lanjut hasil pertemuan pertama otoritas obat negara anggota OKI, SFDA dan Badan POM juga bertukar informasi mengenai sistem pengawasan obat dan makanan di Arab Saudi dan Indonesia.
Di bidang pangan, setidaknya ada empat isu strategis yang menjadi bahan diskusi, antara lain Sertifikasi Halal produk pangan, kolaborasi dan kerja sama Risk Assessment in Food, Kebijakan Sistem Pengawasan Keamanan Pangan, dan Program Healthy Food antara lain pengaturan label gizi termasuk gula, garam, lemak, dan transfat, yang terkait dengan penyakit tidak menular.
“Badan POM mengajak SFDA untuk menguatkan komitmen kerja sama yang sudah berjalan, termasuk untuk mendorong perdagangan kedua negara,” ukataPenny K. Lukito.
SFDA secara khusus menyampaikan apresiasi dan keinginannya untuk belajar dari Badan POM yang telah memenuhi standar internasional bidang obat, dimana dari hasil penilaian WHO Benchmarking, Badan POM RI telah memperoleh tingkat maturitas yang tinggi (maturity level 3 dan 4) dalam melaksanakan fungsi regulatori vaksin.
Dengan pengawalan Badan POM, beberapa Industri Farmasi Indonesia mendapatkan status Pre-Qualification WHO (PQ-WHO) untuk produk obat dan vaksin sehingga lebih mudah menembus pasar global. Selain itu pencapaian Badan POM menjadi anggota Pharmaceutical Inspection Co-operation Scheme (PIC/s) sejak tahun 2012 juga diapresiasi oleh CEO SFDA. Hal ini menjadi salah satu poin penting kerja sama pendampingan Badan POM dalam upaya SFDA bergabung dalam PIC/s.
H.E Prof. Hisham bin Saad Al-Jadhey sangat berterima kasih dengan diselenggarakannya pertemuan bilateral ini. “Kami sangat menghargai Badan POM yang mau berbagi informasi dan pengalaman tentang sistem pengawasan obat dan makanan di Indonesia,” tuturnya. “Pandangan kami tentang Indonesia dan Badan POM kini berubah. Begitu banyak pencapaian yang telah diraih Badan POM sehingga kami perlu banyak belajar dari Badan POM, baik secara substansi teknis maupun pengembangan organisasi yang berkualitas dan mandiri,” lanjut H.E Prof. Hisham.
Penny K. Lukito mengutarakan hal senada.
“Kami bersemangat untuk bergerak maju bersama SFDA, terutama untuk mewujudkan kemandirian otoritas obat negara anggota OKI. SFDA dan Badan POM sepakat untuk memulai program pengembangan kapasitas untuk otoritas obat negara-negara OKI pada beberapa topik substansi pengawasan,” tukas Kepala Badan POM.
SFDA dan Badan POM juga bersepakat untuk melakukan kunjungan dalam rangka mempelajari standar, regulasi, dan kebijakan sistem pengawasan obat dan makanan di kedua belah pihak.
Dengan kerja sama SFDA dan Badan POM ini, diharapkan otoritas obat negara anggota OKI lainnya akan berkomitmen untuk berkontribusi dalam implementasi rencana aksi tersebut sebagai upaya kemandirian dan akses obat dan vaksin di negara anggota OKI.
Melalui platform MoU, kerja sama kedua negara akan terus ditingkatkan untuk memberikan kontribusi signifikan tidak hanya teknis, tetapi juga implikasinya pada hubugan kedua negara di bidang sosial, politik, dan perdagangan.
Hadiri SFDA Annual Conference & Exhibition
Undangan kehormatan yang disampaikan oleh CEO SFDA kepada Kepala Badan POM, menunjukkan hubungan baik kedua institusi regulatori obat serta bentuk penghargaan atas keberhasilan penyelenggaraan Pertemuan Pertama Kepala Regulatori Obat Negara Anggota OKI yang diinisiasi oleh Badan POM, dimana SFDA menjadi salah satu wakil ketua biro pertemuan.
Penny K. Lukito menyampaikan bahwa kesempatan ini adalah upaya Badan POM untuk mendukung dan mendorong pelaku usaha obat dan makanan Indonesia agar terus meningkatkan peluang pasar ekspor ke Arab Saudi.
“Keikutsertaan Indonesia dalam Konferensi dan Pameran Tahunan SFDA ini adalah tahapan lanjut dari kerja sama kedua institusi regulatori obat dan makanan untuk mendorong peningkatan kerja sama perdagangan dan isu-isu bilateral di bidang obat dan makanan,” ungkap Penny K. Lukito.
“Berbagai upaya strategis terus digiatkan Badan POM untuk meningkatkan kualitas produk obat dan makanan Indonesia agar dapat masuk dan bersaing di pasar internasional, dengan menaati persyaratan/peraturan agar memenuhi standar keamanan, khasiat, dan mutu, termasuk standar internasional,” lanjutnya.
Pit Hoi, perwakilan PT Dexa Medica yang baru pertama kali mengikuti pameran SFDA, berterima kasih atas dukungan penuh dari KBRI (Atase Perdagangan) dan Badan POM sebagai perwakilan pemerintah mendukung yang telah mendukung percepatan ekspor sektor non-migas.
“Dexa Medica hadir di Riyadh untuk memperkenalkan produk Dexa di pasar middle east, khususnya Arab Saudi. Dengan mengikuti pameran ini, kami berharap dapat mengenali potensi pasar, kebijakan dan persyaratan regulasi untuk obat dan herbal/suplemen serta mendapatkan potential partner (local distributor) di bidang farmasi sebagai distributor produk Dexa di pasar Arab Saudi,” ungkapnya.
Berbeda dengan Dexa, Kimia Farma yang sudah lebih dulu mengekspor produknya ke Arab Saudi mengungkapkan bahwa keikutsertaannya di pameran SFDA adalah untuk mengembangkan bisnis produknya di potential market Arab Saudi dan jamaah Indonesia.
“Alhamdulillah, kami mendapatkan kemudahan dalam proses registrasi, karena adanya kesepahaman antara SFDA dengan Badan POM. Kami juga difasilitasi untuk tatap muka dan berbagi informasi dengan SFDA dan pelaku usaha Arab Saudi.” jelas Kimia Farma.