Kabupaten Limapuluh Kota kaya dengan cerita rakyat, sastra lisan, bahasa lokal, dan petatah petitih. Agar kekayaan budaya ini tidak lapuk dimakan zaman, Pemkab Limapuluh Kota bekerja sama dengan Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumbar, Universitas Andalas (Unand) Padang dan Universitas Negeri Padang (UNP), menyusun kurikulum muatan lokal bahasa dan sastra Minangkabau untuk dijadikan bahan mata pelajaran muatan lokal di sekolah.
“PEMKAB Limapuluh Kota mendukung pemberlakuan muatan lokal, khususnya bahasa daerah dan sastra Minangkabau sebagai satu pembentuk sikap mental siswa atau pelajar. Dukungan ini diimplementasikan melalui pengembangan kerja sama dengan LKAAM Sumbar, Unand dan UNP dalam menyusun kurikulum muatan lokal bahasa dan sastra Minangkabau sebagai mata pelajaran muatan lokal,” kata Bupati Limapuluh Kota Safaruddin Datuak Bandaro Rajo kepada Padang Ekspres usai menyampaikan kuliah umum di Fakultas Ilmu Budaya, Unand, Padang, Senin siang (25/7).
Dalam kuliah umum bertajuk “Peran Strategis Pemda Dalam Melestarikan dan Mengembangkan Bahasa dan Sastra Minangkabau itu, Safaruddin Datuak Bandaro Rajo menyebut, visi dan misi Kabupaten Limapuluh Kota memberikan peluang untuk mengadopsi muatan lokal (bahasa daerah dan sastra Minangkabau), dalam kurikulum pengajaran di sekolah-sekolah.
”Kita punya visi menjadikan Limapuluh Kota yang madani, beradat, dan berbudaya, dalam kerangka Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah,” kata Datuak Safar, panggilan akrab Safaruddin.
Bupati yang mengawali karir politiknya dari kepala desa ini meyakini, muatan lokal, terutama sekali bahasa daerah dan sastra Minangkabau, bisa dijadikan pembentuk karakter mental dan nilai-nilai unggul pada pelajar/siswa di tengah derasnya pengaruh nilai-nilai asing yang terintroduksi melalui kemajuan teknologi infomasi.
”Sumber muatan lokal itu dapat diambil dari khazanah tradisi lisan dan tulisan. Berupa cerita rakyat, sastra lisan, bahasa, pepatah dan petitih. Termasuk perilaku dan contoh sehari-hari. Terutama yang diarahkan kepada terbentuknya karakter dan nilai unggul pelajar,” ujar Datuak Safar.
Sebelumnya, Datuak Safar yang datang ke kampus Unand dengan ditemani Sekkab Limapuluh Kota Widya Putra dan Kabid Kebudayaan Hidwan Reta, juga memaparkan kepada mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Unand, tentang kekayaan khazanah muatan lokal yang ada di Kabupaten Limapuluh Kota. Seperti, cerita rakyat, sastra lisan, bahasa lokal, dan petatah petitih.
Khusus untuk cerita rakyat yang dimiliki Kabupaten Limapuluh Kota, menurut Safaruddin Dt Bandaro Rajo, diantaranya adalah Puti Ambang Bulan (cerita rakyat Nagari Sikabu-kabu, Tanjung Haro, Padang Panjang) dan Puti Sari Banilai (cerita rakyat dari Nagari Harau).
Kemudian, Rawang Tangkuluak (cerita Rakyat dari Nagari Taeh Baruah), Putri Gelang Banyak (cerita rakyat di Jorong Lubuak Aua, Nagari Kototinggi), dan Sumua Onggang (cerita rakyat dari Nagari Simalanggang).
Selain itu, menurut Safaruddin, juga ada cerita rakyat Boncah Tikuluk dari Nagari Kotobangun. Kemudian, Ikan Banyak (cerita rakyat dari Jorong Ikan Banyak, Nagari Pandamgadang), Batu Baraguang (cerita rakyat dari Nagari Suayan).
Bukit Sanggul (cerita rakyat dari Nagari Koto Alam Pangkalan), Bukik Posuak (cerita rakyat dari Nagari Maek), Koto Rajo (cerita rakyat dari Situjuah Ladang Laweh), dan Kudo Bincik (cerita rakyat dari Bukik Bulek, Nagari Taram).
Selanjutnya, menurut Safaruddin Datuak Bandaro Rajo, juga ada cerita rakyat Batu Manggigia dari Simpang Tiaka, Jorong Guguak, Nagari Guguak VIII Koto.
Kemudian, Luak Rawang (cerita rakyat dari Nagari Sungai Talang), Lubuak Bulan (cerita rakyat dari Nagari Mungka), Lubuak Sirabai (cerita rakyat dari Jorong Soriak, Nagari Suliki), serta Surau Tuo dan Makam Keramat yang merupakan cerita rakyat dari Nagari Taram.
Sedangkan untuk sastra lisan yang dimiliki Kabupaten Limapuluh Kota, menurut Safaruddin, antara lain adalah Sampelong, sastra lisan yang disampaikan dengan bentuk nyanyian di Nagari TalangMaua, Kecamatan Mungka.
Kemudian Sijobang dari Nagari Simpang Sugiran, Sirompak dari Nagari Taeh Baruah, Selawat Dulang dari Nagari Amnpalu, dan Ratok Bawak dari Nagari Bukik Limbuku.
”Sementara, untuk bahasa daerah, di Limapuluh Kota, setiap nagari punya dialek dan bahasa sendiri yang masih digunakan masyarakat perdesaan sampai sekarang. ,” katanya sebelum memberi kuliah umum, disambut langsung oleh Rektor Unand Profesor Yuliandri SH MH. (***)