in

Baku Tembak, 3 Tewas

Densus 88 Tangkap Terduga Teroris di Empat Lokasi

Antisipasi ancaman “konser” akhir tahun dilakukan tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Polri. Seharian kemarin (21/12), tim Densus berhasil melakukan penggerebekan dan penangkapan terduga teroris di empat daerah. Yakni, Tangerang Selatan (Banten), Payakumbuh (Sumbar), Deliserdang (Sumut) dan Batam (Kepulauan Riau). 

Di awali di Tangerang Selatan, baku tembak antara Densus 88 dengan kelompok teroris sempat terjadi di Kampung Curug, Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu sekitar pukul 10.00. Baku tembak itu terjadi usai pasukan Densus mengepung sebuah bangunan kontrakan yang ditinggali tiga orang terduga teroris.

Mereka adalah Helmi Hendriyana alias Elmi, Irawan alias Irwan, dan Omen alias Dedi Sutisna. Sebelum baku tembak terjadi, warga sekitar yang berada di radius 100 meter dari rumah kontrakan milik pasangan suami istri Agus dan Tini tersebut dievakuasi petugas.

Warga yang ikut diungsikan menutup rapat pintu-pintu dan jendela rumahnya dengan tirai, serta mematikan lampu. Warga diungsikan ke area aman di belakang garis polisi yang dipasang sebelumnya. Pemilik warung yang berada di radius itu pun terpaksa menutup warungnya untuk sementara waktu hingga situasi kondusif.

Di dalam aksi pengepungan tersebut, petugas sempat membujuk ketiga teroris menyerahkan diri dan keluar dari persembunyiannya. Namun, ajakan petugas itu justru di balas serangan.

Salah seorang terduga teroris melemparkan sebuah bom ke arah petugas, namun gagal meledak. Tidak hanya itu, dari dalam rumah para pelaku juga mengarahkan moncong senjata api jenis revolver ke petugas. 

Merasa terancam, pasukan Densus lantas melepaskan tembakan ke arah pelaku. Omen, Irwan, dan Helmi tumbang dan langsung meregang nyawa terkena pelor panas petugas. Ketiganya tewas di dalam rumah kontrakan yang baru ditempati selama 20 hari itu. 

Tidak berselang lama dari baku tembak tersebut, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian langsung mendatangi lokasi kejadian. Dengan pengawalan ketat, Tito didampingi Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M Iriawan menuju rumah kontrakan yang dijaga ketat pasukan Densus, Brimob dan anggota kepolisian Polda Metro Jaya. 

Usai melihat lokasi kejadian, Tito langsung menggelar konferensi pers tidak jauh dari rumah kontrakan tersebut. Tito mengatakan, operasi penggerebekan itu berdasarkan pengembangan operasi penangkapan Dian Yulia Novi di sebuah rumah kos di Jalan Bintara Jaya VIII, Kelurahan Bintara Jaya, Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi, Sabtu (10/12). 

Dian merupakan “calon pengantin” yang dipersiapkan untuk beraksi melakukan bom bunuh diri di pos penjagaan Istana Kepresidenan, Minggu (11/12).

“Mereka diikuti dari Jawa Tengah, Jawa Barat, dan kemudian masuk ke kontrakan ini kurang lebih selama 20 hari. Mereka diikuti dan aktivitas mereka diawasi dan kemudian kami yakini mereka sudah memiliki bahan peledak atau bom,” terang Tito. 

Penggerebekan diawali dari informasi rekan ketiga pelaku, Adam Noor Syam, 26. Adam saat ini ditangkap tim Densus. Dia diringkus di Jalan Raya Serpong, Tangsel pada pukul 08.00.

“Dari keterangan AD (inisial Adam, red) ini positif ketiga rekannya memiliki bom dan senjata api. Kemudian, tim menindak dengan operasi masuk ke dalam (kontrakan) dan memberikan peringatan kepada mereka, tapi mereka melakukan perlawanan dengan mengeluarkan satu revolver dan bom,” ujar Tito. 

Tito menjelaskan bahwa dari dalam rumah kontrakan polisi menyita satu senjata api jenis revolver dan tiga buah bom pipa yang diletakkan di dalam sebuah tas ransel dan siap diledakkan. “Jenis ledakan low explosive karena bahan baku pembuat bomnya adalah potasium nitrat. Itu merupakan bahan baku untuk bom low explosive,” terang dia.

Dia mengatakan, temuan bom di dalam rumah kontrakan dapat bertambah karena pihaknya juga menyita satu tas ransel lainnya yang diduga berisi bom atau bahan peledak lain. “Minimal tiga bom pipa karena ada satu tas ransel yang belum dibuka,” bebernya.

Sebagian bahan peledak yang ditemukan langsung dijinakkan dengan cara diledakkan di sekitar lokasi penggerebekan. Sebagian lainnya dibawa untuk diperiksa lebih lanjut.

Tito mengungkapkan bahwa salah seorang teroris yang bernama Omen merupakan residivis kasus kekerasan. Saat ditahan di LP Cipinang, Omen direkrut Abu Haikal, yang tidak lain merupakan anak buah pentolan teroris Bom Bali I, yakni Dulmatin yang tewas pada 2010 silam.

“OM alias AR ini juga terkait dengan Ivan Hasibuan, tersangka penusukan pastur gereja di Medan,” paparnya. Selang beberapa jam dari penggerebekan di Tangsel, tim Densus 88 juga melakukan penangkapan terduga teroris di tiga lokasi berbeda.

Pada pukul 09.30, seorang terduga teroris jaringan Solo 2015 bernama Jhon Tanamal alias Hamzah ditangkap di Kelurahan Balai Nan Duo, Payakumbuh Barat, Payakumbuh, Sumbar. Hamzah diduga sebagai salah satu sumber pendanaan pembuatan bahan peledak dan bom untuk kelompok Abi Zaid. 

Berikutnya, pukul 12.00, tim Densus bersama Polda Sumut menangkap seorang terduga teroris atas nama Syafii, jaringan Katibah Gonggong Rebus (KGR).

Dia ditangkap saat berada di rumah Herman Lubis di Jalan Deli Tua Dusun 3 Aji Baho, Kecamatan Sibiru Biru, Deli Serdang, Sumut. Syafii masuk daftar pencarian orang (DPO), karena terlibat kasus terorisme di Batam awal Agustus lalu yang ingin menyerang Marina Bay, Singapura. 

Di lokasi keempat di kavling Sagulung Bahagia Blok N/2 Kelurahan Sungai Lekop Kecamatan Sagulung, Kota Batam, Kepulauan Riau, polisi menangkap Abisya alias HA, seorang terduga teroris jaringan KGR.

Dia terlibat dalam perencanaan amaliyah dibawah kendali Bahrun Naim Anggih Tamtomo. Penangkapan terduga teroris di tiga lokasi terakhir berlangsung tanpa perlawanan. 

Kenapa penggerebekan dan penangkapan terduga teroris terjadi bersamaan? Kabag Penerangan Umum (Penum) Divhumas Mabes Polri Kombes Martinus Sitompul mengatakan, semua itu merupakan momentum.

Menurutnya, upaya tersebut tidak dilakukan secara tiba-tiba. Tim Densus lebih dulu melakukan penyelidikan. “Ada yang sebulan, dua bulan, bahkan sampai satu tahun, yang setahun ini biasanya karena (pelaku) menghilang,” ucapnya. 

Dia menjelaskan, lama atau cepatnya pengungkapan kasus terorisme tergantung alat bukti dan keterangan yang diperoleh. Bila polisi mendapatkan keterangan akan dilakukan pengawasan dan pengincaran secara intensif terhadap terduga teroris berdasar informasi itu.

“Penangkapan yang banyak seperti ini adalah momentum, jangan sampai lepas momentum itu,” ucapnya. Presiden Joko Widodo mengapresiasi temuan bom tersebut. Beruntung, bom itu belum sempat meledak.

Dia menyatakan sudah mendapat laporan dari Kapolri mengenai kejadian tersebut beserta penanganannya oleh tim Densus 88. Hal itu dia sampaikan usai penyerahan sertifikat tanah di kantor kecamatan Entikong, Kalimantan Barat, kemarin (21/12).

Pakar terorisme Al Chaidar mengatakan bahwa penangkapan terduga teroris di empat lokasi berbeda itu ada hubungannya. Menurutnya, mereka semua tergabung dalam gerakan terorisme Mujahidin Indonesia Barat (MIB).

Dari pengamatan Chaidar, mereka  ditangkap karena diduga ada rencana serangan serentak atau beruntun yang dilancarkan dalam waktu dekat. 

”Ini warisan dari Hambali untuk melakukan serangan pada momen Natal dan tahun baru. Apalagi jika momen itu berdekatan dengan peringatan agama Islam. Saya menduga memang ada arahan dari Bahrun Naim,” jelasnya. 

Saat ini, lanjut dia, terdapat sembilan lokasi utama dari MIB. Yakni, Surabaya, Solo, Bekasi, dan Tanggerang di Pulau Jawa. Dan Lampung, Jambi, Bengulu, Riau, dan Batam di Sumatera. Namun, dia mengaku masih ada belasan lokasi-lokasi di mana terdapat markas pasif yang belum diketahui intel Indonesia.

“Saya kira tren ini masih akan berlangsung hingga 2020. Setelah itu, tren target teroris akan beralih dari masyarakat sipil ke aparat pemerintah,” terangnya. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Jembatan Putus Hambat Bantuan Pengungsi Banjir Bima

Jembatan Cisomang Bergeser, Ada Pengalihan Arus Kendaraan Dari Jakarta/Bandung Via Tol Purbaleunyi