Kupang (ANTARA News) – Dinas Peternakan Nusa Tenggara Timur (NTT) mengirimkan tim reaksi cepatnya ke Kabupaten Timur Tengah Selatan untuk menangani kasus mati mendadak 19 ekor sapi dan sembilan ekor babi di Desa Oelbubuk, Kecamatan Mollo Tengah, kabupaten setempat.
“Biasanya matinya sejumlah ternak tersebut akibat cuaca ekstrim yang selama ini terjadi di wilayah kita. Namun kita masih harus lakukan pemeriksaan lagi, dan saat ini tim reaksi cepat kita sudah turun ke lapangan untuk mengecek kejadian tersebut,” kata Kepala Dinas Peternakan NTT Dani Suhadi di Kupang, Kamis.
Menurutnya sejumlah ternak yang mati mendadak diakibatkan kurang pengontrolan oleh peternak, karena memang kebanyakan hewan ternak masyarakat NTT dilepas bebas untuk mencari makan.
Namun dari hasil pemeriksaan sementara oleh petugas atau dokter hewan di daerah tersebut diketahui bahwa penyakitnya hampir sama seperti yang terjadi Kecamatan Amfoang, Kabupaten Kupang yakni SE atau Septicaemia Epizootica atau lebih dikenal dengan penyakit “ngorok”.
“Penyakit ini menyerang paru-paru dari hewan ternak kita, sehingga harus ditangani dengan baik sebelum berujung pada kematian,” tambahnya.
Sejauh ini belum ada laporan jelas soal penyakit apa yang menyerang sejumlah sapi dan babi tersebut, karena memang masih dalam penyelidikan.
Ia juga memastikan bahwa puluhan ternak yang mati itu bukan karena diserang penyakit antraks karena penyakit tersebut sudah tak ada di NTT sejak empat tahun terakhir.
“Kejadian antraks di NTT memang ada, tetapi dalam beberapa tahun terakhir ini memang sudah tidak ada pemicu. Kita menjaga itu, karena penyakit jenis ini lebih ganas,” tuturnya.
Untuk mencegah munculnya virus antraks dinas peternakan selalu melakukan vaksinisasi hewan baik di kota maupun di daerah-daerah untuk menjaga kesehatan ternak.
Editor: Ida Nurcahyani
COPYRIGHT © ANTARA 2017