Gold Coast, Australia (ANTARA News) – “Indonesia, Indonesia, Indonesia,” teriakan pada para pendukung tim bulu tangkis Indonesia di Carrara Sport and Leisure Centre di Gold Coast, Australia, Kamis.
Seperti memberi kekuatan magis, teriakan itu memberikan semangat pada tim Indonesia untuk menggilas tim kuat Denmark 3-2 setelah pada Rabu (24/5) harus menelan kekalahan 1-4 dari India.
Kemenangan Indonesia ini didapatkan melalui pasangan ganda campuran Praveen Jordan/Debby Susanto yang mengalahkan Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen 21-12, 21-13.
Tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting menumbangkan Viktor Axelsen 13-21, 21-17, 21-14 dan tunggal putri Fitriani menundukkan Mia Blichfeldt 22-24, 21-15, 21-14.
Sementara Indonesia kehilangan poin dari ganda putra Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo yang dikalahkan Mathias Boe/Carsten Mogensen 21-16, 22-24, 21-21 serta ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu yang dikalahkan Kamilla Rytter Juhl/Christina Pedersen 18-21, 21-13, 13-21.
Namun sayang, kegemilangan Indonesia ketika melawan tim Denmark tersebut hanyalah menjadi “penghibur” sang raja bulu tangkis yang dipastikan tersingkir dari turnamen beregu campuran dua tahunan tersebut.
Pasalnya Indonesia tidak mampu mencetak kemenangan setidaknya 4-1 ketika bersua Denmark untuk menciptakan peluang lolos ke fase perempat final.
“Atas hasil ini saya meminta maaf pada masyarakat Indonesia, tidak bisa memenuhi target dan harapan untuk mengembalikan Piala Sudirman ke Indonesia,” kata Manajer Tim Piala Sudirman Susi Susanti.
Luar Prediksi
Hasil di Carrara, memang di luar perkiraan dan prediksi semua pihak, sejak pertandingan perdana Indinesia, publik bulu tangkis dikejutkan dengan kekalahan dari India yang jika dilihat dari materi pemain sangat berimbang bahkan di beberapa nomor Indonesia lebih unggul.
Akan tetapi, kenyataan berkata lain, Indonesia harus menyerah dengan skor telak 1-4. Beberapa pihak menilai hal ini dikarenakan Indonesia tidak mengantisipasi strategi yang diterapkan oleh India.
“Tidak ada yang salah Mas. Itu memang keputusan semuanya. Semua sudah setuju bahwa itu adalah tim terbaik kami, namun ternyata hasilnya kurang memuaskan dan meleset, namun kita harus menerima juga karena semua sudah mati-matian berjuang,” kata pelatih tunggal putri Minarti Timur.
Akan tetapi Federasi Bulu Tangkis Indonesia (PBSI) menilai hal tersebut lebih kepada kekuatan tim-tim Piala Sudirman saat ini secara global memiliki kekuatan merata.
Buktinya, Korea Selatan yang merupakan langganan juara turnamen dua tahunan itu harus bertekuk lutut dari Taiwan 2-3 dan Thailand yang nyaris dilewati oleh Hong Kong walau akhirnya menang 3-2.
Kendati demikian, Indonesia bukannya tidak membuat kejutan, perlu menjadi catatan ketika melawan Denmark Anthony SIsnisuka Ginting yang berperingkat 23 bisa menumbangkan Viktor Axelsen yang memiliki peringkat 20 posisi di atas Ginting.
“Ini harus disadari bahwa peta kekuatan sudah bukan seperti yang dulu lagi. Merata. Kita lihat bagaimana secara mengejutkan bagaimana Axelsen harus menyerah dari tunggal putra kita, ini bukti kuatan merata,” kata Susi melanjutkan.
Evaluasi
Kendati sempat membuat kejutan di Piala Sudirman 2017, nampaknya ada masalah dan butuh evaluasi menyeluruh.
Pihak PBSI menilai regenerasi menjadi permasalahan serius yang kini dihadapi Indonesia. Indikatornya adalah saat ini hanya ganda putra yang menjadi andalan Indonesia di berbagai kejuaraan.
“Masalah regenerasi memang saat ini yang kita hadapi. Indonesia tidak bisa mengandalkan satu nomor saja, pembenahan untuk itu mau tidak mau memang harus,” kata pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi.
Tidaklah omong kosong apa yang dinyatakan Herry, pasalnya jika melihat skuat Indonesia saat ini, pemain-pemain Indonesia hampir di semua sektor tidak menempati posisi lima besar dunia, terkecuali di ganda putra di mana Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo yang paling dominan dengan bercokol di peringkat satu.
Kerja keras, itulah yang ditegaskan Susi melihat skuat Indonesia dan berkaca dari capaian di Piala Sudirman 2017 saat ini. Namun juga saling menyalahkan bukanlah jawaban untuk permasalahan prestasi salah satu cabang olahraga paling populer di Indonesia ini.
“Harus kerja keras memang dalam hal ini, tapi saling menyalahkan bukanlah solusi, harus realistis, pemain-pemain Indonesia saat ini sebagian besar pemain muda yang butuh kematangan dalam bermain di dalam turnamen beregu,” kata Susy.
“Kegagalan ini seharusnya membuat kita lebih kuat, berani dan belajar untuk mencapai prestasi yang kita inginkan,” ucapnya.
Skuat Indonesia memang sebagian besar merupakan pemain-pemain muda, namun jangan lupakan skuat India yang juga diisi pemain muda dan Denmark yang bisa disebut berkondisi sama dengan Indonesia, membawa pemain rata-rata 20-22 tahun.
Pelatih tunggal India Mulyo Handoyo melihat Indonesia harus mengadakan evaluasi dan berkaca pada juara-juara dunia saat ini dengan melihat proses mereka untuk menjadi yang terbaik.
Minarti Timur mengakui Indonesia memang harus mengejar ketertinggalan, namun disebutkannya hal itu tidaklah mudah dan butuh proses yang panjang dan juga keinginan dari pemain itu sendiri.
“Saya cuman meminta pada seluruh pemain untuk profesional sadar bahwa mereka adalah bagian dari tim nasional, harus mau bekerja keras dan sanggup memotivasi diri sendiri, karena jika tidak begitu akan sulit rasanya,” kata Minarti.
Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © ANTARA 2017