Kredit Tumbuh 10-12 Persen
Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,1 hingga 5,5 persen pada 2018 didorong oleh naiknya permintaan di dalam negeri. Seiring membaiknya perekonomian di dalam negeri, BI memprediksi inflasi tahun depan ada di kisaran 2,5 persen hingga 4,5 persen dengan defisit transaksi berjalan kurang dari tiga persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
“Bauran kebijakan Bank Indonesia tahun depan akan tetap difokuskan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang telah tercapai,” ujar Gubernur BI Agus Martowardojo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, Selasa (28/11) malam.
Selain dihadiri dewan gubernur BI dan jajarannya, pertemuan tahunan BI ini juga dihadiri oleh Presiden Joko Widodo, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu, kalangan bankir dan perwakilan lembaga negara lainnya.
BI, kata Agus, memprediksi perekonomian Indonesia tahun 2018 jauh lebih baik dibanding tahun ini. Selain membaiknya permintaan di dalam negeri, naiknya pertumbuhan ekonomi di 2018 juga didorong oleh membaiknya perekonomian global.
Tahun ini BI memprediksi pertumbuhan ekonomi berada di level 5,1 persen dengan stabilitas ekonomi tetap terjaga. Inflasi di kisaran 3 sampai 3,5 persen dengan necara transaksi berjalan di level kurang dari 2 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Gubernur BI menyebut pemulihan ekonomi terus tumbuh sejak 2014 seiring dengan terus membaiknya perekonomian dunia. Pertumbuhan ekonomi dunia bukan hanya di-drive oleh perekonomian negara-negara berkembang, tetapi juga didukung oleh pertumbuhan negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa.
“Ekonomi dunia diprediksi tumbuh 3,6 persen akhir tahun ini. Itu semua akan menggerakkan perekonomian Indonesia tahun depan,” pungkas Agus.
Sementara itu, BI memprediksi pertumbuhan kredit tumbuh 10-12 persen tahun 2018 seiring dengan membaiknya perekonomian Indonesia. Membaiknya perekonomian global akan mendorong volume perdagangan dan harga komoditas yang menjadi salah satu andalan ekspor Indonesia.
“Pertumbuhan kredit kita prediksi akan tumbuh 10-12 persen seiring membaiknya perekonomian di dalam negeri,” ujar Agus Martowardojo.
Membaiknya perekonomian telah mendorong laju kredit sektor perbankan. BI memperkirakan pertumbuhan kredit hingga akhir 2017 tembus level delapan persen.
Guna mendorong perekonomian, BI berencana menerbitkan sejumlah aturan yang memungkinkan bank untuk lebih getol dalam melakukan ekspansi.
Sejumlah kebijakan baru telah disiapkan seperti Giro Wajib Mininum (GWM) Everaging bukan hanya diterapkan untuk perbankan konvensional, tetapi juga disiapkan untuk perbankan syariah.
Penyempurnaan GWM Everaging diharapkan mendorong perbankan mengelola likuiditas sehingga punya ruang lebih luas untuk meningkatkan laju ekspansi kreditnya guna mendorong pertumbuhan ekonomi.
Bukan itu saja. Dalam mendukung perkembangan sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), BI mewajibkan perbankan mengalokasi kredit ke sektor ini minimal 20 persen hingga akhir 2018.
Sementara untuk mendorong perkembangan bisnis properti, Bank Indonesia akan melakukan revisi aturan Loan To Velue (LTV) menjadi bersifat khusus dari sebelumnya yang bersifat umum. (*)
LOGIN untuk mengomentari.