Palembang (ANTARA Sumsel) – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Sumatera Selatan membidik pasangan usia subur di Kota Palembang untuk menekan angka kelahiran total, yakni jumlah kelahiran bayi dari wanita usia subur.
Kepala BKKBN Sumatera Selatan Waspi dalam sosialisasi ke ratusan warga Kecamatan Ilir Timur I, Palembang, Jumat, mengatakan, saat ini angka “Total Fertility Rate” (TFR) Sumsel belum sesuai dengan angka rata-rata nasional sehingga perlu ada upaya percepatan.
“Angka TFR Sumsel masih tinggi yakni 2,8 (seorang wanita usia subur melahirkan 2-3 orang bayi). Sementara angka rata-rata nasional sudah 2,6. Untuk itu langkah yang paling efektif yakni membidik pasangan usia subur, terutama pasangan-pasangan yang baru menikah,” kata dia.
Dalam sosialisasi di Balai Kecamatan IT I bertemakan “Sosialisasi Program Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga bagi Petugas KB dan Kader” itu, Waspi mengatakan, pasangan usia subur perlu diingatkan untuk mengikuti program Keluarga Berencana yakni hanya memiliki dua anak dan membuat jarak kehamilan.
Sementara untuk pasangan muda, jika usia belum 20 tahun bagi perempuan maka dianjurkan untuk menunda kehamilan karena organ-organ reproduksi belum begitu sempurna.
“Ibu-ibu tinggal memilih alat kontrasepsinya, bisa pil, suntik, kondom, implant dan spiral. Tapi yang paling kami anjurkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang, yakni implant dan spiral karena tidak rentan drop out mengingat aseptor tidak perlu meminum obat secara periodik,” kata dia.
Selain menggencarkan sosialisasi mengenai penggunaan alat kontrasepsi, BKKBN juga mengoptimalkan keberadaan kampung KB yang sudah terbentuk di tiap-tiap kecamatan Kota Palembang hingga ke kabupaten/kota se-Sumsel
Melalui program Kampung KB ini diketahui jumlah peserta KB baru dari pasangan usia subur melampaui target 104 persen pada 2016 di Sumsel. Bukan saja target aseptor baru KB yang meningkat, tapi juga aseptor KB pria yang menggunakan metode vasektomi.
“Artinya keinginan ber-KB itu sudah tinggi, tapi dalam pelaksanaannya masih banyak yang drop out karena kesulitan mengakses pelayanan. Namun dengan adanya Kampung KB ini maka masyarakat dapat mendapatkan layanan gratis yang rutin dilakukan,” kata dia.
Ia mengatakan, melalui Kampung KB ini peserta program Keluarga Berencana akan didorong menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang, yakni implant dan spiral untuk mencegah potensi terjadinya kelalaian.
Upaya ini harus dilakukan terus menerus mengingat berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia diketahui bahwa TFR (jumlah kelahiran bayi dari wanita usia subur) di angka 2,8 (melewati dua orang tapi tidak mencapai angka tiga orang).
Capaian ini tidak menggembirakan mengingat angka 2,8 itu sudah dicapai pada satu dekade sebelumnya. Artinya, terjadi stagnasi pada program Kependudukan dan KB.
Oleh karena itu, tidak heran kiranya Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla menargetkan angka TFR pada 2017 telah menembus angka 2,3 secara nasional, sedangkan Sumsel ditargetkan 2,4.
“Peningkatan kualitas penduduk mendapat perhatian karena menjadi penentu apakah nantinya Indonesia dapat meraih berkah bonus demografi yang diperkirakan terjadi pada 2030-2035,” ujar dia.