in

Budi Pernandes: Sulit Mengetahui Penyanyi Sebenarnya

Sering mengikuti festival musik Minang, membuka jalan baginya mengenali produser yang kemudian mengorbitkan album perdananya tahun 2000 lalu. Kini, delapan album sudah dihasilkan selama karir profesionalnya. Siapa dia?

”Liku-baliku jalan kabaruh, Sinan marantak si kundo bendi”

Itulah salah satu penggalan lirik lagu yang mengantarkan Budi Pernandes semakin eksis di telinga penikmat musik Minang. Di sela-sela kesibukannya mengurus wedding organizer-nya, pria kelahiran tahun 1977 itu meluangkan waktu berbagi cerita dengan Padang Ekspres soal karier dan album terbarunya dengan single andalan ”Galau”, ”Kain Cabiak di Tapi”, ”Gantuang Manga Ko Putuih” serta ”Hilang”.

”Ya Bupe (sapaan akrabnya) baru saja mengorbitkan album ke-8,” ungkap memulai pembicaraan, di Padang, kemarin (17/11). Kiprah dan kemampuannya di dunia tarik suara, tidak terlepas dari peran orangtuanya yang juga menyukai musik Minang. Bupe kecil sudah terbiasa mendengarkan musik kebanggaan urang awak itu. Lagi pula, kakek buyutnya yang juga penyanyi menjadi penguat dirinya untuk mampu berkiprah di dunia tarik suara.

Proses pendidikan formal diikutinya, mulai tingkat SD, SMP dan SMA. Di masa itu, Bupe sering mengisi acara dan festival-festival bernyanyi yang kerap membuatnya meraih prestasi. ”Memang, dulu saya sering ikut festival dan audisi bintang radio. Kalau bernyanyi di depan umum itu, mulai sejak kelas 3 SD,” terang putra pertama itu.

Berkat sejumlah keberhasilannya menjuarai sejumlah festival, tahun 2000-an Bupe yang ketika itu sudah kuliah di kampus Unand, membuat produser musik Emkaelbe tertarik mengorbitkan albumnya. ”Kebetulan kenal sama produser dan ditawari masuk rekaman, ketika itu hitnya lagu ”Salam Rindu”,” cetusnya. Album keduanya dirilis delapan tahun berikutnya.

”Ya memang ada jeda jaraknya. Karena kuliah juga, tapi tetap menghadiri undangan bernyanyi. Baru setelah tamat, Bupe kembali mengorbitkan album persisnya tahun 2008 hingga saat ini,” sambung anak dari pasangan Bustami (alm) dan Sri Mulyati itu.

Meski banyak talenta musik berbakat bermunculan, menurut dia, hal itu tidak lepas dari keuangan yang dimiliki seseorang. ”Saat ini memang berkembang pesat. Namun siapa saja bisa jadi artis dan penyanyi, jika memiliki uang untuk rekaman,” tutur warga Kampung Kalawi, Kecamatan  Kuranji, Padang itu.

Akibat persoalan ini, saat ini sulit mengetahui seseorang betul-betul sebagai seorang penyanyi. ”Persaingan memang ketat, buktinya untuk album penyanyi Minang selalu ada tiap bulannya,” terang alumni SMA Semen Padang itu. (*) 

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by Julliana Elora

Bedakan KTP Umat Beragama dan Penghayat

Pendidikan Berbasis Keislaman dan Keindonesiaan