Buku karangan Miko Kamal berjudul “Berkota Berbangsa Bernegara” dibedah oleh dua orang tokoh berlatar belakang berbeda pada Jumat (28/10/2022) di Kupi Batigo, Padang.
Pembedah pertama, Ardyan, advokat dan tokoh politik Sumatera Barat, kedua, Dr Zikri Alhadi, akademisi dari Universitas Negeri Padang.
Acara bedah buku yang dimoderatori Febriansyah itu dihadiri sekitar 50 peserta dari berbagai latar belakang, seperti pengusaha, politisi dan mahasiswa.
Miko Kamal menyampaikan bahwa bukunya yang diterbitkan pada Januari 2021 lalu belum sempat dibedah karena pandemi Covid-19 membatasi jumlah orang berkumpul bersama.
Menurut advokat penyandang gelar doktor hukum dari Macquarie University, Australia itu, bukunya yang diterbitkan oleh Penerbit Rumah Kayu Pustaka Utama yang dipimpin Alizar Tanjung, terbagi ke dalam tiga bab besar.
Bab pertama berisi isu-isu perkotaan dengan setting Kota Padang. Bab kedua tentang perkara kebangsaan, dan bab ketiga membahas hal-hal terkait kenegaraan.
Dalam isu terkait perkotaan, Miko yang juga Ketua Peradi Padang menyampaikan bahwa kebijakan pemerintah membangun trotoar sudah tepat. Namun, pembangunan trotoar bukan sekadar membangun fisik (badan). Lebih dari itu, membangun trotoar sebenarnya membangun peradaban.
“Dengan membangun trotoar pemerintah sedang mengajarkan rakyat untuk saling menghormati sesama warga,” lanjut Miko Kamal.
Sementara itu, Ardyan dalam paparannya menyampaikan bahwa buku yang ditulis Miko Kamal penuh dengan pesan-pesan moral yang menunjukkan bahwa dirinya sangat memahami seluk-beluk permasalahan Kota Padang. “Akan tetapi, dalam beberapa bagian dalam buku itu, Miko Kamal juga terkesan sebagai ‘juru bicara’ pemerintah,” ujar Ardyan yang juga Sekretaris DPW Nasdem Sumbar itu, berseloroh.
Sedangkan Dr Zikri menyampaikan bahwa yang ditulis Miko Kamal dalam bukunya sangat tepat. Membangun peradaban memang dimulai dari hal kecil seperti memberi penghormatan kepada pejalan kaki, penyeberang jalan dan hal-hal kecil lainnya.
“Dari tulisan-tulisan dalam buku Berkota Berbangsa Bernegara yang ditulisnya, Miko Kamal punya banyak ide-ide luhur tentang bagaimana seharusnya kota dibangun. Tidak hanya membangun fisik tapi juga membangun jiwa. Sebab itu, Miko Kamal seyogyanya tidak boleh bertahan hanya sebagai penasihat kepala daerah, melainkan sudah saatnya berpindah posisi sebagai pengambil kebijakan atau kepala daerah. Dengan itu, Miko akan lebih leluasa mengimplementasikan ide-ide yang ada dalam kepalanya,” jelasnya.
Bedah buku itu bagian dari rangkaian dari kegiatan Batigo Fest 2022, diakhiri dengan pertanyaan dari 6 orang peserta. Setiap penanya mendapatkan 1 eksemplar buku Berkota Berbangsa Bernegara sebagai hadiah.(*)