Buya Desembri Chaniago, terbilang sosok nan komplit. Ia tidak hanya seorang dai yang lantang di podium tapi juga pemikir dan pujangga. Tidak hanya aktif sebagai pengurus Muhammadiyah, MUI, BKSM, dan FKUB.
Tapi, juga pernah mengurus Baznas dan BP-UZIS, KNPI dan KONI, LSM dan dunia media massa, P2TP2A dan olahraga Wushu. Kini, maestro aktivis itu juga menjadi seorang pengacara. Namun jiwa dan api semangatnya tetap menyala untuk dunia dakwah.
BAGI Buya Desembri yang bergelar Sarjana Hukum dan Magister Agama, lapangan dakwah itu sangatlah luas. Terbentang tanpa batas. Yang terbatas, justeru energi kita para aktivis dakwah ini. Karena itu, selagi ada kesempatan, Buya Desembri, selalu memaksimalkan kesempatan itu untuk menyampaikan nilai dan norma-norma kebenaran.
Dalam pandangan Buya Desembri, dakwah merupakan segala bentuk aktivitas penyampaian ajaran Islam kepada orang lain, dengan berbagai cara bijaksana, agar memahami dan mengamalkan ajaran Islam, dalam semua lapangan kehidupan. Dakwah juga mendorong manusia untuk melestarikan nilai-nilai kebaikan dalam setiap kehidupannya. Dan tentu saja mengajak agar umat dekat dengan Pencipta-Nya.
”Karena itu, dakwah bukanlah semata dengan cara lisan, melalui wirid pengajian dan khutbah saja. Ada juga metode-metode lainnya yang bisa kita kembangkan. Untuk mengoptimalkan hasil dari dakwah itu sendiri,” kata Buya Desembri.
Menurut Buya Desembri, ke depan para dai ini sebaiknya memiliki spesifikasi atau keahlian masing-masing. Sehingga umat akan mudah menemukan penceramah sesuai kebutuhan mereka. Misalnya, Buya Desembri mengambil thema tafsir ayat-ayat dan hadits-hadits hukum. Kemudian, penceramah lain, pilih tafsir ayat-ayat dan hadits-hadits ekonomi. Sementara, penceramah lainnya pula, mengkhususkan pada materi ibadah-ibadah mahdhah, dengan kurikulumnya sendiri.
Terakhir, Buya Desembri juga menyampaikan, bahwa masyarakat akan lebih mudah menerima dakwah dalam kondisi kenyang, dibanding ketika dalam keadaan lapar. Karena itu, Buya Desembri berharap, masjid tampil dan mengambil posisi sebagai pembina dan pengayom umat. Sekaligus juga dapat tampil sebagai penyelamat umat dalam kondisi tertentu atau force majeur.
Buya Desembri Chaniago termasuk sosok yang unik di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota. Seperti diketahui, sejak Payakumbuh resmi berdiri dan memisahkan diri dari Limapuluh Kota pada tahun 1970, kedua daerah tersebut, telah melahirkan banyak aktivis dan tokoh di daerahnya masing-masing.
Sekitar 30 tahun yang lalu, hadir seorang remaja yang tampil menjadi tokoh organisasi yang justru tidak dibatasi oleh sekat-sekat wilayah administrasi pemerintahan kedua daerah, yakni Payakumbuh dan Limapuluh Kota. Dan sampai hari ini sosok tersebut tetap menjadi aktivis dan tokoh di kedua daerah tersebut. Itulah, Buya Desembri.
Sebagai pendakwah, sosok Buya Desembri yang sebelumnya telah malang melintang di berbagai organisasi di Payakumbuh dan Limapuluh Kota, lebih populer di masyarakat karena kepeduliannya terhadap kesenjangan yang ada. Kondisi masyarakat yang rentan kemiskinan, selalu membuatnya gelisah dan mendorong bergerak.
Pada usia remajanya, saat Pemerintah RI baru saja melahirkan Undang-Undang tentang Zakat pada tahun 1999, Buya Desembri getol mendorong pemerintahan desanya, yakni desa Andaleh Ateh melalui ceramah-ceramahnya, untuk segera merespon UU tersebut, dengan membentuk Badan Amil Zakat tingkat desa.
Tak lama sesudah itu, terjadi peralihan bentuk pemerintahan dari desa menjadi nagari. Dan kemudian, Andaleh menjadi nagari pertama yang mendirikan Badan Amil Zakat Nagari. Sebelumnya, Buya Desembri juga aktif di Muhammadiyah Payakumbuh/ Limapuluh Kota, sebagai sekretaris Badan Pelaksana Urusan Zakat Infaq dan Shadaqah (BP-UZIS).
“Saya ini. bukan orang kaya. Bahkan saya sempat putus sekolah tersebab kekurangan biaya. Namun, belakangan banyak orang yang datang mengadukan berbagai masalah yang mereka hadapi. Dan yang terbanyak itu ya masalah ekonomi,” ujarnya.
Ia menambahkan, setiap mereka yang datang itu berharap mendapatkan solusi dari masalah yang dihadapinya. Masalahnya, Buya Desembri bukan orang berkemampuan secara ekonomi. Bagaimana bisa membantu mereka. Akhirnya, Buya Desemberi menemukan caranya sendiri.
Untuk menggerakkan banyak orang itu, ia memilih dengan cara dakwah. Isi ceramah dan khutbah beliau memang lebih banyak tentang seruan untuk mewujudkan kepedulian sosial secara nyata. Karena rasa pedulinya itu pula, Pemkab Limapuluh Kota pada tahun 2017 atau semasa Bupati Irfendi Arbi, mengamanahkan Buya Desembri untuk memimpin Baznas 2017–2022.
Kiprah Buya Desembri
Buya Desembri lahir dan dibesarkan dalam lingkungan Muhammadiyah. Sudah aktif di Muhammadiyah sejak remajanya, melalui Ikatan Pelajar Muhammadiyah atau Ikatan Remaja Muhammadiyah.
Seterusnya, beliau juga menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Pimpinan Pemuda Muhammadiyah, dan terakhir sebagai Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Sumbar periode 2010–2015.
Di Muhammadiyah, Buya Desembri pernah menjadi Ketua Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Payakumbuh/Kabupaten Limapuluh Kota.
Kemudian, Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menegah (Dikdasmen) dan Ketua Majelis Tarjih dan Tajidid PDM Limapuluh Kota. Terakhir, Buya Desembri baru saja dikukuhkan sebagai Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Pesantren Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumbar periode 2023–2027.
Buya Desembri adalah salah satu unsur Ketua MUI di Limapuluh Kota, sekaligus juga diamanahkan sebagai anggota Dewan Pertimbangan MUI Kota Payakumbuh. Pernah dua periode menjadi Ketua Umum Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Payakumbuh, dari tahun 2007 sampai 2018. Dan sampai sekarang menjadi Wakil Ketua FKUB di kedua daerah.
Buya Deseberi Juga sama-sama pernah menjadi pengurus P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak) di Payakumbuh dan Limapuluh Kota. Dan saat, ini beliau juga dipercaya menjadi Ketua BKSM (Badan Kerjasama Masjid dan Mubalig) Kota Payakumbuh.
Buya Desembri yang juga pernah menggeluti dunia jurnalis dan ikut mendirikan sebuah Tabloid di Kota Payakumbuh, beberapa tahun lalu.Kini, alumnus Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumbar dan Program Pasca Sarjana IAIN Bukittinggi ini, juga memasuki dunia advokat atau menjadi pengacara. (Fajar Rillah Vesky)