in

Buya Nasril Zainun, Mubalig Muhammadiyah: Waspadai Adu Domba dan Cela Ulama

Buya Nasril Zainun.(IST)

Buya Nasrul Zainun pernah delapan tahun menjadi wartawan. Sebelum memutuskan mengabdi di lembaga pendidikan. Sempat terpilih sebagai anggota dewan, tapi akhirnya lebih memilih fokus dengan dakwah pengajian. Berharap, ummat Islam, mewaspadai upaya adu-domba dan menjelek-jelekkan ulama. Seperti apa, pengalaman dakwahnya?

BUYA Nasril Zainun tidak asing lagi bagi warga Muhammadiyah di Kota Payakumbuh maupun Kabupaten Limapuluh Kota. Mubaligh kelahiran Pangkalan, 2 Desember 1953 ini, sering memberi ceramah di masjid, mushalla, ataupun lembaga-lembaga milik Muhammadiyah.

Pengajian Buya Nasril Zainun nyaris selalu ditunggu-tunggu jamaah. Selain karena intonasi suaranya yang jelas, ditambah mimiknya yang khas, juga karena Buya Nasril Zainun terbilang vokal. Maklum saja, pengurus MUI Limapuluh Kota sejak tahun 2010 ini, pernah ditempa di dunia pers yang tidak hanya tanpa koma, tapi kritis dan banyak tanya.

“Saya pernah delapan tahun menjadi wartawan Singgalang. Sebelum akhirnya, memutuskan menjadi staf teaga usaha, guru, dan kepala sekolah di sejumlah lembaga pendidikan milik Muhammadiyah,” kata Buya Nasril Zainun kepada Padang Ekspres, pekan lalu.

Sebagai seorang guru dan mubalig Muhammadiyah, Buya Nasril Zainun terbilang kenyang dengan asam-garam pengalaman dakwah. Banyak. lika-liku dakwah yang membekas dalam ingatannya. Terlebih lagi, dakwah ke kampung-kampung pinggiran di Limapuluh Kota, pada kurun 1980-an sampai dengan 1990-an.

“Dakwah ke kampung-kampung membuat kita mengenal masyarakat dan masyarakat mengenal kita. Apalagi dulu ketika transpor cuma sebatas bis atau angkot dengan trayek paling lambat selesai Asar. Membuat muballigh bermalam di masjid, meski dari Payakumbuh ke Sarilamak, Andaleh atau Simalanggang,” kenang Buya Nasril Zainun.

Pernah pada suatu ketika, Buya Nasril Zainun pergi khutbah hari raya ke sebuah nagari di Kecamatan Suliki. Saat itu, mobil umum cuma sampai di Limbanang. Dari Limbanang jalan kaki mendaki sekitar 10 kilometer, bersama kawan sebagai perwakilan nagarinya di Payakumbuh.

“Bermalam di sana. Dilayani dengan baik. Dikasih makan minum dan tempat tidur, tapi besoknya. yang khutbah ustadz lain, mungkin ada gangguan komunikasi antara pengurus di nagari dengan perwakilannya yang membawa kita ke sana. Maklum zaman itu belum ada hp (handphone),” cerita Buya Nasril Zainun.

Giliran berikutnya, Buya Nasril Zainun berdakwah ke sebuah nagari di Kapur IX. Pergi berdua. Menaiki sepeda motor. “Jalan di sana masya Allah, lumpur jalan sampai separuh roda motor, bahkan ada yang lebih.  Dan lagi-lagi, terjadi gangguan komunikasi. Acara pengajian yang dijadwalkan batal. Mau pulang kehabisan sampai di Muarapaiti. Uang pembeli BBM pun tak punya,” kata Buya Nasril Zainun.

Untung saja, pertolongan Allah datang. Di Nagari Muaropaiti, Buya Nasril Zainun, bertemu dengan seorang kenalan. Setelah didekati terjadi percakapan yang akhirnya membantu uang pembeli BBM. Itu, kenangan dakwah yang tak bisa dilupakan Buya Nasril Zainun.

Ada lagi kenangan dakwah yang membekas bagi Buya Nasril Zainun. Yakni, campur tangan penguasa. Muballigh dan pengurus masjid dicitrakan sebagai pihak yang beseberangan dengan pemerintah.

“Pernah saya disepakati dalam rapat nagari sebagai muballigh dalam acara peringatan israk mikraj di sebuah nagari di Kecamatan Harau. Pada waktu yang ditetapkan, saya datang pakai motor. Terlihat di papan pengumuman bahwa malam itu penceramah pejabat paling ditakuti di tingkat kecamatan,” kata Buya Nasril Zainun.

Melihat kondisi itu, Buya Nasril Zainun menemui pengurus yang mengundangnya datang. “Dia mengaku, tetap saya penceramahnya. Sehingga ikut magrib dan duduk menghadapi acara peringatan Israk Mikraj. Yang kejadian, protokol memanggil pejabat itu memberikan ceramah. Saya jadi pendengar sampai siap. Sang pejabat seperti tidak mengenal saya. Masih banyak daftar kenangan lainnya,” kata Buya Nasril Zainun.

Pada momentum bulan Ramadhan ini, Buya Nasril Zainun berharap, umat muslim dan mukmin tetap akrab dengan masjid/mushalla. Isi ceramah setiap malam Ramadhan, harus dikembangkan dan didalami lagi.

“Sungguh sangat banyak persoalan yang harus dikaji bagi keselamatan hidup kita di dunia hingga akhirat.

Umat Islam jangan terganggu oleh sratemen atau narasi yang tidak mencintai pengajian. Pentingnya pengajian berdasarkan perintah Allah dan RasulNya, tak terkalahkan oleh siapapun,” tegas Buya Nasril Zainun.

Saat ditanya Padang Ekspres apa kiat-kiat atau ibadah yang perlu dilakukan ummat Islam, agar dapat keluar dari berbagai persoalan dan tantangan hidup. Buya Nasril Zainun menganjurkan, agar umat Islam tetap melaksana ibadah shalat, puasa, zakat, haji, zikir dll.

Buya Nasril Zainun juga mengajak ummat Islam, bersatu dalam mematuhi islam. Masing-masing harus merasa tanggungjawab merangkul semua orang. Mulai dari kerabat dan tetangga untuk menegakan Islam. Tingkatkan pembelajaran Al Quran. Karena, ingat, umat Islam maju di Andalus (kini Spanyol) di abad 7 sampai 14 karena Al Quran.

“Bertaqwa kepada Allah menurut Al Quran Surat At Thalaq ayat 2, 3 dan 4: membuat adanya solusi dari segala problematika dan dilematika yang dihadapi. Ada kemurahan rezki dari sumber yang tidak di duga. Mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam setiap urusan. Diampuni Allah segala kesalahan dan diberi pahala yang besar,” ujar Buya Nasril Zainun.

Selama bulanan Ramadhan ini, Buya Nasril Zainun mengimbau ummat Islam, banyak melakukan ibadah yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah Muhammad SAW. Antara lain bersedekah, tadarus (mempelajari) Al Quran, zikir, qiyamur ramadhan (shalat malam), dan i’tiqaf (menetap) di masjid.

Diakhir wawancaranya dengan Padang Ekspres, Buya Nasril Zainun yang ditanya soal tantangan dakwah di Payakumbuh dan Limapuluh Kota, menyebut, bahwa sesuai zaman digitalisasi atau online, masyarakat muslim dituntut memiliki pengetahuan dasar. Terutama dalam memahami Al Quran dan Sunnah.

“Sehingga ada kemampuan menseleksi informasi ke islaman dari banyak orang yang tampil sebagai orang berkemampuan dalam agama. Adu domba dan upaya menjelek-jelekan ulama harus diwaspadai,” ulas Buya Nasril Zainun. (Fajar Rillah Vesky)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Jenazah Nenek Andre Rosiade Dimakamkan secara Militer di Padang

UPTD SMP N 1 Kecamatan Payakumbuh, Fun In Meet Up Day 2023