Palembang, BP–Peluang calon gubernur dan wakil gubernur berusia muda pada Pemilihan Kepala Daerah Sumatera Selatan tahun depan sangat terbuka. Pasalnya, keberadaan cagub muda zaman now dapat menjadi calon alternatif yang bisa mengimbangi wajah lama.
Pengamat politik dan pemerintahan Universitas Prof Sriwijaya Alfitri, MSi mengatakan, hadirnya kandidat muda ini dapat menjadi alternatif mengingat masyarakat jenuh dengan kandidat cagub yang selama ini selalu meramaikan Pilgub Sumsel.
“Kalau ada calon muda, terlatih, bisa jadi banyak pilihan bagi masyarakat. Apalagi ini calon muda,” kata Alfitri saat dimintai pendapatnya, Kamis (28/12).
Diketahui, sejumlah nama cagub muda muncul mewarnai pesta demokrasi, sebut saja Walikota Pangkal Pinang M Irwansyah. Dengan usianya 34 tahun, Irwansyah terbilang sukses.
Kesuksesan memimpin Pangkalpinang bisa saja dia tularkan di Sumsel. Lalu ada juga Bupati Musi Banyuasin Dodi Reza Alex, yang sebelumnya menjadi anggota DPR RI dua periode, dan Ketua DPRD Sumsel HM Giri Ramanda N Kiemas, mantan bupati OKUT, Herman Deru, Bupati Lahat Aswari serta beberapa nama cagub muda lainnya.
“Karena orientasi pilkada sekarang penuh kejutan- kejutan mengarah kepada hal-hal yang bersifat rasional. Dan melihat sosok yang dijual, saya kira yang dari kaum muda cukup menarik,” sambungnya.
Masih menurut Alfitri, peluang calon muda di Pilkada sangat besar. Ia pun memprediksi pertarungan Pilkada nanti akan diikuti paling tidak ada empat pasangan, atau bisa juga tiga pasang, tergantung partai yang kini belum menentukan pilihan merapat kemana dan pilihan siapa calon wagubnya.
“Kita tunggu beberapa minggu lagi, belum ada calon atau beberapa calon yang pasti meraih semua parpol, ini menarik untuk ditunggu,” ungkapnya.
Hal senada diungkapkan pengamat politik Dr. M. Husni Thamrin, M.Si. Menurut Ketua Program Studi Magister Administrasi Publik FISIP Unsri ini, pemimpin muda memiliki basis suara pasti dan justru jadi kunci kemenangan karena suara pemuda mencapai 60 persen dari total pemilih.
“Apalagi masyarakat Sumsel adalah masyarakat yang masih tradisional dan memiliki tren, dimana pemilih sekarang akan melihat beberapa pilihan seperti calon yang muda,” tukasnya.
Masih menurut Husni, Gubernur Sumsel sebenarnya bukan soal usia, tapi kemampuan manajerial bagaimana membangun provinsi ini dengan potensi lokal yang dimiliki.
“Gubernur itu manajer, bukan penguasa atau raja. Kemampuan mau mendengarkan juga menjadi prilopritas untuk dapat menjalankan dan menyerap aspirasi rakyat,” ingatnya. # osk