Didik Anak dengan Al Quran sejak Dini
Sejak usia tiga tahun, Rodi Wahyudi dan Vivia Juwita telah membiasakan kedua buah hatinya Hanifa Humaira Muntazah, 8, dan M Khaisan Hanif Abdullah, 5, membaca Al Quran.
Alasannya, pada usia tersebut anak akan lebih mudah dalam menyerap pembelajaran. Alhasil, berbagai prestasi pun diraih kedua anaknya dari tingkat kabupaten hingga provinsi.
Lantunan ayat suci Al Quran terdengar begitu merdu dari rumah Rodi Wahyudi, 36, dan Vivia Juwita, 30. Suara merdu itu berasal dari dua anaknya Hanifa Humaira Muntazah dan M Khaisan Hanif Abdullah.
Mereka begitu khusuk saat membaca Al Quran di rumah yang terletak di lantai atas bagian belakang Masjid Raya Mujahidin Lubukalung, Kabupaten Padangpariaman.
Rutinnya Hanifa Humaira Muntazah, dan M Khaisan Hanif Abdullah melafazkan ayat Al Quran, mereka pun piawai tahfiz, tilawah, dan tartil Al Quran. Hal itu terlihat jelas di lemari rumah Rodi dan Vivia yang tersusun sekitar 20 piala hasil kejuaraan keduanya.
“Saya mengajarkan Hanifa dan Khaisan membaca Al Quran sejak usia 3 tahun. Pembelajaran itu, saya lakukan di rumah setiap usai shalat Magrib. Kalau pengajaran dilakukan setiap hari, anak menjadi piawai karena memang masih mudah dalam menyerap pembelajaran yang diberikan,” kata pengajar taman pendidikan Al Quran ( TPA) di masjid itu.
Sedangkan istrinya, hanya berdagang kecil-kecilan, seperti kerupuk dan makanan ringan di teras rumahnya menggunakan meja sepanjang 1 meter. Didikan Rodi dan Vivia agar anaknya tekun belajar Al Quran, ternyata berbuah manis.
Sebab, anaknya kerap mendapat prestasi di berbagai kabupaten/kota di Sumbar, dalam ajang baca Al Quran dan tahfiz Al Quran. Mulai di tingkat kabupaten/kota hingga provinsi.
Sayangnya, saat Hanifa anaknya mengikuti MTQ ke XXXIV tingkat Provinsi Sumbar, tidak mewakili Kabupaten Padangpariaman, melainkan Kota Pariaman.
“Sebenarnya, sudah ikut seleksi mewakili Padangpariaman namun tidak lulus. Makanya, kami mengikuti seleksi Kota Pariaman. Alhamdulillah, Hanifah memperoleh prestasi terbaik 1 cabang tilawah TK Putri. Sedangkan Khaisan, baru-baru ini juga mendapat prestasi dalam MTQ di Kabupaten Agam,” ujarnya sembari mengusap kepala putra keduanya yang duduk di pangkuannya.
Kendati demikian, Rodi mengapresiasi upaya Pemerintah Kabupaten Padangpariaman dalam menggerakkan pendidikan keagaman. Terlebih dia melihat, sekarang Pemkab Padangpariaman gencarnya mendorong agar setiap nagari memiliki rumah tahfiz Al Quran dan menggeliatkan kembali TPA/TPSA.
“Pendidikan agama memang penting diajarkan kepada anak, sedini mungkin. Untuk itu, keberadaan rumah tahfiz di setiap nagari memang bagus menurut saya. Terlebih, anak-anak yang diajarkan di rumah tahfiz itu, banyak usia 4 atau 5 tahun yang sudah mampu membaca Al Quran,” katanya.
Rodi juga mengatakan, anaknya memiliki semangat dan mental yang baik untuk tampil, karena selama ini mendapat pendampingan dari dirinya. Apabila orangtua tidak mampu meyakini anaknya dengan mendampingi, tentulah si anak sulit percaya diri dan lemah mental untuk tampil di hadapan banyak orang.
“Ketika Hanifa atau Khaisan tampil, saya selalu mendampingi. Jadi mereka bisa fokus membacakan Al Quran karena memiliki keberanian. Namun sekarang Hanifa dan Khaisan sudah terbiasa karena mentalnya sudah kuat untuk tampil,” ujarnya.
Rodi masih melihat sejumlah orangtua yang tidak mampu mengajarkan anaknya membaca Al Quran. Padahal mengajak anak membaca Al Quran setiap hari tidaklah sulit.
“Sebenarnya orangtua memang kunci utama agar anak lebih baik dalam pendidikan agama. Namun kurangnya ilmu, orangtua memilih mengantarkan saja anaknya belajar Al Quran di TPA/TPSA,” kata pria yang kerap menjadi imam Masjid Raya Mujahidin itu.
Kendati demikian, dia meyakini upaya orangtua membiasakan anaknya mengulang hasil pembelajaran di TPA/TPSA turut berdampak baik terhadap pemahaman baca Al Quran anak. Asalnya dalam belajar anak terus didamping.
“Anak yang melanjutkan belajar di rumah memang lebih bagus hasilnya. Itulah yang saya lihat dari Hanifa dan Khaisan,” ucapnya. (*)
LOGIN untuk mengomentari.