Dati, ibu empat anak, yang tinggal di rumah tak layak huni, sama sekali tidak menyangka jika akan disambangi Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat (Jabar), Uu Ruzhanul Ulum. Tidak terpikirkan olehnya jika ada pejabat yang mau mampir ke rumahnya yang sudah reyot, bahkan nyaris ambruk.
Ia semakin senang ketika dijanjikan rumah reyotnya segera dibedah, setidaknya diperbaiki agar bisa ditinggali secara layak. Dati tinggal di rumah Nomor 102, Dusun Sambung Jaya, RT 11 RW 05, Desa Sukahurip, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis.
Informasi adanya warga yang tinggal di rumah tidak layak diterima Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar melalui laporan masyarakat kepada Jabar Quick Response (JQR), akun media sosial Wagub dan Gubernur. Kebetulan sepanjang akhir pekan lalu, dua pejabat itu sedang berada di Kabupaten Pangandaran, tidak terlalu jauh dari rumah Dati.
Kedatangannya disambut aparat desa setempat yang sudah menunggu, setelah dikabari akan kedatangan Wagub. Tiba dilokasi, Uu langsung menuju ke rumah yang memang kondisinya sudah tidak layak huni itu. Atap genting sudah banyak yang pecah disokong oleh kusen yang terlihat sudah patah karena lapuk. Dinding rumah separuhnya terbuat dari bambu.
Terlihat sudah ada sambungan aliran listrik subsidi PLN bagi warga kurang mampu. Di bagian dalam rumah terdapat sofa dan meja yang sudah cukup tua. Setelah masuk rumah, Uu berdialog dengan aparat desa setempat tentang rencana memperbaiki rumah Dati itu.
Rusaknya rumah milik warga tersebut selain sudah berumur tua, juga akibat bencana gempa yang menerjang Pangandaran dan Ciamis beberapa waktu lalu. Kondisinya harus segera diperbaiki karena jika datang musim penghujan, dikhawatirkan atap rumah tidak mampu menahan guyuran air hujan dan ambruk.
“Kami selalu berusaha hadir di saat masyarakat membutuhkan, termasuk untuk solusi bantuan korban gempa, memang tidak hanya di sini, tapi ada di tempat-tempat lain,” kata Uu.
Cari Solusi
Uu pun meminta warga atau aparat pemerintah setempat berkoordinasi dengan pemerintah kecamatan atau pemerintah daerah kabupaten dan kota jika menemukan masalah sosial seperti apa yang dialami Dati. Bila ada laporan warga, sebisa mungkin pemerintah akan mencari solusinya. Terlebih, saat ini Pemprov Jabar memiliki program JQR.
“Tinggal berkomunikasi dengan pemerintah setempat, nanti komunikasi dengan kami, insya Allah ada solusi. Nanti didorong adanya keterlibatan JQR. Dengan JQR, semoga kami sesuai dengan kemampuan akan memberikan perhatian,” ujarnya.
Uu mengaku kegiatan seperti ini dilakukan sebagai upaya agar masyarakat bisa merasakan kehadiran negara di wilayahnya. “Handphone saya nyala terus. Kalau ada informasi melalui media sosial atau ada warga yang menyampaikan keluhan, yang kiranya bisa ditindaklanjuti di saat kegiatan saya, kenapa tidak,” ucapnya.
Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, mengakui jika keberadaan JQR sudah mulai dirasakan masyarakat. Buktinya, berdasarkan laporan yang diterimanya, sekitar 50 ribu lebih pengaduan masuk ke tim JQR. “Setelah divalidasi dan di cek, hanya 400 kasus saja yang kami tindak lanjuti. Bisa melalui pemerintah daerah setempat, bisa juga dengan anggaran provinsi. Yang penting cepat diatasi,” jelasnya.
JQR, menurutnya, menjadi salah satu program yang ditunggu masyarakat Jabar. Namun sayangnya, tidak semua laporan yang masuk adalah permasalahan sosial atau ekonomi lemah. Laporan tetap diterima, namun ditindaklanjuti oleh dinas yang terkait.
“Aneh-aneh kok yang menghubungi JQR. Ada yang melaporkan kucingnya hilang, ada yang ingin dicarikan jodoh, banyak deh. Tapi nggak apa-apa. Lewat Instagram pribadi, saya juga sudah bisa menjodohkan lima pasangan, alhamdulillah sudah menikah,” tegasnya.
Warga yang ingin melapor cukup menghubungi nomor aduan 08111357777 atau bisa juga menghubungi lewat sejumlah akun media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram dengan kata kunci Jabar Quick Response. Bukan hanya untuk masalah sendiri, namun mewakili untuk menolong orang lain.
Kebanyakan warga yang membutuhkan bantuan masih awam dengan proses laporan melalui online. Misalnya JQR bersama perwakilan dari situs Kitabisa.com berhasil mengumpulkan dana bantuan kepada Nabila di Kampung Cibodas, Desa Pangauban, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung.
Uang donasi yang terkumpul mencapai lebih 350 juta rupiah. Uang diberikan kepada Nabila dan kakek-neneknya serta diberikan pelatihan usaha bagi kakek dan neneknya agar uang dapat digunakan sebagai modal usaha.
Seperti diketahui, Nabila adalah gadis cilik mendadak viral karena video marahnya yang khawatir sepatunya diinjak-injak oleh teman-temannya di sekolah. Sepatu itu Nabila beli dari uang hasil keringatnya sendiri. Nabila yang masih duduk di bangku sekolah dasar, sejak lama menjadi tulang punggung kakek dan neneknya. Ibu dan ayah kandung Nabila sudah tidak tinggal bersamanya.
Sehabis pulang sekolah, biasanya Nabila mencari rongsokan seperti kardus, botol plastik, atau besi selama beberapa jam, kemudian pergi mengaji sewaktu memasuki petang hari. Barang rongsokan tersebut dikumpulkan di belakang rumah, lalu dijual.
“Saya harus capek-capek dulu buat beli sepatu. Saya ditinggalkan oleh Ibu dan Bapak saya. Kalian sih tidak,” ujar Nabila dalam video viral itu dalam bahasa Sunda.
teguh raharjo/N-3