Oleh : Two Efly, Wartawan Padang Ekspres
“Kita anak muda jangan pernah mau mewarisi abunya Sumpah Pemuda, tapi kita anak muda haruslah mewarisi apinya Sumpah Pemuda.”
Banyak sekali fakta dan sejarah yang membuktikan bahwa pemuda bisa berbuat luar biasa. Melalui kaki, tangan dan pikiran seorang pemuda bisa saja “mengguncang dunia”.
Teranyarnya seorang mahasiswa UNSA bernama Alma Tsainbirubu berhasil “mengguncang Indonesia”. Melalui perjuangannya di Mahkamah Konstitusi anak muda bernama Almas ini, berhasil melakukan apa yang tak mampu dilakukan oleh pejuang demokrasi lainnya.
Almas berhasil membuat Mahkamah Konstitusi menelurkan keputusan “spektakuler”. Terlepaslah keputusan itu benar atau tidak secara hukum. Biarlah itu menjadi ranahnya orang hukum untuk berdebat dan berargumen. Semua kita pun boleh berpendapat dan memiliki analisa kita sendiri.
Begitu juga dengan seorang anak muda bernama Gibran Rakabumi Raka. Secara mengagetkan di injury time dia muncul sebagai Cawapres di Koalisi Indonesia Maju. Sama dengan Almas, penulis tak ingin mempertentangkan apakah munculnya anak muda ini karena kebutuhan atau tekanan politik. Biarlah itu jadi kajian orang orang politik.
Satu pesan yang ingin penulis sampaikan melalui tulisan ini. Jangan pernah mengabaikan pemuda. Seorang pemuda bisa saja “mengguncang dunia”. Untuk itu kita sebagai pemudapun jangan lupa dan mengabaikan potensi kita. Kita para pemuda ini bisa berbuat banyak hal diluar batas dan nalar nalar keniscayaan. Bangkit dan berjuanglah wahai para pemuda Ranah Minang.
Itu peristiwa terbaru di ranah Hukum Tata Negara dinamika politik nasional.
Bagaimana dengan kehidupan berbangsa dan bernegara lainnya? Tak jauh berbeda. Semuanya sudah berubah sesuai dengan takdir kehidupan itu sendiri. Tak ada yang abadi, perubahan itu pasti terjadi.
Sebut saja dalam dunia politik. Ruang dan kepercayaan yang begitu luas bagi anak mudah sudah terbentang di depan mata. Lihatlah fakta dan data perjalanan dinamika politik bangsa ini dalam lima belas tahun belakangan. Anak anak muda mulai muncul dan bicara lebih luas di kancah politik. Baik di legislatif maupun eksekutif.
Benarkah? Benar. Coba telusuri usia Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah di Sumatera Barat hari ini. Hampir 35 persen Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah berhasil diraih anak muda (U-45). Begitu juga di legislatif. Baik DPR RI, DPRD Sumbar maupun DPRD Kabupaten dan Kota. Berapa jumlah anggota legislatif itu dan berapa banyak yang berusia muda (U-40). Itu realita politik hari ini.
Untuk dinamika politik di masa datang juga tak jauh berbeda. Sejumlah anak muda muncul dan ikut bertarung. Ada yang berlabel incumbent dan sangat banyak yang hadir sebagai pendatang baru.
Daya juang mereka di lapangan juga tak bisa dipandang sebelah mata. Mereka sangatlah fight dalam bersosialisasi. Sejumlah wajah optimistis terpampang jelas di sejumlah alat peraga. Partai tempat mereka berjuang pun beragam warna. Intinya, segala potensi diri dikerahkanya untuk mensosialisasikan diri. Baik dengan cara konvensional maupun cara cara kreatif dan inovatif. Canal-canal medos yang merupakan style-nya anak mudapun tak luput menjadi wadah sosialisasinya.
Ada perubahan di arus bawah yang sudah terbaca dengan baik oleh anak Muda saat ini. Stigma anak muda tidak ngeh dan tertarik dengan dunia politik sudah terbantahkan. Kalimat miring anak muda tak tertarik hingar-bingar politik sudah terbalikkan. Anak muda hari sudah jauh berubah dan berbenah. Anak muda tak lagi sebatas pemanis dalam kancah pesta demokrasi. Anak muda hari ini tak lagi sebagai penghuni dan warawiri dari cafe ke cafe. Anak muda hari ini sudah mulai turun dan terjun memperjuangkan nasib dan perjalanan bangsa ke depan. Ini adalah momentum penting yang harus dijaga. Spirit ini jangan sampai pudar. Bangkit dan berjuanglah pemuda ku.
Bonus Demokrafi dan Perubahan Pasar
Ada fakta yang dilupakan atau yang terlupakan secara samar-samar oleh kita anak bangsa saat ini. Di akar rumput (pemilih) sudah terjadi perubahan maindset dan selera dalam menjatuhkan pilihan politik.
Keberhasilan anak muda dalam memenangkan kontestasi adalah bukti nyata bahwa publik mempercayainya. Stigma anak muda bisa apa sudah berubah menjadi anak muda bisa melakukan apa saja. Tentu anak muda yang dimaksud juga merupakan orang yang memiliki kapasitas, loyalitas dan dedikasi yang tinggi. Baik pada organisasi tempat dia bernaung maupun pada aturan dan regulasi negara.
Masihkah trend kepercayaan bagi anak muda ini berlanjut? Di mata saya kepercayaan publik akan terus menggelinding. Bak bola salju, guliran demi guliran akan membuat dukungan dan kepercayaan terhadap anak muda akan membesar.
Alasannya sederhana. Saat ini bangsa kita dan termasuk kita di Sumatera Barat sudah mulai memasuki tahapan bonus demografi. Dominasi usia dewasa (di atas 40 tahun) dalam menjatuhkan pilihan sudah mulai tereduksi. Anak muda yang di masa lalu dominasinya tak sampai 20 persen hari ini sudah bergeser mendekati 45 persen. Migrasi kelompok umur ini akan terus bergerak. Artinya, peluang anak muda (U-40) untuk mendekati dominasi jumlah pemilih hanya tinggal menunggu waktu. Kalaulah belum saat ini bisa jadi lima atau 10 tahun ke depan. Ini hanyalah soal waktu, cepat atau lambat akan tiba masanya, waktu akan membentangkan “karpet merah” bagi anak muda. Di situlah anak muda akan jauh lebih berperan lagi. Baik sebagai pemilih maupun terhadap orang yang akan dipilih.
Bila kita mengacu jumlah pemilih di Indonesia saat ini maka kita tak bisa mengenyampingkan anak muda (generasi mileneal atau U-30). Dari 204,8 Juta Daftar Pemilih Tetap (DPT) untuk Pemilu 2024-2029 maka sebanyak 46,8 juta atau 22,41 persennya adalah anak anak muda (generasi Z) . Angka ini jelaslah sangat krusial dan sangatlah menentukan.
Begitu juga untuk Sumatera Barat. Dari 4,1 juta DPT Pemilu 2024-2029 maka 1,1 juta adalah generasi Z dan sebanyak 1,3 juta adalah generasi X. Kalau dua kelompok yang identik dengan anak muda ini digabungkan maka lebih dari separoh pemilih Sumatera Barat adalah generasi muda. Setidaknya tercatat 2,4 juta dari 4,1 Juta pemilih di Sumbar adalah pemilih muda.
Perubahan selera publik tak hanya ditemui di Sumbar dan nasional. Di belaham negara lain kondisi yang hampir sama juga sudah terjadi. Sejumlah negara di Asia Tenggara juga partai anak muda dan pemilih mudanya berhasil memenangkan pemilu. Lihatlah Thailand dengan partai pemegang pemilunya MFP (Partai Move Foward) dengan ketum parpolnya berusia 42 tahun. Telusuri juga fakta sejarah lainnya di dunia. Cukup banyak anak muda yang berhasil menjadi pemimpin negara. Seperti Perdana Menteri Perancis Emmanuel Marcom, Sebastian Cruz (Perdana Menteri Austria), Sanna Marin (Perdana Menteri Finlandia), Gabriel Moric (Perdana Menteri Chili) , Jacinda Arden (Perdana Mentri Salendia Baru). Semua pemimpin tinggi di berbagai negara ini terpilih dan dilantik sebelum berusia 40 tahun (U-40).
Apa yang terjadi di belahan dunia, Indonesia dan Sumatera Barat adalah fakta nyata sebuah perubahan. Roda kehidupan itu sudah berputar dan sudut pandang serta empati anak muda pun sudah berubah. Takdir bahwa hidup itu adalah perubahan (change) benar-benar sudah dipahami. Mari kita jaga momentum kebangkitan ini.
Apa yang ingin penulis sampaikan di sini. Pertama alam sudah berubah sesuai takdirnya. Anak muda saat ini sudah terbangun dari “lamunan panjang”. Anak muda saat sudah peduli dan turun tangan dan ikut menentukan kebijakan arah bangsa. Bangkit dan berjuanglah pemuda ku. Ingat petikan bijak di awal pembuka tulisan ini. “Kita anak muda janganlah mewarisi abunya Sumpah Pemuda, tapi kita anak muda haruslah mewarisi apinya Sumpah Pemuda.” Sekali lagi bangkit dan berjuanglah wahai engkau Pemuda Minang. ***