in

Contoh Toleransi

“Sehubungan dengan Hari Raya Idul Fitri, halaman Gereja Katedral dipakai untuk mendukung terlaksananya kegiatan saudara kita kaum Muslim.”

Itu tulisan di secarik kertas yang diunggah di Facebook milik Gereja Katedral Jakarta. Sungguh membuat hati hangat. Gereja Katedral tak hanya mempersilakan halamannya dipakai, tapi sekaligus menggeser jam misa pagi hari karena bersamaan jadwal dengan Shalat Ied bagi umat Muslim.

Ini bukan satu-satunya contoh. Umat Katolik dari Gereja Katolik Gembala Baik di Batu, Jawa Timur, ikut menjaga kerukunan antar umat beragama dengan cara menggelar buka puasa bersama di gereja untuk Umat Muslim. Atau di Jombang, pemuda dari Gereja Sidang Pantekosta di Indonesia Filadelfia Sejahtera dan Jaringan Gusdurian bersama-sama membagi makanan berbuka gratis. Sementara di Jakarta, Gereja Mahanaim dan Masjid Al Muqarrabien sudah hidup berdampingan dalam damai selama hampir setengah abad. Bentuknya, mulai dari penggunaan lapangan parkir bersama sampai menggeser jam ibadah misa.

Kuncinya ada di tingkat toleransi yang tinggi.  Pihak Gereja Mahanaim bahkan mengutip ayat Al Quran yang dijadikan pegangan, yang berarti ‘untukmu agamamu, untukku agamaku’. Dalam satu kalimat itu terdapat makna yang sangat dalam. Soal saling menghargai satu agama dengan agama lainnya. Soal tak perlu memaksa orang lain untuk memeluk keyakinan kita. Soal menghargai perbedaan yang ada.

Dari hari ke hari, toleransi makin mahal harganya. Yang semula terasa begitu alami dan terjadi begitu saja, sekarang harus diperjuangkan dengan kesadaran penuh. Bahkan perlu dikampanyekan dan diajarkan ke generasi penerus kita. Dunia sudah berubah. Persoalan makin kompleks. Radikalisme ada di mana-mana, muncul dalam berbagai bentuk. Cara kita menjaga toleransi juga harus terus beradaptasi. 

Terima kasih untuk semua yang sudah memberi banyak contoh toleransi di sekitar kita. Indonesia butuh itu semua.

What do you think?

Written by virgo

Alex Noerdin: Palembang Masih Punya Banyak PR

Kepala Sekolah Tak Wajib Mengajar