in

Dalam Rumah Terbalut Seng Berkarat, Syamsinar Meratapi Sakit dan Perihnya Hidup

“Bantu saya pak, saya seorang janda dengan empat orang anak. Suami saya sudah meninggal, sementara saya sedang mengalami penyakit diabetes dan hipertensi”, begitu ungkapan wanita paruh baya berkerudung hijau itu ketika mendatangi rumahnya. Dengan nada parau, sambil menghela nafas panjang, dia mengaku penyakit yang dideritanya sudah menahun. Belum lagi kehidupan yang serba kekurangan, membuat dirinya tak mampu untuk berobat dan berbuat banyak untuk keluarga. (ERVIN HASIBUAN – PADANG)

Wanita itu bernama Syamsinar (52),  warga Jalan Rambai, Nomor 113,  Gang I Apa Basi, Purus Baru, RT 02, RW 07, Kelurahan Purus, Kecamatan Pa­dang Barat.

Sabtu (22/1), menjelang siang, Syamsinar berdiri di pintu depan rumahnya. Dari balik balutan jilban panjang yang dikenakan, wajahnya menggambarkan bahwa dia memang sedang dalam kondisi tidak sehat. Terlihat begitu murung sekali. Meski begitu, Syamsinar masih tetap tersenyum menyapa orang-orang yang lewat dari depan rumahnya. Pada hal, rasa sakit di kakinya terus menusuk-nusuk.

Kaki bagiankanan Syam­sinar membengkak. Warnanya kemarahan dan berair. Kata dokter, dia mengalami penyakit diabetes. Meski sudah mencoba berobat beberapa kali tapi tak kunjung sembuh. Syamsinar mengaku sa­ngat khawatir jika penyakitnya itu terus bertambah dan menjalar ke bagian tubuhnya yang lain. Karena keterbatasan biaya perobatan, Syamsinar hanya bisa pasrah dan berserah diri pada yang maha kuasa.

“ Gimana lagi, saya hanya bisa pasarah karena tak punya uang untuk berobat. Memang saya sangat berharap jika ada orang yang mau membantu saya,” ucapnya dengan nada yang begitu pelan dan mata berbinar.

Lebih miris lagi, Syamsinar tinggal di sebuah rumah yang tak layak huni. Dinding rumahnya di balut seng-seng bekas dan ber­karat. Setiap ruangan bocor, beberap pelapas dinding-dinding berbahan triplek sudah berkerut. Bahkan ada yang lepas. “ Beginilah rumah saya. Setiap hujan turun saya tidak bisa tidur. Air masuk ke dalam rumah dan tergenang,” ungkapnya.

Karena tak bisa bekerja untuk makan sehari-hari pun Syamsinar bergantung  pada swadaya ma­syarakat sekitar. Sebab dia hanya tinggal sebatang kara di ruahnya.  Semenatara anak-anak sibuk sudah sibuk dengan kehidupannya keluarganya masing-masing. “Mereka memang membantu, tapi tidak setiap harinya. Biasanya kalu rezekinya sedang berlebih barulah mereka bantu,” bebernya.

Diceritakan Syamsinar,  sudah dua tahun dirinya menjanda karena suami meninggal akibat me­ngi­dap penyakit paru-paru . Profesi almarhum semasa hidup sebagai buruh panggul Di Pasar Alai Padang. Dengan lirih kepada penulis, Syamsinar mengutarakan hidup yang dialami­nya. “ Pak bantulah rumah saya, setiap ruangan bocor, dinding-dinding berbahan triplek sudah meng­kerut bahkan ada yang lepas, setiap hujan turun saya tidak bisa tidur karena rumah tergenang air. Kebocoran sudah sangat parah di rumah ini.”  Ka­tanya.

Rumahnya, Syamsinar terdiri dari dua kamar tidur satu ruang tamu, dan dapur terhubung langsung dengan kamar mandi.  Setiap ruangan,  ada saja ember-ember bekas tam­pu­ng­an air hujan.  Anak-anak Syamsinar yang belum berkeluarga, mereka lebih memilih tinggal me­numpang di rumah teman bahkan kerabat.

Katanya, anak sulungnya telah memiliki keluarga. Tapi kehidupannya juga serba pas-pasan. Anak keduanya, sekarang tinggal bersama keluarga temannya. Sehari-hari bekerja serabutan. Terkadang menarik angkot, terkadang menjadi buruh angkat. Sementara anak ketiganya, bekerja di salah satu kedai di Pasar Lubuk Buaya Pa­dang.  Dia pun tinggal bersama kerabat Syamsinar, juga tidak bisa berbuat ba­nyak untuk membantu. Anak Bontotnya,  masih sekolah sudah SMA. Karena tak punya biaya dia pun terancam putus sekolah karena jarang masuk.

 “Saya memang men­da­patkan bantuan PKH dari pemerintah, karena yang ditanggung hanya anak saya satu, tentunya tidak mencukupi bagi kehidupan. Untung ada tetangga yang memiliki perhatian, semoga para dermawan di luar sana bisa bisa memberikan bantuan apapun terhadap saya, terutama untuk memperbaiki rumah saya,” katanya.

Katanya, dia pernah mengajukan untuk mendapatkan bantuan bedah rumah, namun hingga saat ini belum ada tindak lanjut dari pihak terkait.

Sementara itu, Ketua RT 02 Purus Baru, Guslinda membenarkan Syamsinar merupakan salah satu war­ga yang layak untuk dibantu. “ Sehari-hari memang diperhatikan ma­syarakat sekitar. Tapikan hanya untuk sekedar makan saja,” ungkapnya.

 Bagi para dermawan yang ingin membantu, bisa menghubungi pihak keluarga atau datang langsung ke rumah Syamsinar. Atau menghubungi tetangganya Syamsinar pada nomor 081277231523.(*)

What do you think?

Written by virgo

Ada yang Minta KUA Blakclist Namanya Karena Sudah 24 Kali Menikah, Vicky Prasetyo Tertawa,

Gasifikasi Batu Bara Tekan Impor LPG dan Dorong Pembukaan Lapangan Kerja