Wimboh: Jejaring BUMDes Bisa Menjadi Solusi
Kontribusi sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) terhadap produk domestik bruto, jelas tak bisa diragukan lagi. Terlebih, sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional ini menjadi penyerap tenaga kerja paling banyak dibanding sektor lainnya. Cuma saja, berbicara daya saing secara global masih mengkhawatirkan.
Lemahnya daya saing sektor penyumbang 57-60 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PBD) dan menyerap tenaga kerja sampai 97,22 persen itu, sejauh ini masih terbelenggu persoalan mendasar yang belum terselesaikan sampai sekarang.
Kondisi ini berimbas pada semakin melemahnya daya saing pelaku UMKM itu sendiri.
”Selain menyangkut masalah peningkatan kualitas SDM (sumber daya manusia) dan akses dan perluasan skema pembiayaan, pelaku UMKM juga terbentur nilai tambah produk dan jangkauan pemasaran. Termasuk, penguatan kelembagaan usaha, serta kemudahan kepastian dan perlindungan usaha,” ujar Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso ketika menjadi keynote speaker dalam Kongres V AFEBI (Asosiasi Fakultas Ekonomi Bisnis Indonesia) di Hotel Grand Inna Muara, Padang, kemarin (14/11).
Dalam kongres yang dituanrumahi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas (FE Unand) ini, Wimboh menyebutkan, lemahnya daya saing UMKM ini secara tidak langsung berpengaruh pula terhadap daya saing produk ekspor Indonesia. Bahkan produk ekspor Vietnam sekitar 10 tahun lalu, tak ada apa-apanya ketimbang Indonesia, sekarang sudah berbalik. Produk ekspor Vietnam ini banyak dimianti supplier/ retailer Amerika Serikat.
”Produk ekspor Indonesia hanya 25 persen ekspor Malaysia,” terang Wimboh dalam kegiatan yang juga dihadiri Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit, Rektor Unand Prof Tafdil Husni SE MBA PhD, Ketua DPN AFEBI Dr Nury Effendi SE MA, Dekan Fakultas Ekonomi Unand Dr Harif Amali Rivai SE MSi, serta 60 delegasi asal pimpinan Fakultas Ekonomi Bisnis PTN/UIN se-Indonesia.
Lebih memprihatinkan lagi, tambah Emboh, produk pertanian seperti kangkung asal Singapura sekarang ini mulai memenuhi pusat-pusat perbelanjaan di Tiongkok. ”Hal ini bisa menjadi tanda tanya, apa betul produk itu berasal dari Singapura. Tapi, begitulah kenyataannya. Produk-produk itu sengaja diimpor dari Singapura,” terang Wimboh.
Jejaring BUMDes
Merujuk persoalan ini, Wimboh menyebutkan bahwa perlu diperkuat daya saing UMKM. Intinya, pelaku UMKM tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, namun harus dibangun jejaringnya. Merujuk inilah, menurut Emboh, keberadaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Nantinya, BUMDes yang ada di setiap desa/ nagari bakal lebih diberdayakan dalam penguatan UMKM.
”Nantinya, BUMDes ini bisa menampung sebanyak-banyaknya hasil produk UMKM. Di mana, pembiayaan BUMDes ini bisa memanfaatkan anggaran Dana Desa. Dengan begitu, hasil penjualan produk UMKM ini bisa stabil,” terang Wimboh.
Lantas bagaimana penjualannya? Terkait persoalan ini, menurut Wimboh, pihaknya bersama institusi terkait lainnya, sedang merancang pembentukan link BUMDes se-Indonesia. Nantinya, lewat itu bisa terpantau mana-mana saja BUMDes kelebihan supply dan apa barangnya. ”Nantinya, BUMDes yang membutuhkan supply ini bisa membelinya dari BUMDes lainnya,” terang dia.
Makanya, tambah dia, sekarang ini masing-masing BUMDes dibikin cluster-nya. Di mana, nantinya masing-masing daerah bakal berbeda cluster/ produk yang dihasilkan BUMDes. Dengan begitu, bisa lebih memudahkan pula dalam pembinaan nantinya. ”Sejauh ini, hal ini sudah diterapkan di beberapa daerah seperti Bayolali dengan sentra pertaniannya dan lainnya. Ke depan, lebih terintegrasi lagi,” terang dia.
Di sisi lain, Ketua DPN AFEBI Dr Nury Effendi SE MA mengaku siap mendukung program yang digulirkan pemerintah, termasuk dalam penguatan UMKM ini. Dengan dukungan 73 Fakultas Ekonomi Bisnis se-Indonesia, keberadaan AFEBI jelas berperan vital. Sejauh ini, pihaknya sudah diundang presiden guna membahas sekaligus memberikan solusi terhadap persoalan ekonomi hari ini.
”Intinya, kita siap menjadi mitra strategis pemerintah. Termasuk, penguatan UMKM. Untuk membangun link BUMDes, kita juga sudah ikut terlibat sejauh ini,” terang Dr Nury didampingi Sekjen DPN AFEBI Popy Rufaidah PhD. Seiring akan berakhirnya kepemimpinan AFEBI periode 2015-2017 pada 31 Desember mendatang, pihaknya berharap kepengurusan baru nanti bisa membuat AFEBI lebih berperan dalam menyelesaikan perekonomian bangsa ini.
Hal sama juga diharapkan Rektor Unand Prof Tafdil Husni SE MBA PhD. Dia berharap rekomendasi yang dihasilkan Kongres V AFEBI ini bisa memberikan solusi terhadap persoalan ekonomi bangsa hari ini. ”Mudah-mudahan kongres ini bisa berjalan sukses dan menghasilkan kepengurusan DPN AFEBI, serta rekomendasi yang berguna bagi bangsa ini,” ujar Tafdil didampingi Dekan Fakultas Ekonomi Unand Dr Harif Amali Rivai SE MSi. (*)
LOGIN untuk mengomentari.