in

Dendang Ranah, Gerak Postradisi

RANAH PAC, Peserta KABA Festival IV

Setelah menyuguhkan Sandiwara Pekaba dan Cati pada Kaba Festival 3 tahun lalu, pada Kaba Festival 4, 2017 ini, Ranah Performing Arts Company akan menampilkan pertunjukan berjudul Mite Kudeta dengan sutradara S Metron Masdison.

Mite Kudeta, berkisah tentang Cindua Mato yang didesuskan membunuh Bundo Kanduang, Dang Tuanku, dan Puti Bungsu. Desakan-desakan membuat ia menghilang dari kerajaan. Di perjalanan ia bertemu dengan Anggun Nan Tongga, Raja Pesisir sekaligus kakak Puti Bungsu. Ia pun membuat pengakuan kepada Anggun Nan Tongga bahwa ia yang membunuh ketiga orang itu.

Meskipun pada awalnya Anggun Nan Tongga naik pitam mendengar hal tersebut, dia berpikir jika membunuhnya maka Kerajaan Pagaruyuang dalam keadaan bahaya. Maka dia menyuruh Cindua Mato kembali ke Pagaruyuang.

Di Pagaruyuang, Basa Ampek Balai yang mewakili kaum adat meminta pertolongan Belanda untuk menghancurkan kerajaan. Cindua Mato pun meminta bantuan pada Tuanku Imam Bonjol dan mendapati dia berjanji akan menolong. Cindua Mato harus melakukan sesuatu ketika keadaan telah menyudutkannya.

Sebagaimana halnya Sandiwara Pekaba, pertunjukan Mite Kudeta tidak memakai bahasa verbal, tetapi memaksimalkan bahasa gerak dan bunyi untuk menyampaikan sebuah informasi. 

“Gerak dan bunyi yang dipakai pun diserap dari kesenian-kesenian tradisi Minangkabau, seperti Tari Piriang, Ulu Ambek, Dendang, Gandang Tambua, Kaba, dan lainnya,” ujar Metron, Minggu (23/7). 

Eksplorasi, transformasi, dan penyesuaian adalah hal yang dilantangkan Metron selaku sutradara Mite Kudeta. Tradisi tidak dilihat sebagai artefak, tetapi sebuah kebudayaan yang terus berjalan dan menyesuaikan diri dengan jamannya atau layaknya alam takambang jadi guru, alam dimaknai sebagai entitas yang terus berubah dan berkembang, begitu juga dengan kesenian tradisi.

Lebih lanjut,  Metron menjelaskan hal demikian dikatakan sebagai postradisi. “Kata ‘pos’ yang bukan berarti ‘melampaui’ atau ‘berada disamping’, tetapi mendefenisikan ulang Minangkabau serta tradisinya sebagai sesuatu yang terus menghadapi dunia hari ini dengan proses penyesuaian,” ujarnya. 

Bagaimana bentuk postradisi dalam pertunjukan seni yang digagas oleh S Metron Masdison ini, dapat kita saksikan pada Kaba Festival 4, pada hari pertama, Rabu, 2 Agustus 2017, pukul 20.00, di Taman Budaya Sumatera Barat. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Bus Jasa Malindo Masuk Jurang

Jason Bishop Tantang Peselancar Tuan Rumah di Nias Selatan Open Surfing Contest 2017