Negeri ini bukan saja masih berkutat mengatasi kesenjangan ekonomi antara penduduk kaya dan duafa, namun juga kesenjangan dalam memaknai nilai-nilai kepahlawanan. Kalau dilihat secara seksama lingkungan sekitar, dalam merenungi peringatan Hari Pahlawan, terjadi kesenjangan dalam menjiwai nilai-nilai kepahlawanan antara rakyat biasa dan elite tertentu.
Nilai-nilai kepahlawanan yang mengkristal dalam sikap dan perbuatan itu identik dengan sifat pahlawan. Keberanian berjuang demi kebenaran, rela berkorban, jujur, dan ksatria bagi kemaslahatan masyarakat, tampak lebih jelas terlihat pada rakyat biasa dibandingkan dengan kalangan elite tertentu yang kerap dihinggapi dengan keserakahan demi memperkaya diri walaupun melanggar hukum.
Semakin bertambahnya tokoh yang mendapat gelar pahlawan nasional dari pemerintah setiap memperingati Hari Pahlawan semestinya makin menginspirasi bangsa ini untuk meneladani nilai-nilai kepahlawanan mereka. Itu semua harus diwujudkan dalam sikap dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan warga Surabaya, terutama generasi mudanya hendaknya dapat memetik makna dari peringatan Hari Pahlawan. Generasi muda harus bisa memenangkan pertempuran yang sesungguhnya, yakni melawan kemiskinan dan kebodohan.
“Para pejuang mendapatkan kemerdekaan bukan dengan cara yang mudah, tetapi dengan seluruh perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa. Mari kita berjuang terus, tidak ada kata menyerah. Pertahankan api perjuangan bagi Indonesia raya agar mampu membawa pesan damai, aman, sentosa, dan sejahtera,” kata Risma, di Surabaya, kemarin.
Belajar Tekun
Rismaharini menuturkan anak-anak muda tidak boleh lengah karena persaingan ke depan antarnegara yang sangat berat. Oleh karenanya, anak muda harus belajar tekun dan lebih keras agar bisa mempertahankan kemerdekaan itu.
Pada masa kini pun masih dibutuhkan banyak pahlawan. Seperti dikatakan Komandan Komando Distrik Militer 0407/Bengkulu, Letkol Osmar Silalahi. Dia mengajak seluruh masyarakat setempat menjadi pahlawan masa kini. “Berbeda dengan dulu, kita harus mempertaruhkan nyawa mengusir penjajah, sekarang tugas kita yakni mempertahankan apa yang telah diperjuangkan dulu,” kata Osmar.
Menjadi pahlawan masa kini tidak harus mengangkat senjata, melakukan pengorbanan yang seperti yang dilakukan pejuang veteran, namun dengan membuat yang terbaik pada keahlian dan posisi masing-masing di tengah masyarakat. SB/Ant/N-3