Seorang pejabat keamaan Turki (yang menolak identitasnya dipublikasikan) mengungkapkan, bahwa pelaku penembakan duta besar (Dubes) Rusia untuk Turki, Andrei Karlov, adalah pengikut tokoh agama Fethullah Gulen yang dituding sebagai dalang dari aksi kudeta pada Juli lalu. Pejabat keamanan keamanan Turki itu juga mengungkapkan, bahwa bahwa penyelidikan terkait penembakan ini tengah dilakukan dan berfokus pada dugaan keterkaitan sang penembak, Mevlut Mert Altintas dengan Gulen yang kini hidup dalam pengasingan di Pennsylvania, Amerika Serikat. Altintas merupakan seorang petugas anti huru-hara yang bergabung dengan kepolisian Turki selama 2,5 tahun. Setelah serangan, Altintas ditembak mati oleh petugas keamanan.
“Sejumlah orang yang tinggal bersamanya sebelum ia sekolah ditahan karena bergabung dengan FETO. Terdapat bukti pula bahwa sejumlah siswa yang lulus bersamanya berasal dari kelompok FETO,” kata pejabat Turki itu, merujuk kepada singkatan dari Organisasi Teror Gulen, sebutan Turki untuk para pengikut Gulen. Turki kerap menuduh Gulen dan pengikutnya mendalangi kudeta pada Juli lalu, yang menewaskan lebih dari 100 orang. Sejak itu, Presiden Recep Tayyip Erdogan memerintahkan pembersihan para pegikut Gulen di berbagai jajaran pemerintahan, termasuk pegawai negeri sipil, tentara, polisi, akademisi, dan jajaran pengadilan.
“Informasi diperoleh adalah bahwa orang-orang yang membantunya masuk ke sekolah berasal dari FETO. Ada tanda-tanda yang sangat kuat bahwa orang yang melakukan serangan ini berasal dari FETO. Penyelidikan saat ini difokuskan sepenuhnya pada [dugaan] ini,” ujar pejabat itu seperti yang dikutip dari CNN Indonesia.
Pejabat itu juga mengungkapkan bahwa Altintas mengambil cuti pada 15-17 Juli lalu, mengindikasikan bahwa ia kemungkinan terlibat dalam kudeta militer yang terjadi pada 15 Juli. Turki menuding bahwa meski Gulen tinggal di pengasingan di AS sejak 1999, tokoh agama itu telah menciptakan sebuah “jaringan paralel” di kepolisian, kubu militer, jajaran peradilan dan layanan sipil yang bertujuan menggulingkan pemerintahan yang sah.
Gulen menampik semua tuduhan itu, dan balik menuding bahwa kudeta militer yang berhasil digagalkan pada Juli lalu bisa saja direkayasa oleh Erdogan. Penasihat sekaligus perwakilan Gulen, Alp Aslandogan, menyebut tudingan yang diluncurkan pejabat Turki itu “menggelikan” dan bermaksud menutupi rentannya sistem keamanan Turki, bahkan di jajaran kepolisian.
“Gulen dengan tengas mengutuk tindakan keji ini,” katanya kepada tambahnya.
Altintas lahir pada 24 Juni 1994 di Provinsi Aydin, Turki. Ia kemudian duduk di bangku Sekolah Menengah Tinggi Soke Cumhuriyet Anadolu dan melanjutkan studinya di Sekolah Vokasi Kepolisian Izmir Rustu Unsal. Hingga kini, Soylu mengatakan bahwa otoritas masih terus menyelidiki motif penyerangan. Ayah dan saudara perempuan Altintas ditahan untuk dimintai keterangan lebih lanjut. Sejumlah potongan video di berbagai jejaring sosial menunjukkan Altintas mengenakan jas dan dasi ketika datang ke pameran seni di Ankara yang dihadiri oleh Karlov.
Ia kemudian menembak Karlov dari arah belakang ketika sang dubes sedang menyampaikan kata sambutan. Para pengunjung pun langsung berhamburan keluar. Setelah menembak Karlov, Altintas sempat berteriak, “Allahu akbar!” Ia kemudian berbalik ke arah pengunjung dan kembali berteriak, “Jangan lupakan Suriah. Jangan lupakan Aleppo. Semua yang ikut serta dalam tirani ini akan bertanggung jawab!”
Rusia merupakan sekutu dari rezim Presiden Bashar al-Assad di Suriah. Koalisi Rusia membantu pasukan pemerintah Suriah untuk merebut kembali Aleppo dari tangan pemberontak. Turki sendiri merupakan penentang rezim Assad. Hubungan kedua negara sempat panas setelah Turki menembak jatuh jet koalisi Rusia di dekat perbatasan dengan Suriah. Namun kemudian, Turki dan Rusia terus memperbaiki hubungan. Presiden Rusia, Vladimir Putin, bahkan berkoordinasi langsung dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, untuk membahas proses evakuasi di Aleppo. (*)
LOGIN untuk mengomentari.