Palembang, BP
Perkembangan sejarah manik-manik di masa lalu terutama di Palembang menarik diangkat dari berbagai sisi. Mempelajari manik-manik terutama temuan dari masa Kerajaan Srijaya hakekatnya berbicara tentang tehnologi, kemajuan perdagangan dan budaya itu sendiri.
Arkeolog dari Balai Arkeologi Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) Retno Purwati mengatakan, manik-manik terutama yang ditemukan dari hasil ekskavasi maka manik-manik menjadi indikasi kemajuan sebuah masyarakat bisa dari bidang tehnologi dan bisa dari kemajuan perdagangan dan budaya.
“ Dari tehnologi ada banyak cara membuat manik-manik tapi di Kambang Unglen kita tidak menemukan alatnya , meskipun tanpa alat kita tahu mereka telah menguasai tehnologi pembuatan manik-manik,” katanya. disela-sela diskusi terpumpun mengenai Kajian Koleksi Sriwijaya Dalam Perspektif Perdagangan , Subtema” Temuan Manik-Manik Sriwijaya, Selasa (22/9) di ruang audio visual Taman Wisata Kerajaan Sriwijaya, Kelurahan Karang Anyar, Gandus Palembang.
Sedangkan situs kambang unglen sendiri terletak disebelah utara situs, Karanganyar. Secara administratif situs ini terbentuk wilayah keluruhan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat I Palembang.
Didaerah ini dulunya banyak ditemukan manik-manik , pecahan dan pecahan bata sisa bangunan, hasil pemboran disitus ini menujukan bahwa material utama adalah lempung tuffan yang mengandung pecahan bata dan arang besar sekali kemungkinan bahwa situs kambang unglen ini pada zaman dahulu merupakan tempat industri manik-manik kaca . hal ini dibuktikan dengan banyaknya ditemukan pecahan bahan , kaca , limbah manik-manik dan ribuan manik-manik .
Untuk di Palembang menurut Retno pihaknya baru menemukan bengkel pembuatan manik-manik di Kambang Unglen.
“ Kalau manik-manik sendiri selain di Kambang Unglen khan di , juga di Bukit Siguntang juga ketemu, di Karang Anyar juga ketemu kemudian di Geding Ing Suro,” katanya.
Dan menurutnya manik-manik yang ditemukan di Kambang Unglen itu berdasarkan hasil penelitian mayoritas dari temuan permukaan itu berdasarkan data tahun 1991 dari semua manik-manik yang dianalisis itu jumlahnya 2 ribuan lebih dan hanya 192 ditemukan dari kotak gali.
“ Dari situ susah untuk kita untuk mengetahui pasang surutnya perdagangan di waktu itu, karena dari analisis teman-teman Puslit itu manik –manik asing yang ditemukan di Kambang Unglen itu dari Asia Barat dari Abad 10 dan Abad 11 , dari Thailand abad 9 lalu dari Malaysia Abad 11 dan 12, ini dari kotak gali kita akan tahu paling banyak ,” katanya.
Apalagi dari sisi budaya sampai sekarang masyarakat seperti suku dayak dimana kepala sukunya tetap memakai manik-manik dan kalung manik-manik jadi benda pusaka yang diwariskan.
“Kalau temen-temen puslit itu bilang ada situs Kambang Unglen 1 dan situs Kambang Unglen II dibagi sektor , sekarang lokasinya dari perumahan di Jalan PDAM ,” katanya.
Dan dari manik-manik menurutnya banyak bicara banyak hal, beda dengan kramik yang ditemukan dari situs arkeologi kebanyakan dari pasaran jadi kurang memberikan petunjuk,”katanya.
Sedangkanm Ahmad Bahkah Mhum dalam makalahnya Manik Manik Kajian Eksotisme Yang Menembus Zaman serta Persebarannya menilai manik manik menjadi kajian yang tak lekang oleh waktu.
Dari manik-manik ini akan banyak informasi dan cerita kehidupan orang-orang dimasa lalu.
Sedangkan Herintation, Pamong Budaya Museum Sriwijaya juga banyak membahas cerita soal koleksi museum terutama koleksi manik-manik di Situs Kambang Unglen.
Nara sumber lain yang hadir diantaranya M Idris Spd Mhum (dosen prodi pendidikan sejarah dan Wakil Dekan III Universitas PGRI Palembang, Sondang M Siregar SS Msi ( peneliti ahli madya Balai Arkeologi Sumsel) . Dr Hudaidah M Pd (dosen prodi pendidikan sejarah FKIP Universitas Sriwijaya dan Wanda Lesmana M Pd (penggiat budaya Dirjen Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI).#osk