in

Ditemukan Tiga Karung Barang Antik di Mandeh

Diduga Benda Peninggalan Abad XVI

Sejumlah pemuda dan seorang wisatawan menemukan barang antik berupa piring, mangkok dan guci bertulisan Tiongkok yang diduga benda peninggalan sejarah, di Nagari Sei Nyalo Mudiak Aia, Kecamatan Koto XI Tarusan, sekitar pukul 14.00, Senin (15/5).

Kini, benda yang rata-rata berbentuk serpihan sebanyak tiga karung itu, diamankan di kantor wali nagari Sei Nyalo Mudiak Aia yang masuk kawasan wisata Mandeh, Kabupaten Pesisir Selatan.

Satri, salah seorang pemuda Sei Nyalo mengungkapkan bahwa barang antik itu ditemukan sekitar 250 meter dari pinggir pantai, atau tepatnya di seberang sebuah penginapan (cottage).

Waktu itu, dia bersama rekannya menemukan piring, guci dan benda yang umumnya berbahan keramik dengan tulisan yang tidak dia mengerti. Arahnya, bahasa Tiongkok.

”Awalnya, kami sekitar tujuh orang bersama seorang wisatawan asal Jawa Barat, bermaksud membersihkan makam-makam di dekat lokasi penemuan barang antik itu. Kegiatan tahunan ini biasa kami sebut sarung sakin,” kata Ketua Pemuda Sadar Wisata Sei Nyalo itu.

Merasa penasaran, tambah Ketua Pemuda Sei Nyalo Saidul, mereka pun beramai-ramai melakukan penggalian. Akhirnya, ditemukanlah lebih banyak lagi barang-barang antik, seperti piring, mangkok, kendi, guci dan lainnya.

“Penemuan itu tidak sengaja. Kami bersama melihat, kami amati dan lakukan penggalian lebih lanjut. Bentuknya sudah terpisah-pisah dan tidak dalam bentuk utuh dalam jumlah cukup banyak,” ucapnya.

Setelah penggalian dan mengumpulkan benda temuan itu, mereka menitipkannya ke kantor wali nagari Sei Nyalo Mudiak Aia. Rencananya, benda-benda itu dibersihkan tim PKK nagari.

“Pada benda itu ditemukan tulisan 55 M. Mungkin saja tahun 55 Masehi, tapi kami tidak tahu pasti karena perlu diteliti lebih lanjut oleh ahlinya,” tuturnya.

Warga setempat berharap dibangun museum di Sei Nyalo dan benda tersebut dijadikan koleksinya, sehingga bisa menjadi daya tarik bagi setiap wisatawan yang berkunjung ke Mandeh. Benda-benda itu bisa jadi koleksi benda bersejarah di Sei Nyalo.

Ketua Percepatan Pembangunan Kawasan Mandeh, Andrinof Chaniago mengaku sudah mendapat kabar terkait temuan barang-barang antik tersebut. Temuan itu kemungkinan peninggalan sejarah, namun bisa juga hanya peninggalan barang biasa saja. Oleh karena itu, butuh penelitian lebih lanjut. 

“Memang banyak indikasi kalau kawasan wisata Mandeh dimanfaatkan para saudagar dan armada pelayaran pemerintah kolonial di masa lalu. Ini tentu bisa terjadi karena bentang alamnya yang memberikan kenyamanan untuk singgah dan bertemu dengan pihak lain. Air di kawasan Mandeh begitu tenang dan terlindung dengan pemandangan yang sangat indah, serta sumber air yang mudah,” ujarnya.

Sejarawan dari Universitas Andalas Prof Gusti Asnan menyebutkan, penemuan benda-benda itu merupakan hal wajar, mengingat pada sekitar akhir abad XV dan awal abad XVI lalu, kawasan Pesisir Selatan merupakan jalur perdagangan dan persinggahan kapal dagang di tepi barat Sumatera.

“Sejarahnya, mulai dari kawasan Tarusan hingga Inderapura merupakan kawasan perdagangan yang sangat padat. Banyak kapal-kapal pelaut dari berbagai negara yang berlabuh di kawasan itu,” ujarnya.

Setelah penemuan itu, bisa saja akan ditemukan lagi benda-benda peninggalan sejarah lainnya. Di samping itu, benda-benda asal Tiongkok dulunya banyak diperdagangkan dari berbagai negara ketika melintasi perairan itu.

“Portugis, Belanda, Perancis, Tiongkok, Arab dan negara-negara lain pastinya akan membawa barang dagangan dan bisa saja dalam bentuk piring, mangkok, guci dan lainnya. Bahkan, jika dicari di sekitar kawasan tersebut, bisa saja akan banyak ditemukan benda-benda antik lainnya,” jelas Gusti Asnan.

Dia menyarankan agar benda-benda tersebut diserahkan kepada Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB), sehingga bisa dilakukan penelitian lebih lanjut, termasuk mengetahui umur dan pada masa apa benda itu ada. “Kondisinya juga akan lebih aman dan terpelihara,” imbuhnya. 

Ketua Pusat Studi Gender, Perubahan Sosial dan Multikultural FIS UNP, Siti Fatimah mengaku bakal mengirimkan tim untuk mengkajinya. Perempuan yang telah banyak meneliti budaya, peninggalan sejarah dan cerita rakyat Mandeh ini, memperkirakan temuan itu barang-barang dagangan masa Islamisasi.

“Bila dikaitkan cerita-cerita rakyat di kawasan wisata Mandeh, maka memperkuat sejarah perdagangan di pantai barat Sumatera. Artinya, Sei Nyalo termasuk bagian dari bandar sepuluh sebagai tempat transit para pedagang di masa lalu,” jelas Siti Fatimah. 

Sementara Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumbar, Nurmatias mengatakan, pihaknya dalam waktu dekat akan mengunjungi lokasi penemuan barang yang diduga peninggalan sejarah tersebut.

“Kami akan identifikasi dan teliti lebih lanjut tentang riwayat benda-benda itu, serta mendata jenis temuannya,” kata dia kepada Padang Ekspres, Selasa (16/5).

Terkait adanya keinginan masyarakat setempat merawat benda itu, pihaknya tidak membatasi keinginan itu. Namun, BPCB mesti melakukan identifikasi terlebih dahulu.

“Jika masyarakat setempat ingin merawat benda temuan itu, tidak ada masalah. UU Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pelestarian Cagar Budaya mengamanatkan masyarakat, yayasan dan pemerintah berhak melakukan perawatan benda purbala. Yang pasti, kami dari BPCB akan mendata dan memastikan pertanggungjawaban benda tersebut. Jangan sampai berpindah tangan secara tidak menentu,” sebutnya.

Dalam sejarahnya, kata dia, sekitar pesisir barat Sumatera itu masuk kawasan perdagangan dunia yang sangat strategis. Sehingga, tidak tertutup kemungkinan masih banyak benda purbakala lainnya yang bisa saja ditemukan di sana.

Bangkai Kapal

Sebelum temuan barang-barang antik itu, juga ditemukan bangkai kapal MV Boelongan di kawasan wisata Mandeh yang kini jadi daya tarik para peneliti dan penyelam. Dari sejarahnya, kapal itu diperkirakan tenggelam 28 Januari 1942 saat membawa tawanan berkebangsaan Jerman.

Kapal itu tenggelam akibat dibombardir tentara Jepang. Kapal tipe cargo ship diesel buatan tahun 1915 ini memiliki berat 1.053 grt. Kapal itu ditenggelamkan dengan bantuan pesawat tempur. 

Karena masih menyimpan banyak misteri yang belum terungkap, maka kapal yang memiliki dimensi 100x11x3,7 meter ini, menjadi daya tarik bagi para peneliti dan para penyelam dunia untuk mengungkapkannya. MV Boelongan ini bermesin gcyl workspoor diesel engine dengan kekuatan 750 b.h.p plus kecepatan 8,25 knots.

Berkat keindahan bawah laut yang terdapat di MV Boelongan, para penyelam menjadikan lokasi bangkai kapal ini sebagai spot diving atau pusat menyelam di Mandeh.

Ketua Bidang Wisata Bawah Air dan Tim Percepatan Pengembangan Wisata Bahari Kementerian Kelautan, Cipto Aji Gunawan menyebutkan, persepsi dan pemahaman yang sama tentang sejarah perlu ada di masyarakat, termasuk keberadaan bangkai Kapal MV Boelongan di Mandeh.

“Menguak misteri masa lalu, menjadi  daya tarik tersendiri bagi para peneliti. Keberadaan bangkai Kapal MV Boelongan juga dapat memberi nilai tambah bagi kawasan Mandeh,” ujarnya. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Penetapan Jam Kerja ASN, TNI, dan POLRI Pada Bulan Ramadhan

Bandara Changi Terbakar, 87 Flight Tertunda