in

“Dokumen Negara Hilang, Cermin Absennya Kesadaran Sejarah”

Dirjen Kebudayaan, Kemendikbud, Hilmar Farid tentang Pengamanan Dokumen Sejarah Negara

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) melaksanakan Konferensi Nasional Sejarah (KNS) setiap lima tahun sekali.
Konferensi ini membahas berbagai isu strategis kesejarahan, baik yang berkaitan dengan pembangunan karakter bangsa, pengajaran sejarah maupun perkembangan ilmu sejarah itu sendiri.

Dalam kegiatan Konferensi Nasional Sejarah X dengan tajuk, “Budaya Bahari dan Dinamika Kehidupan Bangsa Dalam Perspektif Sejarah” yang berlangsung pada 7-10 November 2016, di Jakarta itu, wartawan Koran Jakarta, Frans Ekodhanto, berkesempatan mewawancarai Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, terkait dengan persoalan kesejarahan Indonesia dalam era kekinian serta hal-hal yang berkaitan dengan hilangnya beberapa dokumen atau arsip sejarah Indonesia.

Berikut petikan: Menurut Anda, sejarah itu apa?

Sejarah ini merupakan himpunan ingatan mengenai masa lalu atau yang disebut ingatan kolektif. Jadi apa yang oleh bangsa kita ingat sebagai kolektif, dianggap penting dari masa lalu. Akan tetapi, tidak semua ingatan masa lalu menjadi sejarah, juga sangat bergantung kepada bangsa ini dalam melihatnya.

Seberapa penting arti sejarah itu?

Kalau ditanya penting atau tidak, sangat-sangat penting. Hampir tidak bisa kita memahami masa sekarang tanpa melihat sejarah.

Hampir tidak mungkin kita membayangkan masa sekarang, tanpa pemahaman yang jelas. Jadi semuanya saya kira ada rangkaiannya.

Saya kira, pesan Bung Karno “jangan sekali-kali meninggalkan sejarah” menunjukkan bahwa perspektif untuk kehidupan kita di berbagai bidang ditentukan oleh sejarah. Sejarah ini yang memberikan arah.

Kalau diibaratkan dalam lintasan, jejak yang kita lalui ini penting dalam menentukan arah. Apakah sebenarnya kita maju menuju tujuan yang ingin dicapai atau menyimpang dari tujuan, itu adalah sejarah. Itulah yang kita sebut dengan perspektif sejarah.

Konkretnya bagaimana?

Misalkan dalam urusan penanganan korupsi yang dari jaman VOC masih ada korupsi, terus berlanjut pada pasca kemerdekaan, ada korupsi, dalam perspektif sejarah, kita ini maju atau mundur, baik dari praktikpraktik/ cara penanganan, dari segi pemikiran, mentalitas.

Jadi sejarah juga punya peran untuk membantu kita dalam perjalanan mengevaluasi peran, sudah sejauh mana sebenarnya.

Menurut Anda apa persoalan kesejarahan kita saat ini? Dan perbaikannya seperti apa?

Ada berbagai segi. Dari segi studi sejarah akademik ini masih muda umurnya. Lulusan sejarah, dalam pengertian orang yang lulus dari bidang studi sejarah itu, ini baru generasi kedua. Sebentar lagi akan muncul generasi yang ketiga yang mulai mendalami studi sejarah.

Tentu dalam bidang yang masih relatif muda masih banyak kekurangan metode, metodologi dan seterusnya.

Jadi secara akademik masih sangat perlu dikembangkan. Persoalan yang lain adalah sumber. Belum pernah ada penelitian yang menyeluruh.

Tapi, apa yang kita ketahui mengenai masa lalu Indonesia itu, sekarang baru 30 persen. Itu pun dalam hitungan yang sangat optimis.

Misalkan, berapa sih isi arsip yang sudah pernah digunakan. Yang diketahui saja masih terbatas, apalagi yang digunakan. Ini arsip yang kita bicarakan.

Jadi sebetulnya, informasi yang membangun narasi sejarah kita hari ini sangat terbatas. Soal ketiga adalah kaitannya dengan pendidikan, artinya kesadaran sejarah secara umum ini terbatas sekali.

Orang bicara sejarah, lebih banyak soal legitimasi dari keadaan yang sekarang. Bukan kesadaran yang utuh.

Soal hilangnya arsip-arsip yang memungkinkan hilangnya bagian dari sejarah itu disebabkan oleh apa? Solusinya bagaimana?

Itu sebenarnya cerminan dari absennya kesadaran sejarah untuk mendokumentasi. Secara umum, ingatan kelembagaan kita di Indonesia rendah sekali.

Misalkan, orang sekarang mencari dokumentasi apa yang dilakukan kantor 20-30 tahun terakhir. Pun kalau ada, dalam bentuk tumpukan kertas, sulit sekali diakses, kecuali orang yang melakukan penelitian khusus mengenai apa yang terjadi itu.

Aksesibilitas dari sumbersumber, bahkan dalam lingkungan kecil, dari kita sendiri sangat terbatas sekali. Ingatan kelembagaan kita jelek umumnya. Dan itu buah dari kesadaran sejarah yang sangat terbatas. AR-3

What do you think?

Written by virgo

Pembangunan Tol Becakayu Dipercepat

Lensa Terbaik Yang Wajib Anda Miliki: Lensa 50mm