ACEHTREND.CO, Banda Aceh – DPRK Banda Aceh hari ini Senin (23/4/2018) mengadakan rapat paripurna istimewa dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Banda Aceh yang ke 813 tahun.
Peringatan secara seremonial ini bergeser dari yang tanggal seharusnya yaitu 22 April 2018. Pergeseran ini dilakukan karena pada tanggal tersebut merupakan hari libur dan baru bisa dilaksanakan pada hari ini.
Sidang Paripurna Istimewa dipimpin oleh Ketua DPRK Banda Aceh, Arif Fadillah, para wakil ketua DPRK, dan hadiri oleh sejumlah besar anggota DPRK, Walikota Banda Aceh Aminullah Usman beserta wakilnya Zainal Arifin.
“Barangkali kita semua sudah mengerti dan memaklumi, bahwa sebenarnya peringatan hari jadi kota banda aceh itu jatuh pada tanggal 22 April 2018, namun karena bertepatan hari minggu, hari libur, maka kita laksanakan pada hari ini, Senin 23 April 2018,” ujar Arif Fadillah dalam sambutannya.
Pada sidang paripurna Istimewa tersebut secara khusus Arif Fadillah juga menyampaikan pesan kepada pejabat sementara Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh.
“Kami menaruh harapan besar, kiranya dapat mengangkat kembali eksistensi dan kiprah RSUD Meuraxa, yang merupakan satu-satunya rumah sakit milik pemerintah kota banda aceh, dan pernah menjadi kebanggaan warga kota Banda Aceh,”
Pada kesempatan yang sama ketua DPRK Banda Aceh tersebut mengajak semua pihak untuk menjadikan peringatan hari ulang tahun atau hari jadi ini sebagai momen untuk ber-muhasabah, mengevaluasi dan menginstrospeksi diri, serta memperbaharui komitmen semua pihak dalam memberikan kerja dan karya nyata bagi perkembangan dan kemajuan kota Banda Aceh ke arah yang lebih baik lagi.
“Apa yang kita semua lakukan pada hari ini sebagai wujud implementasi dan ungkapan terima kasih, rasa syukur kepada Allah SWT dan kebanggaan kita pada kota yang telah menaungi dan memberikan penghidupan bagi kita dan seluruh keluarga kita selama ini,” ujar Arif Fadillah.
Pria yang juga merupakan ketua DPC Demokrat Kota Banda Aceh tersebut juga menyampaikan sejarah perjalanan panjang kota Banda Aceh yang telah mengalami banyak hal dan peristiwa, konlflik yang berkepanjangan dan bencana alam.
Musibah gempa dan tsunami yang terjadi pada tgl. 26 desember 2018 lalu menurut Arif merupakan salah satu musibah bencana alam yang terbesar di dunia, telah menghancurkan dan meluluhlantakkan hampir lebih kurang 2/3 (dua pertiga) wilayah kota Banda Aceh. Namun demikian, musibah tersebut telah memberikan hikmah dan pembelajaran yang sangat berharga bagi warga Banda Aceh. Musibah tersebut tidak melemahkan warga Banda Aceh, bahkan sebaliknya menjadi motivasi dan semangat untuk bangkit dan menjadi lebih baik.
Arif Fadillah juga mengungkapkan kekagumannya kepada pemerintah kota Banda Aceh beserta seluruh elemen masyarakat yang telah berhasil bersama-sama membangun kembali kota Banda Aceh menjadi kota yang lebih maju dan berkembang.
Berbagai upaya rehabilitasi dan pembangunan kota, yang bersifat fisik, seperti: perbaikan pasar, jalan, jembatan dan bangunan gedung kantor, serta berbagai sarana dan prasarana umum lainnya, terus ditingkatkan. Demikian juga halnya di bidang sosial kemasyarakatan, seperti: kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, kualitas pendidikan dan sumber daya manusia, peningkatan, tingkat kesehatan, peningkatan kualitas kehidupan beragama, serta peningkatan kualitas lingkungan dan ketahanan terhadap bencana.
Untuk mewujudkan kota yang maju dan modern, berbagai pembenahan dan kebijakan perlu terus dilakukan. Sarana dan prasarana umum yang menjadi kebutuhan vital bagi masyarakat kota, seperti pasar, pendistribusian air bersih dan sehat, pengaturan tentang masalah lalu lintas dan perparkiran, penanganan masalah sampah, pusat-pusat pelayanan publik, pusat-pusat pelayanan kesehatan, pusat-pusat rehabilitasi sosial, serta berbagai sarana pendukung lainnya, perlu terus dibenahi dan ditangani secara lebih baik, profesional dan berkelanjutan.
Melalui momentum peringatan hari jadi kota banda aceh ke-813 ini, pihak dirinya dan anggota DPRK Banda Aceh ingin menegaskan kembali bahwa masyarakat hari ini adalah masyarakat yang kritis dan tanggap terhadap semua fenomena yang berkembang. Eksistensi eksekutif dan legislatif selaku penyelenggara pemerintahan selalu dipertanyakan oleh masyarakat yang kritis ini. Adanya unjuk rasa, polemik di media massa, berkembangnya wacana dan opini publik, serta beragam sikap lainnya, merupakan reaksi kritis dari masyarakat yang perlu terima dan perhatikan dengan tangan terbuka dan berlapang dada, untuk kemudian disahuti dengan solusi-solusi yang bijak, yang berpihak pada kemaslahatan rakyat banyak.
“Kecenderungan untuk menutup diri dari segala macam bentuk kritikan terhadap kinerja pemerintahan. Tidak masanya lagi untuk kita terapkan di zaman ini, zaman yang sering disebut sebagai zaman ”now” atau zaman milenial,” ujar Arif Fadillah.
Selain dihadiri oleh Walikota dan Wakil Walikota, sidang Paripurna Istimewa dihadiri juga unsur Forkompinda ketua PTUN, ketua Mahkamah Syar’iyah dan ketua MPU kota Banda Aceh, para kepala dinas, kepala badan, kepala kantor dan kepala bagian, serta para camat se-kota Banda Aceh, para geuchik, imum mukim/imum gampong, ketua pemuda dan tokoh-tokoh masyarakat dan undangan lainnya.[]
Komentar