Peran Laboratorium Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Andalas sangat dirasakan di tengah pandemi virus Covid-19. Setiap hari, hasil pemeriksaan dari laboratorium tersebut ditunggu oleh publik dari mana saja penambahan warga yang terpapar. Siapa yang berperan di balik laboratorium tersebut?
Parkiran Laboratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (Unand) di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Padang dipenuhi mobil puskesmas lingkup kabupaten/kota di Sumbar, (12/6/2020).
Para petugas medis pun dengan antre mengantarkan sampel swab di konter penerimaan sampel di laboratorium ini. Selanjutnya sampel tersebut diperiksa dan hasil pengujian pun dinanti beberapa hari ke depan.
”Pengujian sampel saat ini tidak sebanyak hari-hari sebelumnya. Tercatat sampai saat ini tinggal 90 sampel yang akan diuji,” kata Dr dr Andani Eka Putra MSc, Kepala Laboratorium Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi FK Unand.
Dari ratusan laboratorium aktif pemeriksaan Covid-19, sebut Andani, laboratorium ini menduduki urutan kedua dalam hal paling banyak melakukan pemeriksaan sampel.
“Kondisi saat ini kita kalah dari Labkesda DKI Jakarta dalam jumlah pemeriksaan sampel per hari. Tercatat Labkesda DKI Jakarta per hari ini memeriksa 1.700-an sampel.
Kita baru mencapai 1.570 sampel diperiksa per hari,” ucapnya sembari memperlihatkan data perkembangan Covid-19.
Andani mengatakan rata-rata sampel dalam satu hari yang diperiksa lebih dari 1.000 sampel dengan membutuhkan waktu selama 20 jam. Sampel-sampel swab tersebut didapatkan dan dikirim dari swab masyarakat yang berada di kabupaten dan kota di Sumbar.
“Untuk total jumlah sampel swab yang telah kita periksa lebih dari 27 ribuan sampel. Jadi semakin banyak kita periksa, maka semakin banyak orang yang diketahui terinfeksi virus Covid-19. Sehingga, mereka bisa langsung ditangani oleh petugas kesehatan,” tutur Direktur Umum dan SDM RS Unand ini.
Dalam memeriksa sampel swab diduga Covid-19, Andani dibantu 55 staf. Mayoritas staf tersebut adalah mahasiswa Strata-2 (S2) dan S3 di bawah bimbingannya.
“Rata-rata mereka adalah mahasiswa saya. Jadi waktu saya ajak untuk menjadi staf di laboratorium, saya bilang ke mereka bahwasanya pekerjaan ini adalah pekerjaan penting dan tugas negara,” tukasnya.
Dalam satu hari, Andani dan staf tersebut bekerja selama 22 jam dimana pekerja pemeriksaan dibagi dalam 3 shift kerja. “Ya kita bekerja selama 22 jam, dan dibagi dalam 3 shift untuk memeriksa sampel tersebut,” jelasnya.
Proses Pemeriksaan Sampel
Lulusan FK Unand 1996 ini menjelaskan proses awal dari pemeriksaan dilakukan terdiri dari beberapa tahapan. Dimulai saat sampel swab dari kabupaten kota datang ke laboratorium.
”Sampel-sampel yang tiba di sini harus memiliki surat-surat dan administrasi lengkap. Tujuannya agar data-datanya bisa diketahui dan tidak ditemukan kesalahan,” ungkap putra Tarusan, Pesisir Selatan ini.
Kemudian, sampel-sampel itu langsung dimasukkan ke dalam ruangan penerima sampel. Di ruang penerima sampel, staf di sana akan memeriksa setiap sampel. Apakah dalam kondisi baik, layak, dan tidak rusak.
”Setelah sampel-sampel itu dipastikan kondisinya baik dan layak, maka sampel akan dilanjutkan ke tahap ekstraksi yang kemudian dilakukan analisis,” tutur dosen FK Unand ini.
Setelah itu, semua dilakukan, maka sampel itu akan dilakukan pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR). Ini bertujuan untuk diketahui berapa nilainya.
Standar nilai dari sampel itu sendiri tergantung pada masing-masing pabrikan PCR. Contoh untuk Covid-19 ini, jika nilainya berada di bawah 40, maka hasil tersebut dinyatakan positif Covid-19. Pemeriksaan seperti itu dilakukan dua kali untuk memastikan hasil positif.
”Itu tahapan yang kita lakukan dalam pemeriksaan sampel tersebut. Jika hasilnya negatif diketahui, maka data sampel dan identitas lengkap orangnya sudah kita dapatkan. Sehingga, kapan pun kita ingin cari, datanya bisa ditemukan,” ujarnya.
Andani menyebutkan, jika hasil sampel tersebut diketahui positif Covid-19, maka pihaknya akan melaporkan ke pemerintah kabupaten dan kota tempat sampel itu berasal. Untuk kemudian orangnya dilakukan tindakan medis lebih lanjut.
“Selain itu, hasil itu juga kami laporkan ke Pemprov agar bisa dilakukan tindakan lebih lanjut seperti melakukan tracing dan sebagainya,” jelas dokter berkaca mata minus dan berkumis ini.
Semangat Militan
Sejauh ini, keberhasilan Laboratorium Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi FK Unand dalam pemeriksaan sampel Covid-19, tidak terlepas dari kerja keras yang dilakukan oleh Andani dan ke-55 staf.
Andani menyampaikan, ada beberapa faktor menjadikan laboratorium menjadi nomor satu dalam pemeriksaan sampel diduga Covid-19. Hal ini tak lepas dari para staf di laboratorium yang bekerja secara ekstra.
Faktor pertama adalah rasa nasionalisme staf laboratorium bekerja kuat. Mereka berjuang secara ikhlas membantu masyarakat Sumbar dalam berperang melawan pandemi virus Covid-19.
”Mereka bekerja keras untuk memeriksa sampel yang datang ke sini selama 22 jam dan dibagi dalam 3 shift,” ungkapnya.
Faktor kedua, sebut Andani, semangat militansi anggota yang tidak masalah bekerja dalam sesaknya alat perlindungan diri (APD) selama delapan jam.
“Mereka kerja siang hingga malam tidak masalah, kerja full,” ujarnya.
Totalitas bekerja Andani dan timnya, adalah wujud nasionalisme tertinggi. Seperti dikemukakannya, sejak awal kepada anggota laboratorium, Andani sudah tegas mengatakan yang mereka kerjakan semata-mata untuk bangsa dan negara, atas nama kemanusiaan.
Tidak peduli soal honor, bahkan tidak peduli bagaimana mereka bisa hidup sehari-hari.
“Bahkan, untuk makan sehari-hari kami dibantu oleh para donatur. Selalu saya tekankan, bekerjalah dengan ikhlas. Ada atau tidak ada imbalan, jangan sekali-kali dipikirkan. Ini saatnya berjuang,” tegas Andani.
Faktor ketiga adalah berbagai inovasi yang dilakukan pihaknya dalam pemeriksaan diduga sampel Covid-19. Bermacam teknik pemeriksaan dilakukan sehingga hasil yang didapat secara efisien. Salah satunya teknik pool test.
“Diharapkan tentunya, semua upaya yang telah dilakukan dalam laboratorium ini bisa membantu pemerintah dalam pengendalian virus Covid-19 di Sumbar,” tutur lulusan Magister Kedokteran Tropis UGM Yogyakarta tahun 2009 itu.
Laboratorium Milik Pribadi
Kapan berdirinya laboratorium ini? Andani menjelaskan laboratorium ini hadir sejak tahun 2014. Laboratorium ini awalnya adalah laboratorium riset milik pribadi. Hampir semua barang dan peralatan laboratorium miliknya.
“Sebagian saya beli sendiri. Sebagian pengadaan hasil kerja sama dengan perusahaan untuk sebuah pengembangan produk,” ungkap alumni SMAN 3 Padang ini.
Dia terobsesi bagaimana suatu saat bisa memberikan pelayanan terhadap diagnostik penyakit infeksi. Sekaligus pengembangan produk-produk komersil yang bisa digunakan oleh masyarakat. “Itu cara pikir kita waktu itu,” katanya.
Dari dana sisa riset, Andani melengkapi sendiri fasilitas laboratorium tersebut. Mulai menambahkan dua mesin Polymerase Chain Reaction (PCR), elisa reader, winston blood, dan sekat inkubator.
“Fokus kita pada waktu itu mengembangkan diagnostik molekuler, diagnostik bioteknologi rekombinant protein. Kemudian, mengembangkan antibodi poliklonal. Kita tidak bisa ke moleklonal karena fasilitas terbatas,” ujarnya.
Dalam prosesnya, ia berhasil mengembangkan diagnostik untuk rotavirus, diagnostik human papllilomavirus, banyak bergerak di bidang produk-produk komersil berbasis human mikro biota replacement therapy.
“Pada akhir tahun 2019, laboratorium mendapatkan bantuan dari universitas untuk membangun fasilitas laboratorium di tempat sekarang, dan selesai pada Desember,” paparnya.
Ia menceritakan pada Januari 2020 datang virus Covid-19 ini membuat semuanya panik. Ia sempat berpikir bagaimana bisa berpartisipasi dalam mengembangkan diagnostik Covid-19.
“Diagnostik Covid-19 ini merupakan virus RNA, dan kita biasa bekerja untuk itu, seperti influenza, tidak ada banyak masalah. Intinya kita biasa bekerja untuk itu,” katanya.
Permasalahan berikutnya, beberapa alat di laboratorium masih kurang. Agar tidak ada masalah di kemudian hari, ia menghibahkan alatnya ke laboratorium pada Februari.
“Setelah dihibahkan ke laboratorium, bantuan peralatan berdatangan. Bantuan tersebut sekitar 2,5 miliar, sehingga cukup lengkap dan punya kemampuan untuk itu,” ungkapnya.
Untuk keperluan pemeriksaan sampel Covid-19, Andani diberi tempat lebih luas oleh Dekan FK Unand Dr dr Rika Susanti SpF. Sementara, Rektor Unand Prof Dr Yuliandri SH MH pun mendukung dan memberi bantuan untuk memperbaiki ruangan labotatorium.
“Izin laboratorim turun tanggal 19 Maret 2020. Pertama kali pemeriksaan sampel Covid-19 tanggal 25 Maret 2020,” ucap pria kelahiran 1972 ini.
Dalam proses, datanglah bantuan alat PCR dari wali kota Padang. Juga bantuan lain dari Pemprov Sumbar dan banyak pihak lain yang mendukung. Untuk mempercepat pemeriksaan sampel dan meningkatkan kapasitas, Andani pun mengajukan permohonan pengadaan mesin ekstraksi.
“Di luar dugaan. Dari target 300 sampel per hari, saat itu kami sudah bisa menyelesaikan 700 sampai 800 sampel per hari. Maka, jika kami dilengkapi mesin ekstraksi hasilnya bisa 1.570 sampel per hari,” kata Andani.
Jadi Percontohan
Tanpa disadari, hadirnya Andani dan tim laboratoriumnya, melahirkan satu pola penanganan Covid-19 tersendiri. Bahkan, bisa ditiru dan diterapkan di daerah lain.
Sebagai contoh, statistik nasional, pasien positif yang dirawat di RS sebesar 66%. Sedangkan di Sumbar, persentase yang dirawat di RS hanya 16%.
“Nasional terjebak pada pemeriksaan PDP sedangkan kita langsung ke OTG (orang tanpa gejala),” katanya.
Ia menambahkan, yang dilakukan adalah pemeriksaan PCR, bukan rapid test. “Sudahlah, kalau boleh saran, tinggalkan pola rapid test, yang bahkan WHO sendiri tidak merekomendasikannya,” tandas Andani.
Apa yang Andani kerjakan di Sumbar sudah menunjukkan indikator positif. Dengan kapasitas laboratorium yang ada, jumlah tes PCR yang dilakukan mencapai 0,43% dari jumlah penduduk Sumbar yang dilakukan tes PCR. Banding angka nasional yang masih 0,08%.
“Kami telah memeriksa 26.000 penduduk dari 5 juta penduduk, sekitar 0,43%. Sementara di Korea Selatan, 1,3%. Setidaknya di Indonesia, Sumbar adalah tertinggi. Harusnya semua provinsi berlomba-lomba memperbanyak jumlah penduduk yang dites,” katanya.
Mengingat belum ditemukannya vaksin, dan belum adanya kepastian kapan Covid-19 akan hilang, maka Andani pun belum akan berhenti. Ia masih akan memacu diri dan timnya untuk bekerja ekstrakeras memperbanyak kapasitas.
”Toh laboratorium ini tidak akan hilang peran, meski misalnya corona sudah hilang. Laboratorium ini akan selalu ada dan bermanfaat ke depan. Bahkan kehadiran laboratorium tersebut didasari untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat Sumbar,” tegas Andani. (Fajril Mubarak & Adetio Purtama-Padang Ekspres)
The post Dr dr Andani Eka Putra MSc, Dipicu Semangat Militansi, Berjuang Ikhlas Membantu appeared first on Padek.co.