Rendahnya konsumsi pemerintah dalam tiga bulan pertama tahun ini diyakini bakal mengerem laju pertumbuhan ekonomi di triwulan I-2017.
Badung – Kinerja perekonomian Indonesia pada tiga bulan pertama tahun ini diperkirakan melambat seiring realisasi belanja pemerintah belum optimal. Meski demikian, pemerintah optimistis perekonomian Indonesia sepanjang triwulan pertama tahun ini tumbuh di kisaran lima persen. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, meyakini perekonomian Indonesia sepanjang Januari– Maret 2017 masih bisa tumbuh di kisaran 5 persen, kendati belanja pemerintah belum terealisasi secara signifikan.
“Memang belum banyak, tapi kita lihat, mudah-mudahan di kisaran 5 persen,” kata Bambang seusai menghadiri Regional Workshop on Country Safeguard System bersama Asian Development Bank (ADB) di Nusa Dua, Badung, Bali, Senin (10/4). Bambang mengatakan pergerakan perekonomian di paruh pertama tahun ini akan lebih baik dibandingkan periode sama pada 2016. Meskipun belanja pemerintah untuk menggerakkan ekonomi, kata Bambang, masih lambat, namun indikator perekonomian lainnya terus membaik dan stabil.
“Namanya juga triwulan-I, memang lambat, tapi bisa lebih baik,” ujar mantan Menteri Keuangan. Salah satu indikator lain yang membaik dan stabil adalah laju pergerakkan Indeks Harga Konsumen yang hingga Maret 2017 menunjukkan inflasi di 3,61 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Pada Maret 2017, bahkan terjadi deflasi 0,02 persen secara month to month (mtm).
Inflasi yang cenderung terkendali itu diharapkan mampu menjaga daya beli masyarakat. Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2017 belum sesuai ekspetasi. Kajian BI pada akhir Februari 2017, pertumbuhan ekonomi triwulan I-2017 diperkirakan lebih rendah dari 5,05 persen secara (yoy). Hal tersebut karena masih rendahnya konsumsi pemerintah.
Kredit Melambat
Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityawara, mengatakan pergerakan ekonomi yang belum kencang, juga terlihat dari penyaluran kredit perbankan yang tumbuh minus 0,7 persen pada Januari–Maret 2017. Angka minus tersebut berarti penyaluran kredit melambat. “Tapi, itu memang pola triwulan- I yang memang selalu lebih rendah.
Biasanya, kegiatan ekonomi baru mulai keliatan di triwulan II, dan meningkat lagi di triwulan III dan IV,” ujar dia. Pemerintah, sesuai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2017, menargetkan ekonomi dapat tumbuh 5,1 persen (yoy) pada tahun ini, setelah tumbuh 5,02 persen (yoy) pada 2016, sedangkan BI memasang target pertumbuhan ekonomi di rentang 5–5,4 persen (yoy).
Sementara itu, Bank Pembangunan Asia (ADB) memproyeksikan perekonomian Indonesia tahun ini tumbuh 5,1 persen, lebih rendah dibandingkan target pemerintah sebesar 5,2 persen. Lembaga kreditor yang bermarkas di Manila, Filipina, itu menilai peningkatan investasi swasta, kinerja ekspor dan belanja infrastruktur tinggi bisa mendukung pertumbuhan tersebut.
“Investasi, perdagangan, dan konsumsi yang membaik akan mendukung Indonesia dalam mendapatkan momentum lebih lanjut bagi pertumbuhan ekonomi,” kata Kepala Perwakilan ADB Indonesia, Winfried Wicklein, dalam pemaparan di Jakarta, Kamis (6/4).
Dalam laporan ekonomi tahunan ADB terbaru bertajuk Asian Development Outlook (ADO) 2017, ADB memperkirakan adanya peningkatan konsumsi rumah tangga disebabkan pemulihan harga komoditas, peningkatan alokasi dana desa maupun kenaikan upah minimum.
Selain itu, investasi swasta juga diperkirakan naik setelah ekspor komoditas mulai meningkat serta reformasi struktural mampu menghilangkan hambatan berusaha dan membuka beberapa sektor baru bagi investasi asing.
mad/Ant/E-10