Adio Sangiro, Wakil Ketua DPW NasDem Sumbar
Pentas politik negeri telah dimulai. Orkestra pemilu sudah ditabuh. Baliho, spanduk, dan ornamen lain sebagai media yang menjajakan harapan sudah mulai ditebar. Meski belum resmi ditetapkan, tapi sejumlah nama calon presiden dari masing-masing kubu telah mencuat ke permukaan. Saat ini kita bisa menyaksikan ambisi dan nurani dari sorot mata mereka, menyala terang keduanya.
Sudah menjadi kelumrahan dalam strategi politik di negeri ini bahwa jalur paling pasti untuk mengamankan tiket sebagai calon presiden adalah melalui ketua umum partai. Maka tidak heran jika bursa capres juga diisi oleh sebagian nama-nama mentereng ketua umum partai. Jika pun tidak menjadi kandidat yang maju sebagai calon presiden, tetap saja wewenang memutuskan calon presiden dalam sebuah partai berada di tangan ketua umumnya.
Cermin Kebijaksanaan Surya Paloh
Posisi ketua umum yang ‘seksi’ tersebut memang menjadi incaran banyak pihak. Fenomena kudeta dan munculnya faksi-faksi baru dalam tubuh partai membuktikan bahwa ada daya tarik keseksian posisi sebagai ketua umum beserta dengan ‘kesaktian’ bagi yang menduduki jabatan tersebut. Dari sebagian besar ketua umum partai, baik secara terang-terangan atau malu-malu mengunggulkan dirinya atau paling tidak kader partainya, Surya Paloh menjadi sebagian kecil ketum Parpol yang tidak memanfaatkan kesaktian tersebut semata untuk kepentingan diri dan partainya saja.
Sebagai seorang yang berada di posisi yang ‘seksi’ dan memiliki ‘kesaktian’ tadi, Surya Paloh lebih memilih mengedepankan kepentingan bangsa dengan memilih calon presiden yang tidak berdasarkan seksi atau sakti, tapi berdasarkan kompetensi dan jejak kerja yang telah dilalui. Kebijakan yang mencerminkan seorang negarawan saat mengambil keputusan besar di tengah arus rimba demokrasi yang demikian.
Kebijakan tersebut tentu tidak serampangan dibuat. Ada mekanisme yang harus dipatuhi dan aspirasi rakyat yang melatarbelakangi. Sehingga kita mendapati jiwa besarnya Surya Paloh yang teruji di sini. Bagaimana tidak? Menggandeng Anies yang selama ini menurut stigma publik berseberangan dalam pilihan politik Nasdem mengundang potensi risiko baik eksternal maupun internal. Tapi hal tersebut nyatanya tak menjadi penghalang dan faktanya pun tidak ada gejolak yang berarti dari kader maupun konstituen Nasdem. Artinya, kader dan konstituen Nasdem telah memahami bahwa alam demokrasi ini dinamis dan untuk kepentingan bangsa tidak boleh ada negosiasi yang berasal dari arogansi pribadi.
Kematangan Berdemokrasi
Saat menerima mandat sebagai Calon Presiden dari partai Nasdem, dalam sambutannya Anies Baswedan membacakan penggalan manifesto partai Nasdem yang berkaitan dengan kematangan berdemokrasi. Hal ini seperti menyuguhkan lukisan yang indah di hadapan pendengarnya saat itu. Anies mampu menerjemahkan bahwa proses antara partai Nasdem dan dirinya adalah bukti kematangan dalam berdemokrasi.
Manifesto partai Nasdem memuat identitas partai yang memiliki integritas dalam berpolitik, menolak berbagai wacana yang melemahkan demokrasi dan memperjuangkan demokrasi yang mengunggulkan kepentingan rakyat. Sebagai akademisi dan aktivis sosial pendidikan yang juga pernah menduduki posisi sebagai pejabat publik, Anies memang memiliki semua komposisi yang membuatnya tidak kesulitan untuk masuk dalam skema pemikiran partai mana pun termasuk Nasdem.
Anies adalah Gubernur DKI yang menerima penghargaan Harmony Award bersama Forum Kerukunan Umat Beragama pada awal tahun 2021. Anies juga dikenal dekat dengan tokoh dari berbagai agama yang mematahkah stereotipe tentang kemenangannya di DKI yang memanfaatkan isu politik identitas. Anies memiliki kemampuan manajerial yang baik, mengingat prestasinya dalam membangun berbagai gerakan yang masif dan berhasil menjaring antusiasme masyarakat. Jika tidak dengan kemampuan manajerial yang baik tentu Anies akan kesulitan dalam menjalankan posisinya sebagai penggerak dan pembina serta sebagai Gubernur di DKI Jakarta.
Pertimbangan demikian terhadap sosok Anies Baswedan dipadu dengan kematangan berdemokrasi sebagai identitas Nasdem adalah satu kepaduan yang harmonis dan selaras. Anies adalah air segar yang coba Nasdem tawarkan kepada rakyat Indonesia setelah lama haus akan sosok pemimpin berkompeten. Anies Baswedan terbisa merangkul semua lapisan masyarakat, memiliki jaringan internasional tetapi juga membangun gerakan yang menyentuh kelompok kecil masyarakat pedalaman. Seorang komikan andal yang memahami dan mengerti setiap bahasa aspirasi yang disuarakan sehingga akan bekerja sesuai dengan kepentingan khalayak.
Isu Keretakan dalam Tubuh Nasdem
Setelah deklarasi dilakukan, berbagai isu tentang keretakan dalam tubuh partai Surya Paloh itu cukup santer terdengar. Namun hal tersebut ditanggapi dengan bijak oleh ketua DPP partai Nasdem, Willy Aditya, baginya setiap orang berhak untuk mengemukakan pendapat dan partai akan menghormati sikap setiap kadernya. Dengan kata lain ia ingin mengatakan bahwa keputusan Anies sebagai Calon Presiden adalah final dan Nasdem akan mendidik kadernya untuk menjadi warga negara demokrasi yang mengerti esensinya, bukan sekadar memahami demokrasi sebagai mekanisme politik semata.
Meski nyatanya isu tersebut tidak pernah benar-benar terbukti. Kesolidan Nasdem terangkum dan dapat kita saksikan di layar kaca sehari-hari, bahkan saat ini Nasdem seolah sudah selesai dengan polemik tersebut dengan aktif berkomunikasi pada partai calon koalisinya. Dalam berkoalisi pun, Nasdem menerapkan asas demokrasi secara menyeluruh. Meski merupakan partai pertama yang mendeklarasikan Anies, itu tidak kemudian membuat Nasdem merasa berhak mengambil keistimewaan dibanding partai calon koalisi lainnya. Ketua DPP Nasdem menegaskan bahwa Nasdem adalah partai yang menganut sistem equel relationship sebagai pasangan koalisi. Dimana partai Nasdem tidak akan mendominasi atau mengambil alih peran kolega koalisi dalam bentuk apapun. Komposisi koalisi akan dilakukan secara berimbang dalam hak dan kewajiban.
Menyemai Harapan Menyongsong Perubahan
Sebagai warga Sumbar sekaligus kader partai Nasdem, saya merasakan kesolidan di akar rumput partai tidak berubah. Dengan dipimpin oleh ketua DPW Sumbar Fadly Amran, kami segenap kader dan simpatisan Nasdem menyambut Anies Baswedan sebagai calon presiden pertama yang melakukan silaturahim kebangsaan di ranah Minang. Anies adalah sosok yang santun dan ramah, sebagai rakyat saya membaca kekhasan karakter demikian yang dimiliki beliau.
Tentu kesantunan tersebut lahir dari pengetahuan dan pengalamannya dalam mengarungi berbagai peran, baik sebagai seorang anak untuk orang tuanya, sebagai orang tua untuk anaknya, sebagai pengajar untuk muridnya dan sebagai pemimpin untuk rakyatnya. Kita semua berharap ada semangat baru, gairah baru dan inovasi baru yang dapat Anies berikan sebagai calon pemimpin bangsa menuju perubahan yang kita semua cita-citakan.
Penutup
Kesolidan Nasdem tidak hanya teruji pada regional Sumbar, tetapi juga di berbagai daerah lainnya. Hal tersebut juga direkatkan oleh banyaknya konstituen Anies yang mulai merapat ke Nasdem. Pada akhirnya sebagaimana yang dikatakan oleh Fadly Amran saat memasangkan Deta ke kepala Anies Baswedan, bahwa hal tersebut adalah simbol penghormatan dan kewibawaan seorang pria yang menandakan bahwa Anies Baswedan diterima oleh masyarakat Minang dengan tangan terbuka. Minang akan selalu bersedia menjadi ruang yang menghangatkan dan memberikan suntikan energi sebesar-besarnya bagi bangsa Indonesia.(***)