Palembang (ANTARA) – Ekspor batu bara Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) menjajal pasar baru di Korea Selatan (Korsel), sehingga pada Juli 2020 meningkat hingga 74,35 persen.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, ekspor batu bara pada Juli 2020 senilai 46,75 juta dolar AS, sementara pada bulan sebelumnya hanya sebesar 25,75 juta dolar AS.
Kepala BPS Sumsel Endang Tri Wahyuningsih, di Palembang, Jumat, mengatakan BPS memantau kenaikan ekspor batu bara yang cukup besar baru terjadi pada dua bulan terakhir.
“Baru bulan Juni dan Juli ekspor batu bara Sumsel trennya membaik, hal tersebut tidak lepas dari kondisi negara-negara yang menjadi tujuan pasar ekspor,” kata dia.
Kenaikan ekspor batu bara juga tercatat paling tinggi dalam kelompok lima komoditas ekspor nonmigas andalan Sumsel.
Secara struktur, sektor pertambangan batu bara berkontribusi 18,73 persen terhadap ekspor nonmigas Bumi Sriwijaya.
Endang menjelaskan memang secara harga, komoditas emas hitam itu belum begitu menggairahkan namun volume ekspor batu bara perlahan menanjak.
Menurut dia, ekspor batu bara Sumsel saat ini memang banyak tertuju ke pasar baru, terutama Korsel. Nilai ekspor ke Negeri Gingseng itu mencapai 10,90 juta dolar AS pada bulan lalu.
“Para eksportir tampaknya melihat peluang negara-negara yang bisa jadi pasar baru untuk batu bara,“ kata dia.
Selain Korsel, kata Endang, komoditas itu juga telah dikirim ke Bangladesh, Brunei Darussalam dan Pakistan. Untuk pasar konvensional, seperti Tiongkok dan India pun kini mulai berjalan kembali.
Nilai ekspor Sumsel pada Juli 2020 mencapai 294,75 juta dolar AS, atau naik 19,95 persen dibandingkan ekspor Juni 2020. Akan tetapi, bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 (Januari-Juli 2019) ekspor Sumsel turun sebesar 18,78 persen.
Ekspor Sumsel pada bulan lalu terdiri dari ekspor migas sebesar 22,07 juta dolar AS dan 272,68 juta merupakan hasil ekspor komoditas nonmigas.