JAKARTA – PT BISI International Tbk (BISI) menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 15 persen dari capaian tahun lalu. Perseroan menargetkan penjualan tahun ini menjadi sekitar 2,8 triliun rupiah dari raihan pada tahun lalu sebesar 2,3 triliun rupiah.
Direktur Utama BISI International, Jemmy Eka Putra, mengatakan untuk ekspansi tahun ini memang relatif tidak terlalu banyak namun memiliki kesempatan yang lebih baik untuk menumbuhkan kinerja keuangan. “Sejumlah kebijakan pemerintah mendukung produksi pangan terkait kontrol dan suplai harga,” ungkapnya di Jakarta, Selasa (28/5).
Kebijakan pengaturan suplai dengan mengontrol impor jagung dan beras akan mendukung kinerja bisnis Perseroan di tahun 2019. “Ada juga kebijakan Pemerintah mengenai penanaman jagung dengan memberi benih ke daerah-daerah tanam yang baru,” jelas Jemmy. Selain efek positif dari kebijakan infrastruktur jalan, pembangunan irigasi dan perluasan area tanam jagung juga berdampak positif.
“Pertumbuhan ekonomi tahun ini juga diperkirakan 5,2 persen, kelas menengah terus meningkat serta konsumsi ayam dan telur meningkat yang berdampak baik untuk komoditas jagung,” ujar Jemmy. Guna menangkap peluang bisnis tersebut, pada tahun ini Perseroan mengalokasikan belanja modal (capital expendicture/ capex) sebesar 30 miliar rupiah.
Proporsi penggunaan dana belanja modal 15 persen untuk meningkatkan kapasitas packaging benih dan sisanya untuk maintenance. “Capex tidak terlalu besar berbeda dengan 2018 lalu yang cukup besar alokasinya karena ada akuisisi (beli aset) di satu perusahaan,” jelas dia.
Sejauh ini proses pembelian aset tersebut telah rampung dan pabriknya telah beroperasi dengan baik, sehingga di akhir tahun lalu bisa meningkatkan produksi benih jagung sangat besar. Adapun, saat ini total kapasi tas produksi benih jagung hibrida sekitar 50.000 ton per tahun. Pada tahun lalu sudah terpakai sekitar 40.000 ton per tahun.
Perseroan memutuskan untuk membagikan dividen tunai sebesar 300 miliar rupiah atau mencapai 74,29 persen dari total laba bersih 2018. “Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) menyetujui pembagian dividen tunai sebesar 100 rupiah per saham atas tiga miliar lembar saham,” ujar dia.
Sepanjang 2018, Perseroan mencatatkan laba bersih sebesar 403,82 miliar rupiah ditopang oleh penjualan bersih sebesar 2,66 triliun rupiah. Sementara itu, penurunan penjualan dibandingkan pada 2017 mencapai 2,31 triliun rupiah dipengaruhi oleh kekurangan stok benih jagung hibrida. “Kekurangan stok benih di 2018 karena kemarau datang lebih awal.
Namun, kekurangan stok itu bisa terkejar pada semester kedua. Tapi penjualan kami masih baik walau kami kehilangan opportunity yang lebih besar di semesater pertama,” kata dia.
Selain itu, kinerja keuangan Perseroan di tahun 2018 juga terpengaruh oleh depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. “Karena, ada bahan baku kami yang impor dan terkait ketatnya pengawasan suplai di Tiongkok, sehingga memengaruhi pertumbuhan margin,” pungkasnya.
yni/AR-2