Staf Khusus (Stafsus) Presiden Bidang Komunikasi sekaligus Juru Bicara (Jubir) Presiden Fadjroel Rachman menjadi pembicara kunci pada webinar dengan tema “The Dynamics of Indonesia-China Relations in Political Economy and the Changing Global Order”, Jumat (16/04/ 2021).
Mengawali paparannya, Fadjroel Rachman menyampaikan kegembiraannya dapat menjadi bagian dari webinar yang diadakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bung Karno (Fisip UBK), bertepatan dengan 71 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Tiongkok ini.
“Saya sangat bergembira bisa berbicara di acara yang sangat terhormat ini, di webinar Universitas Bung Karno. Saya kebetulan satu kampus dengan Bung Karno. Beliau adalah senior saya. Pertama kali masuk di ITB, yang pertama saya datangi adalah Fakultas Teknik Sipil, mencari ruangan beliau dulu kuliah,” ungkapnya.
Fadjroel menyampaikan, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) sangat menghormati hubungan dengan Tiongkok. “Saya harapkan hubungan dan kerja sama antara dua negara akan lebih kuat dan saling menguntungkan,” ujarnya mengutip pernyataan Presiden Jokowi pada momen Peringatan 70 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Tiongkok pada tahun 2020 lalu.
Fadjroel menilai, kemitraan kedua negara memiliki potensi untuk dapat menjadi kekuatan global di masa yang akan datang.
“Kerja sama kedua negara, Indonesia dan Tiongkok adalah penggabungan kekuatan ekonomi, kebudayaan, dan politik besar sehingga akan menjadi kekuatan global di masa mendatang. Oleh karenanya, seperti pesan Presiden Joko Widodo, kerja sama kedua negara akan terus ditingkatkan agar menjadi kekuatan global,” pungkasnya.
Selain Jubir Presiden Fadjroel Rachman, kegiatan webinar ini juga menghadirkan Duta Besar (Dubes) RI untuk Republik Rakyat Tiongkok (RTT) merangkap Mongolia Djauhari Oratmangun sebagai narasumber.
Dalam paparannya, Djauhari menyampaikan, hubungan diplomatik Indonesia dan Tiongkok telah dibuka sejak 13 April 1950 atau 71 tahun silam. Kemudian, sejak 2005 kedua negara meningkatkan hubungannya menjadi kemitraan strategis.
Dinamika hubungan antara kedua negara, dijelaskan Djauhari, bertumpu pada tiga pilar yakni politik dan keamanan, ekonomi dan pembangunan, serta sosial dan budaya.
“Pilar politik dan keamanan saya kira sudah banyak yang dikerjakan apakah itu dalam konteks bilateral maupun dalam kerja sama regional khususnya East Asia Summit (EAS)-ASEAN, ARF serta keterlibatan bersama-sama dalam forum-forum multilateral. Selain itu, tentunya kita berharap juga bahwa di masa yang akan datang gagasan Indonesia yang telah diwujudkan menjadi ASEAN Outlook on the Indo-Pacific dapat didukung oleh Tiongkok dan beberapa negara partner ASEAN.” ujarnya.
Terkait pilar ekonomi dan pembangunan, Jauhari memaparkan, di tahun 2020 pertumbuhan volume ekspor antara Indonesia dan Tiongkok telah mencapai 78,9 miliar Dolar Amerika Serikat (AS).
“Tiongkok merupakan partner dagang Indonesia yang terbesar saat ini. Di bidang investasi pada tahun 2020 realisasi investasi Tiongkok di Indonesia sudah mencapai 4,8 miliar Dolar AS sementara Hongkong berada di posisi keempat dengan jumlah 3,5 miliar Dolar AS. Apabila Tiongkok ditambahkan dengan Hongkong maka itu jumlah yang sangat signifikan,” paparnya.
Di bidang pariwisata, imbuh Djauhari, di tahun 2019 wisatawan dari Tiongkok yang berkunjung ke Indonesia berjumlah 2,1 juta pengunjung. Namun, pada tahun 2020 terjadi penurunan jumlah kunjungan imbas dari pandemi COVID-19.
Lebih lanjut, Djauhari juga mengungkapkan potensi ekonomi digital yang dimiliki kedua negara. “Kontribusi digital economy di Tiongkok terhadap GDP [Produk Domestik Bruto] sudah 32 persen, sementara di Indonesia sekitar 3 persen. Indonesia diprediksi akan menjadi leader di sektor digital economy di tahun 2025 dengan nilai 130-150 miliar [Dolar AS],” ungkapnya.
Kemudian, di bidang sosial dan budaya, ujar Dubes RI untuk RRT, pertukaran budaya antar kedua negara sudah berlangsung sejak ratusan tahun yang lalu. Diungkapkannya, jumlah mahasiswa asal Indonesia yang belajar di Tiongkok telah mendekati 16 ribu orang.
“Kita berharap di masa yang akan datang semakin banyak mahasiswa Indonesia yang mengejar ilmu ke Tiongkok karena kelak mereka yang akan menjadi jembatan kata-kata bagi hubungan Indonesia-Tiongkok. Sementara itu semakin banyak juga mahasiswa Tiongkok yang mengikuti pendidikan tinggi di Indonesia,” ujarnya.
Menutup paparannya, Djauhari juga mengungkapkan bahwa salah satu yang dikerjasamakan Indonesia dan Tiongkok pada masa pandemi ini adalah infrastruktur kesehatan, termasuk vaksin untuk menjamin pasokan vaksin ke Indonesia. Hal tersebut terus dikoordinasikan antara kedua belah pihak.
Kegiatan webinar ini dilaksanakan secara hybrid dengan pembicara dan moderator berada di berbagai lokasi yang berbeda. Selain Stafsus Presiden Bidang Komunikasi Fadjroel Rachman yang berada di Jakarta serta Dubes RI untuk RRT merangkap Mongolia Djauhari Oratmangun dari Hangzhou, hadir juga sebagai pembicara Wakil Dubes RI untuk RRT Dino R. Kusnadi dari Beijing.
Hadir juga Rektor UBK Didik Suhariyanto, Wakil Rektor III UBK Rinaldi Agusta Fahlevi, Dekan Fisip UBK Franky P., serta sejumlah civitas academica dari UBK. (TIM STAFSUS PRESIDEN FADJROEL RACHMAN/UN)