Jakarta (ANTARA) – Direktorat Perfilman, Musik dan Media Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bekerjasama dengan Yayasan Eksotika Karmawibhangga Indonesia (EKI) akan menggelar Festival Musikal Indonesia (FMI) pada 20-21 Agustus 2022 di Teater Besar Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta.
Direktur FMI Rusdy Rukmarata di Jakarta pada Selasa mengatakan ide untuk membuat festival di bidang seni pertunjukan telah bertumbuh melalui serangkaian diskusi dengan sejumlah pihak dalam beberapa tahun terakhir.
Baca juga: Inggit Garnasih di atas panggung pentas, tegak setelah dihantam ombak
“Ajang penghargaan untuk film, musik, dan bidang lainnya memang telah berkembang di Indonesia, namun tidak ada penghargaan untuk pertunjukan panggung atau pertunjukan musikal di Indonesia.”
Rusdy mencontohkan bagaimana kehadiran Teater Broadway beserta gelaran Tony Award yang telah berkembang di Amerika. Menurutnya, Indonesia juga memiliki akar yang kaya mengenai seni pertunjukan sejak lama dalam bentuk seperti wayang orang, wayang kulit, lenong Betawi, ludruk, dan sebagainya.
Hanya saja, kata Rusdy, gelaran FMI tahun ini belum bisa menghadirkan acara penghargaan (awarding) mengingat festival baru dimulai dan diluncurkan.
“Kita mulai dulu, nih, yang penting ‘gereget’-nya ada bahwa kita mengadakan suatu pertunjukan bersama-sama dengan para komunitas atau sanggar yang selama ini sering menyelenggarakan berbagai pentas musikal,” kata Rusdy.
Baca juga: Pertunjukan seni akan tambah minat wisatawan ke Borobudur
Festival menghadirkan gala pertunjukan dari tujuh grup musikal tanah air sebagai penampil utama antara lain Artswara, EKI Dance Company, Flodanzoka, Jakarta Movin, Kampus Betawi, Swargaloka, dan Teman Production. Masyarakat yang ingin berkunjung tidak dipungut biaya untuk menonton festival ini.
FMI direncanakan akan dibuat secara rutin, bertujuan untuk memperkenalkan seni pertunjukan atau musikal Indonesia kepada masyarakat melalui pentas panggung, pameran, dan kegiatan lainnya.
Senada dengan Rusdy, Produser FMI Reda Gaudiamo mengatakan FMI dibuat untuk merespon minat anak muda Indonesia terhadap musikal. Ia memandang bahwa anak muda perlu mengetahui sejarah panjang mengenai seni pertunjukan Indonesia atau sendratari (seni drama dan tari).
Baca juga: Teater Koma gelar pertunjukan “Sampek Engtay” usai tertunda dua tahun
“Mumpung mereka lagi semangat pada hal-hal yang terkait musikal di Broadway, mereka juga tahu bahwa bahwa akar kita itu lumayan dalam dan perjalanannya cukup panjang tentang musikal yang ada di nusantara. Jadi, kenapa tidak sekalian kita kenalkan,” kata Reda.
Rusdy mengatakan FMI juga dibuat untuk merangsang industri musikal di Indonesia dengan menggali kekayaan budaya nusantara yang sudah dimiliki. Oleh sebab itu, FMI tahun ini mengangkat tema “Sejarah Indonesia” yang akan direspon oleh ketujuh sanggar musikal dalam pentas mereka.
Grup-grup musikal akan membawa cerita yang berkaitan dengan sejarah, seperti Artswara dengan cerita Tjut Nya’ Dien, EKI Dance Company dengan cerita Ken Dedes, Flodanzoka dengan cerita Teka Iku Flores Timur, Jakarta Movin dengan cerita soal sembilan perempuan Rembang, Kampus Betawi dengan cerita berjudul “Blood Brothers”, Swargaloka dengan cerita Sultan Agung dari Mataram, serta Teman Production dengan cerita tentang Bhinneka Tunggal Ika.
Selain itu, FMI juga menghadirkan showcase atau pertunjukan dari sejumlah komunitas atau sanggar di luar penampil utama. Kegiatan lainnya termasuk pameran yang memotret perjalanan musikal Indonesia dan seminar mengenai musikal. Selama acara, FMI turut menyediakan booth market bagi komunitas musikal dan booth kuliner untuk pengunjung.
Baca juga: Presiden dorong BUMN-swasta dukung pembiayaan kegiatan seni budaya
Baca juga: Seniman temui Presiden minta kepastian izin pertunjukan seni budaya
Baca juga: Kemenkumham: Pemanfaatan karya seni untuk komersial harus ada izin
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Ida Nurcahyani
COPYRIGHT © ANTARA 2022