Pertemuan Tingkat Tinggi – Kebutuhan Pembiayaan untuk Dukung SDGs 2030 Sekitar 2-8 % Per Tahun
PARIS – Para Gubernur Bank Sentral dan Menteri Keuangan negara-negara maju dan berkembang yang hadir dalam pertemuan tingkat tinggi Forum Paris yang berlangsung di Paris, Prancis, Selasa (7/5), sepakat memperkuat pembiayaan berkelanjutan. Langkah itu dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Kesepakatan tersebut ditujukan untuk menjawab tantangan kesenjangan pembiayaan atau financing gap untuk infrastruktur, terutama upaya mengatasi tingkat kerentanan utang atau debt vulnerability sekaligus menjaga keberlangsungan utang atau debt sustainability. Terlebih lagi, di tengah tingginya kebutuhan pembangunan ekonomi, termasuk pembangunan infrastruktur yang saat ini tengah digalakkan.
Studi Bank Dunia menunjukkan bahwa kebutuhan pembiayaan untuk pembangunan infrastruktur bagi negara berpendapatan rendah-menengah berkisar antara 2–8 persen per tahun untuk mendukung pencapaian agenda Sustainable Development Goals (SDGs) 2030.
Sebagai informasi, pertemuan tingkat tinggi Forum Paris, yang merupakan rangkaian dari pertemuan negara-negara G20 pada tahun ini yang akan digelar di Jepang. Pertemuan juga dihadiri lembaga internasional, seperti Bank Dunia, IMF, BIS, OECD, dan ADB.
Disebutkan, komunitas lembaga keuangan internasional juga sepakat untuk menjadikan sektor investasi publik sebagai prioritas utama pembangunan dan memperkuat koordinasi dalam penguatan kapasitas domestik terutama dalam hal persiapan proyek infrastruktur.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, dalam keterangan tertulisnya menekankan tiga upaya penting yang ditempuh Indonesia terkait pembiayaan infrastruktur agar dapat dilakukan secara adil dan berkelanjutan.
Reformasi Struktural
Pertama, Indonesia secara konsisten terus melakukan reformasi struktural, baik reformasi kelembagaan, reformasi fiskal, maupun reformasi pengaturan, di samping juga terus mengedepankan kebijakan pengelolaan makroekonomi yang berhati-hati yang sangat penting bagi pembangunan infrastruktur.
“Kedua, penguatan koordinasi antar otoritas untuk mendorong peningkatan pembiayaan infrastruktur oleh sektor swasta. Berbagai pembiayaan inovatif telah dikembangkan dan berkontribusi pada pembiayaan pembangunan infrastruktur di Indonesia, termasuk Public Private Partnership (PPP), projects bonds, infrastructure funds, asset and earning backed securities, dan blended finance,” kata Perry.
Ketiga, jelas Perry, yaitu akselerasi pengembangan infrastruktur yang memperhatikan dampak sosial dan lingkungan (social and environmental infrastructure) untuk mendukung pencapaian agenda SDG 2030.
“Setelah sukses meluncurkan roadmap SDG Indonesia One Blended Finance pada Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Bali, Indonesia menerbitkan Green Sukuk yang pertama pada awal tahun ini,” katanya.
Hal itu merupakan perwujudan nyata dari komitmen terhadap pengembangan social and environmental infrastructure di Indonesia. bud/E-10